Karya
sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama.Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió)
= I create) adalah seni tertulis
dimana bahasa digunakan untuk kualitas
estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan
pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan
rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli
modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis
literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala
kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang
membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris
pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal
tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan
pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca
hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi
penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak
ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada
beberapa perbedaan antara puisi
lama dan puisi
baru.
Di Indonesia, puisi telah mulai ditulis oleh Hamzah Fansuri
dalam bentuk syair Melau dan ditulis dengan huruf Arab di akhir abad ke-16 atau
awal abad ke-17 (Ismail, 2001:5).
Ahli-ahli sastra banyak yang membedakan dan membagi perpuisian
Indonesia menjadi puisi lama dan puisi baru. Namun, apa yang disebut puisi lama
itu masih tetap diapresiasi dan diproduksi sampai saat ini. Disamping itu,
puisi baru juga tidak bisa melepaskan puisi lama karena ia bisa jadi ilham yang
penuh keindahan untuk dikerjakan.
2.1 Pengertian Puisi
Secara
etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis,
yang berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan. Sedangkan kata
poet dalam tradisi Yunani Kuno berarti orang yang mencipta melalui
imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka
kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang
sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran
yang tersembunyi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian puisi adalah ragam sastra yang bahasanya
terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan lirik dan bait (Depdikbud,
1988: 706).
Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh
irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan
yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
Carlyle mengemukakan
bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun
sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan
terindah.
Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin
dengan kata-kata sesedikit mungkin.
Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara
implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong
pada makna konotatif.
Herman
J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk
karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif
dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Berdasarkan pengertian dan pemahaman puisi tersebut dapat
kita tarik kesimpulan bahwa puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang
menggunakan kata-kata sebagai medianya yang menekankan pada unsur perasaan
sebagai hasil penghayatan kehidupan manusia totalitas yang dipantulkan oleh
penciptanya dengan segala pribadinya, pikirannya, perasaannya, kemauannya dan
lain-lain. Puisi dalam kenyataannya beragam gaya dan aliran yang dianutnya.
Untuk menetukan suatu puisi itu baik atau buruk, tidak
dapat ditentukan dengan menilainya dari satu segi saja. Banyak
penyair yang berpandangan bahwa puisi yang baik adalah puisi yang berada
ditengah-tengah antara terang dan gelap. Artinya puisi tersebut di mata
penikmatnya tidak susah untuk diselami, tetapi juga tidak terlalu gampang,
tidak ringan, dan tidak telanjang apa adanya.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa
puisi adalah bentuk karangan kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan
mengekspresikan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan
yang berirama secara imajinatif, dengan menggunakan unsur musikal yang rapi,
padu dan harmonis sehingga terwujud keindahan. Jadi puisi adalah cara yang
paling indah, impresif dan yang paling efektif dari pikiran manusia dalam bahasa
emosional dan berirama.
2.2 Unsur-unsur
Puisi
Secara sederhana, batang
tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan
makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara
singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata
adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat
sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang
dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
Larik
(atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik
bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada
puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi
baru tak ada batasan.
Bait
merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada
kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat
buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi
dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan
oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah
pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi.
Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan
bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait),
tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat
konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa
rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk
oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi
pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa
dilagukan.
Makna
adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa
menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis
puisi disampaikan.
Adapun
secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua, yaitu unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik.
2.2.1
Unsur Intrinsik Puisi
Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur yang berasal dari
dalam naskah puisi tersebut. Adapun unsur-unsur intrinsik suatu puisi meliputi:
1.
Tema (sense) adalah gagasan utama dari puisi baik yang
tersirat maupun tersurat.
2.
Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi.
Tipografi adalah tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk
menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana.
3.
Amanat (intention) atau pesan adalah sesuatu yang ingin
disampaikan penyair melalui karyanya.
4.
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya,
misalnya sikap rendah hati, menggurui, mendikte, persuasif, dan lain-lain.
5.
Rasa atau emosional adalah sentuhan perasaan penulisannya dalam
bentuk kepuasan, keheranan, kesedihan, kemarahan atau yang lain.
6.
Perasaan (feeling) adalah sikap pengarang terhadap tema (subjek
matter) dalam puisinya, misalnya simpatik, konsisten, senang, sedih,
kecewa, dan lain-lain.
7.
Enjambemen adalah pemotongan kalimat atau frase diakhir larik,
kemudian meletakkan potongan itu pada awal larik berikutnya. Tujuannya adalah
untuk memberi tekanan pada bagian tertentu ataupun sebagai penghubung antara
bagian yang mendahuluinya dengan bagian berikutnya.
8.
Kata konkret (imajinasi) adalah penggunaan
kata-kata yang tepat (diksi yang baik) atau bermakna denotasi oleh penyair.
9.
Diksi adalah pilihan kata yang dipakai untuk mengungkapkan
perasaan dalam puisi.
10.
Akulirik adalah tokoh aku (penyair) di dalam puisi.
11.
Rima adalah pengindah puisi dalam bentuk pengulangan bunyi baik
awal, tengah maupun akhir.
12.
Verifikasi adalah berupa rima (persamaan bunyi pada puisi, di awal, di
tengah, dan di akhir); ritma (tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya
bunyi).
13.
Majas adalah cara penyair menjelaskan pikirannya melalui gaya
bahasa yang indah dalam bentuk puisi.
14.
Citraan (pengimajian) adalah gambar-gambar dalam pikiran, atau
gambaran angan si penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji
(image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat
menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek
yang dapat dilihat oleh mata (indra penglihatan).
2.2.2
Unsur Ekstrinsik Puisi
Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur yang berada di luar
naskah puisi. Bisa saja berasal dari dalam diri penulis puisi atau lingkungan
tempai sang penulis puisi tersebut menulis puisinya. Berikut adalah macam-macam
unsur ekstrinsik puisi:
1.
Unsur biografi adalah latar belakang atau riwayat hidup penulis.
2.
Unsur nilai dalam cerita, seperti ekonomi, politik, sosial,
adat-istiadat, budaya, dan lain-lain.
3.
Unsur kemasyarakatan adalah situasi sosial ketika puisi
itu dibuat.
2.3 Jenis-jenis
Puisi
Menurut
zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
2.3.1 Puisi
Lama
Puisi
lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu
antara lain :
1.
Jumlah kata dalam 1 baris
2.
Jumlah baris dalam 1 bait
3.
Persajakan (rima)
4.
Banyak suku kata tiap
baris
5.
Irama
2.3.1.1 Ciri-Ciri
puisi lama:
1.
Merupakan puisi rakyat
yang tak dikenal nama pengarangnya.
2.
Disampaikan lewat mulut
ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
3.
Sangat terikat oleh
aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
2.3.1.2 Jenis-jenis puisi lama :
Contoh:
Assalammu’alaikum
putri satulung besar
Yang
beralun berilir simayang
Mari
kecil, kemari
Aku
menyanggul rambutmu
Aku
membawa sadap gading
Akan membasuh
mukamu
Pantun adalah puisi yang
bercirikan bersajak
a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris
awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut
isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke
dalam hati.
Contoh:
Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
Contoh:
Lurus jalan
ke Payakumbuh,
Kayu jati
bertimbal jalan
Di mana hati
tak kan rusuh,
Ibu mati
bapak berjalan
Contoh:
Kurang pikir
kurang siasat (a)
Tentu dirimu
akan tersesat (a)
Barangsiapa
tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah
tiada bertiang (b)
Jika suami
tiada berhati lurus (c)
Istri pun
kelak menjadi kurus (c)
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris,
bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman
dahulu kala (a)
Tersebutlah
sebuah cerita (a)
Sebuah
negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin
sang raja nan bijaksana (a)
Contoh:
Kalau anak
pergi ke pekan
Yu beli
belanak pun beli sampiran
Ikan panjang
beli dahulu
Kalau anak
pergi berjalan
Ibu cari
sanak pun cari isi
Induk semang
cari dahulu
2.3.2
Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik
dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
2.3.2.1 Ciri-ciri Puisi Baru:
1.
Bentuknya rapi, simetris;
2.
Mempunyai persajakan
akhir (yang teratur);
3.
Banyak mempergunakan pola
sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
4.
Sebagian besar puisi
empat seuntai;Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
5.
Tiap gatranya terdiri
atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
2.3.2.2 Jenis-jenis
Puisi Baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
Balada adalah
puisi berisi kisah atau cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 bait,
masing-masing dengan 8 larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema
rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama
digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
Contoh:
Puisi
karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk
menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu
di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne
diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang
dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
Ode adalah puisi
sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya
ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik
terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi
Sekarang
Di
atas puncak gunung fantasi
Berdiri
aku, dan dari sana
Mandang
ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi
sekarang di panjang masa
Menciptakan
kemegahan baru
Pantun
keindahan Indonesia
Yang
jadi kenang-kenangan
Pada
zaman dalam dunia
(Asmara
Hadi)
Epigram adalah puisi yang
berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang
berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk
dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
Romansa adalah puisi yang
berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang
berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih
mesra.
Elegi adalah puisi yang berisi ratap
tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau
keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta.
di antara gudang, rumah tua, pada cerita.
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut.
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang.
menyinggung muram, desir hari lari berenang.
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak.
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan.
menyisir semenanjung, masih pengap harap.
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan.
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Satire adalah puisi yang
berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang
berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan
(ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dan lain-lain.
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
2.3.2.3 Jenis-jenis
Puisi Baru Menurut bentuknya
antara lain:
Contoh:
Berkali
kita gagal
Ulangi
lagi dan cari akal
Berkali-kali
kita jatuh
Kembali
berdiri jangan mengeluh
Contoh:
Dalam
ribaan bahagia datang
Tersenyum
bagai kencana
Mengharum
bagai cendana
Dalam
bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar
bagai matahari
Mewarna
bagaikan sari
Contoh :
Mendatang-datang
jua
Kenangan
masa lampau
Menghilang
muncul jua
Yang
dulu sinau silau
Membayang
rupa jua
Adi
kanda lama lalu
Membuat
hati jua
Layu
lipu rindu-sendu
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
Contoh:
Indonesia
Tumpah Darahku
Duduk di
pantai tanah yang permai
Tempat
gelombang pecah berderai
Berbuih
putih di pasir terderai
Tampaklah
pulau di lautan hijau
Gunung
gemunung bagus rupanya
Ditimpah air
mulia tampaknya
Tumpah
darahku Indonesia namanya
Contoh:
Awan
Awan
datang melayang perlahan
Serasa
bermimpi, serasa berangan
Bertambah
lama, lupa di diri
Bertambah
halus akhirnya seri
Dan
bentuk menjadi hilang
Dalam
langit biru gemilang
Demikian
jiwaku lenyap sekarang
Dalam
kehidupan teguh tenang
Soneta, adalah puisi yang
terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing
empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari
kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari
kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang
bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan olehMuhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka
berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta
Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris,
tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi
pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang (
b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang (
b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a
)
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau (c)
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
Puisi dibangun oleh dua unsur yang
membangunnya,yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.Selain itu, puisi juga
dibagi menurut zamannya, yaitu puisi lama dan puisi baru. Dalam puisi lama,
dibedakan menjadi delapan, yaitu:mantra, pantun, karmina, seloka,gurindam,syair
dan talibun, puisi baru dilihat dari isinya dibedakan menjaditujuh, yaitu:
balada, himne, ode,epigram,romansa,elegi dan satire ,sedangkan dari segi
bentuknya dibedakan menjadi tujuh, yaitu:distikon, terzina, kuatrain, kuint,
septime, oktaf/stanza dan soneta.
No comments:
Post a Comment