Sunday, May 19, 2024

Asuhan Keperawatan tentang Epilepsi Dewasa

 Asuhan Keperawatan tentang Epilepsi Dewasa

Epilepsi adalah setiap kelompok sindrom yang ditandai dengan gangguan otak sementara yang bersifat paroksismal yang dimanifestasikan berupa gangguan atau penurunan kesadaran yang episodic, fenomenamotorik yang abnormal, gangguanpsikis, sensorik, dan system otonom; gejala-gejalanyadisebabkanolehaktivitaslistrikotak (Kumalaet al, 1998).


      Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi berulang-ulang. Diagnose ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak dua kali kejang tanpa penyebab (Jastremki, 1988).


      Epilepsi adalah sindrom yang terdiri dari timbulnya perubahan fungsi neorologi atas dasar aktivitas saraf yang berlebihan secara mendadak (Sabiston, 1994).Kejang adalah terbebasnya sekelompk neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak, 1996).


 


A.    Etiologi

      Penyebab pastinya penyakit epilepsy belum diketahui. Umumnya epilepsy disebabkan kerusakan otak dalam proses kelahiran, luka kepala, pitam otak (stroke), tumor otak, alcohol. Epilepsy disebabkan adanya gangguan sel-sel otak ditambah dengan aktivitas yang berlebihan di otak. Gejala-gejala yang ditimbulka di antaranya tidak sadarkan diri, keluar busa, dsb. (Rendy,2012)


      Menurut Mansjoer (2000) ditinjau dari penyebabnya, factor predisposisi epilepsy dapat dibagi


menjadi dua golongan yaitu:


Epilepsy ideopatik     

Penyebabnya tidak diketahui, sekitar 50% dari penderita epilepsy anak dan umumnya mempunyai predisposisi genetic. Biasanya muncul pada usia lebih dari 3 tahun.


Epilepsy simtomatik   

Disebabkan oleh kelainan atau lesi pada susunan saraf pusat misalnya post trauma kapitis, infeksi susunan saraf pusat (SSP), gangguan metabolic, malformasi otak kongengital, asfiksia, neonatrum, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, alcohol dan obat-obatan, dan kelainan neurodegenerative.


Sementara itu, terdapat beberapa factor predisposisi atau factor pencetus yang mempermudah terjadinya serangan epilepsy, yaitu


Factor sensoris: cahaya yang berkedip-kedip, bunyi yang mengejutkan, dan air panas.

Factor sistemis: demam, penyakit infeksi, obat-obatan tertentu (golongan fenodiazin, chaflorpropamid), hipoglikemi, dan kelelahan fisik.

Factor mental: stress dan gangguan emosi

 


 


B.       Patologi

     Gejala-gejala serangan epilepsi sebagai sesudah otak mengalami gangguan, sedangkan beratnya serangan epilepsi tergantung dari lokasi dan keadaan patologi. Lesi pada otak tengah, talamus dan korteks serebri kemungkinan besar bersifat epileptogenik, sedangkan lesi pada serebelum dan batang otak biasanya tidak mengakibatkan serangan epilepsi.


     Pada tingkat membran sel, neuron epileptik ditandai oleh fenomena biokimia tertentu, beberapa diantaranya adalah :


Ketidakstabilan membran sel saraf sehingga lebih mudah diaktifkan.

Neuron hipersensitif dengan ambang yan menurun, sehingga mudah terangsang dan terangsang secatra berturut-turut.

Mungkin terjadi polarisasi yang abdominal (polarisasi berlebiahan, hiperpolarisasi atau terbentuknya repolarisasi).

Ketidakseimbangan ion yang mengubah lingkungan kimia dari neuron. Pada waktu terjadi serangan keseimbangan elektrolit pada tingkat neuronal mengalami perubahan. Ketidakseimbangan ini akan menyebabkan membran neuron mengalami depolarisasi.

      Perubahan-perubahan metabolisme terjadi selama serangan dan segera sesudah serangan. Perubahan disebabkan juga oleh peningkatan kebutuhan energi akibat hiperaktivitas neuron. Kebuituhan metabolisme meningkat secara drastis selama serangan kejang.Aliran elektris yang dikeluarkan sel-sel saraf motoris dapat meningkat sampai 100 kali per detik. Aliran drah serebral meningkat, demikian juga pernafasan dan glikolisis jaringan. Selama dan sesudah serangan cairan serebrospinal (CCS) mengandung asetilkolin, sedangkan kadar asam glutamat mungkin menurun selama serangan.


C.      MenifestasiKlinis

Menurut Rendy ( 2012) gejala dari epilepsy dibagi berdasarkan jenis kejang yang terjadi yaitu :


Kejang parsial simplek

Kejang parsial simplek dimulai dengan muatan listrik dibagian otak tertentu dan muatan ini tetap terbatas didaerah tersebut. Penderita mengalami sensasi gerakan atau kelaianan psikis yang abnormal tergantung pada daerah otak yang terkena


Jika terjadi dibagian otak yang mengendalikan gerakan otot lengan kanan maka lengan kanan akan bergoyang dan mengalami sentakan.

Jika terjadi pada lobus temporalis anterior sebelah dalam maka penderita akan mencium bau yang sangat menyenangkan atau yang tidak menyenangkan

Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami déjà vu ( merasa mengalami keadaan sekarang di masa lalu ) kejang jacksonian gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu ( misalnya tangan atau kaki ) keudian menjalar ke anggota gerak sejalan dengan penyebaran aktivitas fisik di otak


Kejang parsial ( psikomotor ) kompleks dimulai dengan hilangnya kontak penderita dengan lingkungan sekitarnya selama satu sampai dua menit. Penderita menjadi goyah menggerkakan lengan dan tungkai nya dengan cara yang aneh dan tanpa tujuan mengeluarkan suara-suara yang tidak berarti tidak mampu memahami apa yang orang lain katakan dan menolak bantuan kebingungan berlangsung selama beberapa menit dan diikuti dengan penyembuhan total.

Kejang konvulsi (kejang tonik – klonik, grandmal )

Biasanya dimulai dengan kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas muatan listrik ini segera menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan seluruh daerah mengalami kelainan fungsi


Epilepsy primer

Generalista ditandai dengan muatan listrik yang abnormal didaerah otak yang luas yang sejak awal menyebbakan penyebaran kelainan fungsi .pada jenis epilepsui ini terjadi kejang sebagai reaksi tubuh akibat muatan yang abnormal.


Kejang petipmal

Dimuali pada masa kanak-kanak biasanya sebelum usia 5 tahun tidak terjadi kejang dan gejala dramatis lainnya dari grandma .penderita hanya menatap kelopak matanya bergetar atau otot wajahnya berkedut-kedut selama 10-30 detik. Penderita tidk memberikan respons terhadap sekitarnya tetapi terjatuh, pingsan maupun menyentak-nyentak.


Status epileptikus

Merupakan kejang yang paling serius dimana kejang terjadi terus menerus tidak berhenti. Kontraksi otot sangat kuat tidak mampu bernafas sebagaimana mestinya dan muatan listrik didalam otaknya  menyebar luas,jika tidak segera ditangani bisa terjadi kerusakan jantung dan otak yang menetap dan penderita yang meninggal.


Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena :


Sisi otak yang terkena

Lobus frontalis

Lobus oksipitalis

Lobus parientalis

Lobus temporalis

Lobus temporalis anterior

Gejala

Kedutan pada otot tertentu

Halusinasi kilauan cahaya

Matirasa atau kesemutan dibagian tubuh tertentu

Halusianasi gambaran dan perilaku repetitive yang kompleks msialnya berjalan berputar-putar

Gerakan mengunyah gerakan bibir mencium.

 


D.      Penatalaksanaan

             Cara penanganan utama bagi para penderita epilepsi adalah terapi obat-obatan untuk mencegah timbulnya lagi serangan kejang atau untuk mengurangi frekuensinya sehingga pasien masih mampu menjalani kehidupan yang normal. Sekitar 70 sampai 80 persen penderita dapat merasakan manfaat obat-obat antikonvulsa. Obat yang dipilih ditentukan oleh jenis serangan, dan dosisnya disesuaikan dengan setiap individu. Tabel 48-2 memberikan beberapa jenis obat yang sering digunakan untuk epilepsi dan efek samping nya.


             Secara historis, digunakan kombinasi obat-obatan dengan tujuan mengurangi dosis obat, sehingga dapat mengurangi efek sampingnya. Juga diperkirakan bahwa obat-obat itu dapat saling menguatka potensi masing-masing. Tetapi sekarang ini orang lebih cenderung menggunakancara pendekatan monpfarmatis (mempergunakan satu jenis obat saja) dan dapat mungkinmengurangi jumlah obat yang digunaka.


             Faktor utama penanganan obat-obatan pada kebanyakan pasien adalah penilaian klinis yang cermat,tetapi sekarang ini sudahada tehnik kromotografi cairan gas yang dapat menentukan kadar obat anti  kejang serum  yang dibutuhkan untuk mengatur serangan epilepsi pasien-pasen yang tidak harus diganti obat nya atau ditambah lagi dengan obat-obatanjenis lain.  Dengan memonitor kadar obat dalan darah dan dijaminbahwa kadarnya dalam serum berada dalam batas-batas terapeutik. Kerja sama dari pasien dapat dinilai, dan mungkin pasien kurang bersedia untuk mengikuti program perawatan yang sedang dijalaninya. Kita perlu mempertimbngkan pasien yang kita hadapi itu sebagai pribadi yang utuh dan bersama dengan nya dan berusaha menyelidiki kemungkinan-kemungkinan yang dapat menimbulkan keseganan untuk mengadakan kerja sama yang baik. Beberapa pasien yang tidak dapat menyerap obat secara memadai,mungkinkekurangan sistem enzim yang diperlukan untuk metabolisme obat itu berlangsung lebih cepat daripada yang diharapkan dalam keadaan normal.perlu sekali mengetahui dan mengikuti kadar serum normal dari obat-obat anti konvulsan dalam laboratoriumyang menanganinya.


             Bentuk pengobatan epilepsi lainya berupa: diet dan pembedahan. Diet ketogenik untuk epilepsi populer sekitar tahun 1920. Diet ini kadang-kadang masih digunakan, khususnya pada kasus serangan motoris minor (mioklonik) pada anak-anak yang resisten terhadap obat-obat antikonvulsi. Pada awal tahun 1970  diperkenalkan jenis diet trigleserida rantai sedang sebagai variasi dari diet ketogenik. diet ini mengandungkadar karbohidrat yang rendah kadar lemak yang tinggi. Jelas diet ini menghasilkan keton yang mengubah susunan kimia tubuh. Selama dilakukan diet ini, dimonitor jumlah keton yang ditemukan dalam urin untuk membuktikan adanya keton tersebut.  Agaknya pada beberapa anak keadaan asidosis ini menimbulkan pengaruh antikonvulsi.


             Bila asetazolamid (diamox) digunakan bersama obat antikonfulsi, ia menimbulkan asidosis relatif yang mirip dengandiet ketogenik.sekali lagi keadaan ini agaknya menimbulkan suasanan yang cenderung mengurangi aktivitas  serangan. Keadaan dehidrasi agaknya juga mengurangi aktivitas serangan seperti halnya kegiatan fisik (mungkin karena kegiatan fisik menghasilkan asam laktat).


             Masih diperdebatkan tindakan pembeahan dengan eksis jaringan perut didaerah konteks. Pembedahan seperti ini hanya dibatasi sebagai cara penanganan epilepsi fokal bila daerah tersebut bukan termasuk bukan termasuk daerah yang sangat diperlukan (contoh, bagian pusat bicara). Cara ini hanya dipertimbangkan apabila terapi obat – obatan tak terbukti cukup efektif. Indikasi untuk pembedahan antara lain :


Lesi fokal yang diidentifikasi oleh EEG dan sesuai menifestasi klinik.

Daerah tersebut dapat dicapai dan termasuk sebagai yang sangat diperlukan.

Pasien merupakan calon rehabilitasi yang baik (mempunyai motivasi, IQ yang normal).

Kalau pasien penderita serangan epilepsi, maka pokok penanganan utama adalah mempertahankan jalan udara yang paten dan melindungi kepalanya. Dalam udara paling baik dipertahankan dengan menidurkan pasien secara miring. Lidah akan menjulur keluar. Kalau terjadi regurgitasi maka harus dijaga jangan sampai pasien mengalami aspirasi isi lambung. Segala terdapat dalam mulut dan dapat mengakibatkan penyumbatan harus dibuang.


Kalau serngan yang dialami terjadi pada permukaan yang keras, misalnya lantai olahraga, maka kepala dapat ditumpangkan pada pangkuan seorang pembantu, atau memberikan bantalan dibawah kepalanya (kalau memungkinkan). Tujuannya adalah untuk melindungi kepala dalam mata dan telinga, jangan sampai cedera. Jelas benda – benda tajam didekatnya.


 


 


 


BAB III


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


 


A.    PENGKAJIAN

ANAMNESA

Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis


Riwayat Penyakit Sekarang

a)        Pola serangan kejang (tanyakan apakah ada gejala prodromal, aura)


b)        Keadaan sebelum, selama, dan sesudah serangan tanyakan dimana, atau bagaimana kejang mulai, bagaimana penjalarannya, dan keadaan sesudah kejang.


c)        Lama serangan (durasi masing-masing waktu)


d)       Frekuensi serangan


e)        Waktu terjadinya serangan (pagi, siang, malam, waktu tidur, sedang tidur, mau bangun, sedang bangun)


f)         Faktor-faktor dan keadaan yang dapat menimbulkan serangan misalnya melihat TV, bernapas dalam, lapar, letih, menstruasi, obat-obatan tertentu, dan sebagainya.


Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebabepilepsi serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.Penyakit yang pernahdideritaseperti trauma kapitis, radangselaputotak, radangotak, icterus, reaksiimunisasi, ataukejangdemam .


RiwayatKesehatanKeluarga

a)      Apakahadaanggotakeluarga yang menderitakejang, penyakit saraf, danpenyakitlainnya, haliniperluuntukmengetahuipenyakitherediter.


b)      Riwayatmasalampau (keadaanibusewaktuhamilmisalnyapenyakit yang dideritanya, perdarahanpervagina, obat yang dimakan ).


c)      Riwayatkelahiranklien (apakahletakkepalasungsang, mudahatausukar, alat yang digunakanvacum, ekstraksi, seksio Caesar, apakahterdapatperdarahan antepartum, ketubanpecahdini, asfiksia).


 


PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan pediatric seperti keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, jantung, apru, abdomen, hati dan limpa, anggota gerak, dan sebagainya

Pemeriksaan neurologis seperti  tingkat kesadaran, kecakapan, motorik dan mental, tingkah laku, berbagai gejala intracranial,fundus okuli, penglihatan, pendengaran, saraf otak lain,sitem motorik ( kelumpuhan, trofik, tonus, gerakan tidak terkendali, koordinasi, ataksia,) sitem sensorik ( parastesia, hipetesia, anestesi), fisiologis, dan patologis. Bila perlu lakuakn ‘tap’ subdural pada anak dengan ubun-ubun yang masih terbuka untuk emlihat adanya hematoma subdural dan lumbal pungsi untuk memperoleh CSS.

Konsul kebagian mata, THT, hematologis, endrokinologi, dan sebagainya

 


POLA KEBUTUHAN DASAR

Aktivitas/ istirahat

Gejala                    : Keletihan, kelemahan umum


Keterbatasan dalam beraktivitas/ bekerja yang ditimbulkan oleh    diri sendiri atau orang terdekat/ pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.


Tanda                    : Perubahan tonus/kekuatan otot


Gerakan involunter/kontraksi otot atupun sekelompok otot


Sirkulasi

Gejala                    : Iktal: Hipertensi, peningkatan nadi, sianosis.


Posiktal : tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan


Integritas ego

Gejala                    : Stressor eksternal/internal yang b.d keadaan dan/atau  penanganan.  Peka rangsang ; perasaan tidak ada harapan/tidak berdaya.perubahan dalam berhubungan.


Tanda                    : pelebaran rentang respons emosional.


Eliminasi              

Gejala                    :  inkontenensia episodic


Tanda                    : iktal : peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter.  Posiktal otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia ( baik urine/ fekal).


Makanan/ cairan

Gejala                     : sensitivitas terhadap makanan, mual-muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang


Tanda                      : kerusakan jaringan lunak/gigi ( cedera selama kejang ).  Hyperplasia gingival ( efek samping pemakaian dilantin jangka panjang )


Neurosensori        

Gejala                     : Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pingsan, pusing.Riwayat trauma kepala, annoreksia, infeksi serebral. Adanya aura ( rangsangan visual, auditorius, area halusinogenik). Posiktal : kelemahan, nyeri otot, area parestese/paralisis.


Tanda                      : karakteristik kejang :


 fase prodormal : adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon afektif yang tidak menentu yang mengarah pada fase aura dalam bebrapaksus dan berakhir beberapa menit sampai beberapa jam.


Kejang umum :


Toniktonik ( grand mal) : kekauan dan postur menjejak, mengerang, penurunan kesadarn, pupil dilatsi, inkontinensia urine/fekal, pernafasan stridor ( ngrorok, saliva keluar secara berlebihan, lidah tergigit)


Posiktal : pasien tertidur dalam 30 menit smapai beberapa jam, selanjutnya merasa lemah, kacau mental, amnesia Selama beberapa waktu dengan merasa mual dan nyeri otot.


Absen ( petit mal ) : periode gangguan kesadaran dan/ atau melamun ( tak sadar lingkungan )  yang diawali pandangan mata menerawang sekitar 5-30 detik saja. Yang dapat terjadi 100x per harinya, terjadinya kejang pada motorik minor mungkin bersifat akinetik hilang gerakan, mioklonik ( kontraksi otot secara berulang ), atau otonik ( hilangnya tonus otot )


Kejang parsial ( kompleks ) :


Lobus psikomotor / temporar : pasien umumnya masih tetap sadar, dengan reaksi seperti bermimpi, melamun, berjalan- jalan, peka rangsang, halusiansi, bermusuhan atau takut. Dapat menunjukkan gejala motorik involunter ( seperti merasa-rasakan bibir ) dan tingkah laku yang tampak bertujuan tetapi tidak sesuai ( involunter/ automatisme ) dan teramsuk kerusakan penyesuaian, dan pada pekerjaan , kegiatan bersifat anti social


Posiktal : hilangnya memory terhadap peristiwa yang terjadi, kekacauan mental ringan sampai sedang.


Kejang parsial ( sederhana ) :


Motorrik vocal : sering didahului oleh aura, berakhir 2 sampai 15 menit. Tidak ada penurunana kesadaran ( unilateral ) / penurunana kesadaran ( bilateral ) . gerakan bersifat konvulsi terjadi gangguan sementara pada bagian tertentu yang dikendalikan oleh bagian otak yang terkena ( seperti lobus frontal { disfungsi motorik }; parietal {terasa baal, kesemutan}, lobus oksipital { cahaya terang, sinar lampu }, lobus posterotemporal { kesulitan dalam  beerbicara}). Konvulsi ( kejang ) dapat menegnai seluruh tubuh atau bagian tubuh yang mengalami gangguan yang terus berkembang jika dilakukan restrein selama kejang, pasien mungkin akan melawan dan memperlihatkan dan memperlihatkan prilaku yang tidak kooperatif.


Status epileptikus :


Aktivitas kejang yang terjadi terus menerus dengan spontan atau berhubungan dengan gejala putus antikonvulsan tiba-tiba dan fenomena metabolic yang lain . catatan: jika hilangnya kejang mengikuti pola tertentu masalah dapat menghilang tidak terdeteksi selama periode waktu tertentu  sehingga pasien tidak kehilangan kesadarannya.


Nyeri/ kenyamanan

Gejala                       : sakit kepala, nyeri otot/ punggung pada periode posiktal. Nyeri abnormal paroksismal selama fase iktal ( mungkin terjadi selama kejang sedih selama kejang fokal / parsial tanpa mengalami penurunan kesadaran ).


Tanda                       : sikap / tingkah laku yang berhati-hati.


Perubahan pada tonus otot.


Tingakh laku distraksi / gelisah


 


Pernafasan

Gejala                       : fase iktal : gigi mengatuk, sianosis, pernafasan menurun/ cepat, peningkatan sekresi mucus. Fase posiktal : apnea


 


Keamanan               

Gejala                       : riwayat terjatuh/ trauma, fraktur. Adanya alergi.


Tanda                       : trauma pada jaringan lunak, ekimosis.


                                 Penurunan kekuatan tonus otot yang menyeluruh


10.  Interaksi social


Gejala                       : masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga atau lingkunagn sosialnya. Pembatasan/ penghindaran terhadap kontrak social


 


PEMERIKSAAN PENUNJANG

1)      Pemeriksaan laboratorium


Pemeriksaandarahtepisecararutin.

Pemeriksaan lain sesuaiindikasimisalnyakadarguladarah, elektrolit.

Pemeriksaan CSS (bilaperlu) untukmengetahuitekanan, warna, kejernihan, berdarah, jumlahsel, kadar protein, gula, NaCl.

Pemeriksaanlainatasindikasi.

2)      Pemeriksaan EEG


Pemeriksaan EEG berguna untuk membantu menegakkan diagnosis epilepsy.EEG yangsering dijumpai pada penderita epilepsy berbentuk epileptiform


Dischargeleptileptiform activity (Sidel dan Dally, 1936 cit Atlas, 1985) misalnya spike dan wave serta paroximal slow activity

Dapat menentukan focus serta jenis epilepsy, apakah fokal, multi foakl, kortikal, subkortikal, misalnya petit mal mempunyai gambaran 3 cps spike

Pemeriksaan dialkukan secara berkala

3)      Pemeriksaan psikologis dan psikiatri


Pada umunya penderita epilepsy menderita retardasi mental atau tingkat kecerdasan rendah, gangguan tingkah alku, gangguan emosi, hiepraktif

Penderita epilepsy perlu mendapat perhatian dan melibatkan orang tua dalam perawatanya serta melibatkan psikiater dan psikolog

4)      Pemeriksaanradiologis


Hasilfototengkorakmemperlihatkan :


Tulangtengkoraksimetri

Dekstruksitulang.

Kalsifikasiintrakranium yang abnormal (disebabkanoleh tumor, hematoma menahun, tuberous sclerosis, toksoplasmosis, anomaly vaskuler, hemangioma), tandapeninggian intracranial, pelebaransutura, erosi, selatursika.

5)      Pneumonsefalografidanventrikulografidilakukanatasindikasitertentu, yaitu :


Untukmelihatgambaran system ventrikel, system ronggan subarachnoid, sertagambaranotak.

Adanyaatrofiotak, tumor serebri, hidrosefalus, arakhnoidis.

Pada pneumonsefalografiudara (zatkontrasdimasukkanmelaluilumbalpungsidanpadaventrikulografiudara (zatkontrasdimasukkanmelaluipungsiventrikel/lubang (burr) ). Padakliendengantekanan intracranial tinggidapatdilakukanventrikulografi, tetapibilatidakmeninggidapatdilakukanpneumonsefalografi.

Arteriografi (memasukkanzatkontraskedalampembuluhdarah) dilkukanuntukmelihatkeadaandarah di otak, apakahadapenyebaran (neoplasma, hematoma, abses), penyumbatan (thrombosis), peregangan (hidrosefalus), atau anomaly pembuluhdarah (malformasiarteri-vena, hemangioma). Zatkontrasdapatdimasukkanmelaluisuntikan di arterikarotisinterna, arterivertebralis, arteribrakhialis, atauarterifemoralis (denganmenggunakankateter).

6)      CT scan


Biasanya merupakan bagian dari tindakan dignostik pada kejang.Keadaan patologis seperti tumor,edema,infark,lesikonginetal,hemoragi MAV, atau perbesaran ventrikel dapat terlihat pada scan CT.


7)      MRI


            Dapat dilakukan untuk menentukan adanya perubahan patologi SSP


 


PENATALAKSANAAN

Medis

Penatalaksanaan epilepsy dilakukan secara individual untuk memenuhi kebutuhan khusu masing-masing klein dan tidak hanya untuk mengatasi tapi juga mencegah kejang .penatalaksanaan berbeda dari suatu klien dengan klien lainnya karena beberapa bentuk epilepsy yang muncul akibat kerusakan otak dan bergantung pada perubhana kimia otak ( mutakhin , 2008 )


1)      Farmakoterapi


Beberapa obat anti konvulsan diberikan untuk mengontrol kejang walaupun mekanisme kerja zat kimia dari obat-obatan tersebut tetap masih tidak diketahu, tujuan dari pengobatan ialah mengontrol ekjang dnegan efek samping yang minimal obat yang diberikan disesuaikan dengan tipe kejang yang akan diobati keefektifan serta keamanan medikasi.


Obat jenis epilepsy dan jenis epilepsinya serta efek samping yang timbul :


Karbamazepin genaralisata parsial : jumlah sel darah putih dan sel darah merah berkurang

Etoksimid petidmal jumlah sel darah putih dan sel darah merah berkurang

Gabapetin : parsial : tenang

Lamotrigin : generalisata , parsial : ruam kulit

Fenobarbital : generalisata, parsial : tenang

Venitoin : generalisata , parsial : tenang

Palproap : kejang infentil , peptimal : penemabahn berat badan , rambut rontok

2)      Pembedahan


Jika ditemukan kelainan otak yang terbatas biasanya dilakukan pembedahan untuk emngangkat serta-serat saraf yang menghubungkan kedua sisi otak ( korpuskalosum ). Pembedahan dilakukan jika obat tidak berhasil mengatsi epilepsy atau efek sampingnya tidak dapat ditoleransi.


 


Non Medis

1)      Keluarga klien dilatih untuk membantu penderita jika terjadi serangan epilepsy


2)      Lanhkah yang penting ialah menjaga agar penderita tidak terjatuh melonggarkan pakaiannya ( terutama didaerah leher ) dan  memasang bantal dibawah kepala


3)      Jika penderita tidak sadarkan diri sebaiknya posisinya dimiringkan agar mudah bernafas dan tidak boleh ditinggalkan sendirian sampai benar-banar sadar dan bisa bergerak secara normal.


 


B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko tinggi injury yang berhubungan dengan kejang berualang, ketidaktauan tentang epilepsy dan cara penanganan saat kejang dan penurunan tingkat kesadaran.

Nyeri akut yang berhubungan dengan nyeri kepala sekunder, respon pasca kejang.

Ansietas yang berhubngan dengan kejang berulang.

Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi akibat epilepsy.

                                             


C.    RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

 


Resiko tinggi injury yang berhubungan dengan kejang berulang, ketidaktauan tentang epilepsi dan cara penanganan saat kejang dan penurunan tingkat kesadaran.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam, klien bebas dari injury yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran.


Kriteria hasil :


Klien dengan keluarga mengetahui pelaksanaan kejang.


Klien mampu menghindari stimulus kejang.


Klien dapat melakukan pengobatan teratur untuk menentukan intensitas kejang.


INTERVENSI


RASIONAL


Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga


Data dasar untuk intervensi selanjutnya


Ajarkanklien dan keluarga metode mengontrol demam


Orang tua dengan anak yang pernah mengalami kejang demam harus diinstruksikan tentang metode untuk mengontrol demam ( kompres dingin , obat antipieretik)


Anjurkan control link pasca cidera kepala


Cidera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat dicegah melalui progam yang member keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman yaitu tidak hanya dapat hidup aman, etteapi juag mengembangkan pencegahan epilepsy akibat cidera kepala


Anjurkan keluarga agar menpersiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat sunction selalu berada didekat klien


Melindunggi klien bila kejang terjadi


Anjurkan untuk menghindari rangsangan cahaya yang berlebihan


Klien sering mengalami peka rangsangan terhadap cahaya yang sangat silau. Beberapa klien perlu menghindari stimulasi votic ( cahay yang menyilaukan kelap kelip, menonton tv). Dengan menggunakan kaca mata hitam atau menutup salah satu mata dapat membantu masalah ini


Anjurkan mempertahankan bedrest total selama fase akut.


Mengurangi resiko jatuh terluka jika vertigo sinkop dan ataksia terjadi


Kolaborasikan pemberian terapi veritoin ( dilantin )


Terapi medikasi untuk mengontrol menurunkan respon kejang yang berulang


Nyeri akut yang berhubungan dengan nyeri kepala sekunder, respon pasca kejang.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan s dalam waktu 1x 24 jam,  keluhan nyeri klien berkurang dan  rasa sakit terkontrol.


Kriteria hasil :


Klien dapat tidur dengan tenang


wajah rileks


Klien memverbalisasikan penurunan rasa sakit


INTERVENSI


RASIONAL


Selidiki keluhan nyeri. Perhatikan perubahan pada derajat dan sisi (guanakan skala 0 – 10).


Untuk mengetahui tingkat nyeri klien dan dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi


Awasi tanda vital, perhatikan petunjuk non-verbal, misalnya pegangan otot dam gelisah


Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dak keefektifan intervensi.


Usahakan membuat lingkungan yang aman dan tenang


Menurunkan reaksi terhadap rangsangan eksternal atau sensifiatas terhadap cahaya dan menganjurkan klien untuk beristirahat


Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien


Penggunaan persepsi sendiri atau prilaku untk menghilangkan nyeri dapat membantu pasien mengatasinya lebih efektif.


Lakukan manajemen nyeri dengan metode distraksi dan relaksasi napas dalam


Membantu menurunkan ( memutuskan) stimulasi sensasi nyeri


Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati


Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat menurunkan rasa sakit/ tidak nyaman


Kolaborasi pemberian analgetik


Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit atau nyeri. Catatan : narkotik merupakan kontraindikasi karena berdampak pada status neurologis sehingga sukar untuk dikaji


Ansietas yang berhubungan dengan kejang berulang.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x 24 jam, ketakutan klien hilang atau berkurang.


Kriteria hasil :


Dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya.


Menyatakan kecemasan/ketakutan hilang atau berkurang.


INTERVENSI


RASIONAL


Bantu klien mengekspresikan rasa takut


Ketakutan berkelanjutan memberikan dampak psikologis yang tidak baik


Lakukan kerjasama dengan keluarga


Kerja sama klien dan keluarga sepenuhnya penting. Mereka harus yakin terhadap manfaat progam yang ditetapkan.harus ditekankan bahwa medikasi antikonvulsan yang diresepkan harus dikonsumsi secara terus menurus dan bahwa ini bukan obat yang membentuk kebiasaan. Medikasi ini dapat dikonsumsi tanpa rasa takut ketergantungan obat selama bertahun-tahun jika obat tersebut dieprlukan. Jika klien dibawah pengawasan keperawatan kesehatan dan didampingi, maka klien harus melakukan instruksi dengan taat


Hindari konfontasi


Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama dan mungkin terlambat penyembuhan


Ajarkan control kejang


Control kejang tergantrung pada aspek pemahaman dan kerjasama klien. Gaya hidup dan lingkungan dikaji untuk mengidentifikasi factor-faktor yang mencetuskan kejang : gangguan emosi, stressor lingkungan baru, awitan ( konsep menstruasi pada klien wanita / demam ). Klien dianjurkan untuk mengikuti gaya hidup rutin regular dan sedang, diet ( menghindari stimulant berlebihan ), latihan dan istirahat ( gangguan tidur dapaat menurunkan ambang klien terhadap kejang ). Aktivitas sedang  adalah terapi yang baik dan penggunaan energy yang berlebiahann dapat dihindari


Beri lingkungan yang tenang dan suasana yang penuh istirahat


Mengurangi rangsangan eksternal- eksternal yang tidak perlu


Kurangi stimulus ketegangan


Keadaan tegang ( ansietas, frustasi ), mengakibatkan kejang pada beberapa  klien pengklasifikasian penatalanksanaan strees akan bermanfaat karena kejang diketahui terjadi akibta asupan alcohol, meka kebiasaan ini harus dihindari. Terapi yang paling baik adalah mengikuti rencana pengobatan untuk stimuli yang mencetuskan kejang


Tingkatkan control sensasi klien


Control sensasi klien ( dan dalam  menurunkan ketakutan ) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien


Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan


Orientasi dapat menurunkan kecemasan


Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan ansietasnya


Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan


Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat


Member waktu untuk menekspresikan perasaan, menghilangkan cemas, dan perilaku adaptasi. Melayani aktivitas dan pengalihan  ( misalnya membaca ) akan menurunkan rasa terisolasi


 


Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi akibat epilepsi.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan  dalam waktu 1x24 jam, koping individu dapat kembali efektif dan harga diri klien meningkat.


Kriteria hasil :


Mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi.


Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.


Mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif.


 


INTERVENSI


RASIONAL


Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan ketidakmampuan.


Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi


Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi pada klien.


Beberapa klien dapat menerima dan mengatur perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri, sedangkan yang lain mempunyai kesulitan memebandingkan, mengenal, dan mengatur kekurangan


Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan termasuk hostility dan kemarahan


Menunjukkan penerimaan, membantu klien untuk mengenal dan mneyesuaikan dengan perasaan tersebut


Catat ketika klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematian


Mendukung  penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negative terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional


Membantu klien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru


Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali factor kejadian tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat


Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan


Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan


Anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan hal untuk dirinya dengan sebaik-baiknya


Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perekembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi


Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas  rehabilitasi


Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian peran individu masa mendatang


Monitor gangguan tidur, peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi.


Dapat mengindikasikan terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke dimana memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut


Kolaborasi :


Rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi


 


Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.