Friday, September 19, 2025

Cedera Luka Bakar di Dalam Keperawatan


Luka Bakar

Sumber: 

Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan). PT

 

EGC. Jakarta.

 

Muttaqin, Arif. Kumala Sari.2002. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Penerbit

Salemba.

A.    Definisi

Luka bakar merupakan luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan didiami oleh bakteri pathogen, mengalami eksudasi dengan perembesan sejumlah besar air, protein serta elektrolit; dan sering kali memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen. Cedera luka bakar memiliki beragam penyebab dan berpotensi menyebabkan kematian atau cedera yang berdampak seumur hidup pada pasien yang mengalami cedera luka bakar.

 

B.    Etiologi

Menurut penyebabnya, luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis, meliputi hal berikut ini.

1.     Panas basah (lukabakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya: teko atau minuman).

2.     Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak.

3.     Lukabakar akibat api unggun, alat pemanggang, dan api yang disebabkan oleh merokok di tempat tidur.

4.     Benda panas (misalnya radiator).

5.     Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari).

6.     Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik. Mungkin tidak jelas adanya kerusakan kulit, tetapi biasanya terdapat titik masuk dan keluar. Luka bakar tersengat listrik dapat menyebabkan aritmia jantung dan pasien ini harus mendapat pemantauan jantung minimal selama 24 jam setelah cedera.

7.     Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa sering menghasilkan keserusakan kulit yang luas. Antidote untuk zat kimia harus diketahui dan digunakan untuk menetralisir efeknya.

8.     Cedera inhalasi terjadi akibat pajanan gas panas, ledakan, dan luka bakar pada kepala dan leher, atau tertahan di ruangan yang dipenuhi asap.

 

C.    Patofisiologi

Kulit adalah organ terbesar dari tubuh. Meskipun tidak aktif secara metabolic, tetapi kulit melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup di mana dapat terganggu akibat suatu cedera luka bakar. Suatu cedera luka bakar akan mengganggu fungsi kulit, seperti berikut ini.

1.     Gangguan proteksi terhadap invasi kuman.

2.     Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang kondisi lingkungan

3.     Gangguan sebagai fungsi  termoregulasi dan keseimbangan air.

4.     Benda panas (misalnya radiasi)

5.     Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari)

6.     Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik. Mungkin tidak jelas adanya kerusakan kulit, tetapi biasanya terdapat titik masuk dan keluar. Luka bakar tersengat listrik dapat menyebabkan aritmia jantung dan pasien ini harus mendapat pemantauan jaunting minimal selama 24 jam setelah cedera.

7.     Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang sering menghasilkan kerusakan kulit yang luas. Antidote untuk zat kimia harus diketahui dan digunakan untuk menetralisir efeknya.

8.     Cedera inhalasi terjadi akibat pajanan gas panas, ledakan, dan luka bakar pada kepala dan leher, atau tertahan di ruangan yang dipenuhi asap.

Kulit adalah organ terbesar dari tubuh. Meskipun tidak aktif secara metabolic, tetapi kulit melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup di mana dapat tergangguan akibat suatu cedera luka bakar. Suatu cedera luka bakar akan mengganggu fungsi kulit, seperti berikut ini.

1.     Gangguan proteksi terhadap invasi kuman.

2.     Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang kondisi lingkungan.

3.     Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan air.

Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar akibat panas. Jaringan lunak akan mengalami cedera bila terkena suhu di atas 115 derajat Fahrenheit (46 derajat Celsius). Luasnya kerusakan bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,9 derajat Celsius dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis da ndermis sehingga terjadi cedera luka bakar panas, kulit akan melakukan pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan pembentukan oksigen reaktif yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan kehilangan cairan serta viskositas plasma meningkat dengan menghasilkan suatu formasi mikrotrombus.

Cedera luka bakar dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik dimanifestasikan dengan adanya demam, peningkatan laju metabolism, peningkatan curah jantung, peningkatan glukoneogenesis, serta meningkatkan katabolisme otot visceral dan dan rangka. Pasien membutuhkan dukungan komprehensif, yang berlanut sampai penutupan luka selesai.

 

 

D.    Klasifikasi

Respon luka bakar terhadap tubuh bergantung pada kondisi kedalaman dan luas dari cedera luka bakar. Semakin dalam dan semakin luas cedera akan dapat memengaruhi respons sistemik baik system kardiovaskuler, pernapasan, kondisi cairan elektrolit, urinarius, dan gastrointestinal.

1.     Kedalaman luka bakar

Derajat kedalaman luka bakar dapat digolongkan sebagai (1) derajat pertama yaitu luka bakar superficial, (2)  derajat kedua yaitu luka bakar partial thickness; (3) derajat tiga yaitu full thickness dalam, dan (4) derajat empat yaitu luka bakar yang merusak tulang, otot dan jaringan dalam, serta luka bakar akibat sengatan arus listrik yang menyebabkan robeknya jaringan.

Derajat ke dalaman berdampak pada waktu penyembuhan, kebutuhan rawat inap dan intervensi bedah, serta potensi untuk pengembangan bekas luka. Meskipun klasifikasi akurat tidak selalu memungkinkan awalnya, penyebab, dan karakteristik fisik luka bakar sangat membantu dalam kategori dan penetapan rencana intervensi yang akan dilaksanakan.

Untuk membedakan derajat 2 dan derajat 3 pada awalnya bisa sangat sulit. Sebagai contoh, luka bakar full-thivkness biasanya dengan tampilan warna putih atau merah setelah bula pecah. Hal ini juga terjadi pada luka bakar partial-thickness dalam. Penilaian estimasi derajat kedalaman luka bakar sangat diperlukan dalam 24-72 jam pertama sebagai indicator awal untuk perencanaan intervensi selanjutnya. Penilaian lainnya dari kedalaman luka bakar dengan menilai karakteristik luka bakar yang dapat dilihat pda Tabel. 10.2

 

Klasifikasi

Etiologi

Karakteristik

Penampilan

Sensasi

Waktu penyembuhan

Bekas luka

Luka bakar superficial

Terbakar matahari

Terbatas di epidermis. Terdapat eritema, tetapi tidak segera timbul lepuh

nyeri

Penyembuhan terjadi secara spontan dalam 3-4 hari

Tidak menimbulkan jaringan parut. Biasanya tidak timbul komplikasi

Luka bakar partial-thickness

Pajanan air panas

Meluas ke epidermis dan ke dalam lapisan dermis, serta menimbulkan bula dalam beberapa menit

Sangat nyeri

7-20 hari

Luka bakar ini biasanya sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Komplikasi jarang terjadi,  walaupun mungkin timbul infeksi sekunder pada luka

Luka bakar partial-thicknessdalam

Pajanan air panas, kontak langsung dengan api atau minyak panas

Meluas ke seluruh dermis. Namun, daerah di sekitarnya biasanya mengalami luka derajat kedua superficial yang nyeri

Nyeri dengan tekanan parsial

Penyembuhan beberapa minggu. Memerlukan tindakan debridement untuk membuang jaringan yang mati. Biasanya diperlukan tandur kulit.

Folikel rambut mungkin utuh dan akan tumbuh kembali. Pada luka bakar ini selalu terjadi pembentukan jaringan parut.

Luka bakar full thickness

Pajanan air panas, kontak langsung dengan api, minyak panas, uap panas, agen kimia, dan listrik tegangan tinggi

Meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis. Kapiler dan vena mungkin hangus dan aliran darah ke daerah tersebut berkurang

Saraf rusak sehingga luka tidak terasa nyeri kecuali dengan tekanan dalam. Namun, daerah di sekitarnya biasanya nyeri seperti pada luka bakar derajat kedua.

Luka bakar jenis ini mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan untuk sembuh dan diperlukan pembersihan secara bedah dan penanduran

Luka bakar derajat ketiga membentuk jaringan parut dan jaringan tampak seperti kulit yang keras. Risiko tinggi untuk terjadinya kontraktor.

 

Table dimodifikasi dari berbagai sumber

1.     World Health Organization.2007.Management of Burns. World Health Organization. Diunduh pada http://www.who.int/surgery/publications/Burns_management.pdf.

2.     Sheridan, R. Outpatient Burn Care in The Emergency Departement.Pediatr Emerg Care.21 (7):449-56; quiz 457:9/Jul 2005

3.     Mertens, D.M., Jenkins M.E., dan Warden G.D. Outpatient Burn Management. Nurs Clin North Am.32:343-64/1997.

4.     Peate, W.F.Outpatient Management of Burns.Am Fam Physician.45:1321-30/1992

 

2.     Luas Luka Bakar

Penilaian luas luka bakar dilakukan dengan persentase total luas permukaan tubuh (TBSA) yang disebabkan oleh cedera. Penilaian estimasi yang akurat dari TBSA sangat penting untuk intervensi selanjutnya. Penilaian luas luka bakar dapat menggunakan (1) metode Lund dan Browder, (2) metode RUmus Sembilan (Rule of Nine), atau (3) metode telapak tangan.

a.     Metode lund dan Browder

Metode lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang terbakar adalah metode Lund dan Bowder yang mengakui bahwa persentase luas  luka bakar pada berbagai bagian anatomic, khususnya kepala dan tungkai akan berubah menurut pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua, serta  ketiga pasca luka bakar karena garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.

Estimasi dengan metode Lund dan Browder sangat akurat dan efektif dilakukan pada anak. Table 10.3 menjelaskan modifikasi dari penilaian luas luka bakar dengan metode Lund dan Browder pada semua kelompok umur.

Area

Lahir-1 tahun

1-4 tahun

5-6 tahun

10-14 tahun

15 tahun

Dewasa

2nd

3rd

TBSA

Kepala

19

17

13

11

9

7

 

 

 

Leher

2

2

2

2

2

2

 

 

 

Dada dan abdomen depan

13

13

13

13

13

13

 

 

 

Dada dan abdomen belakang

13

13

13

13

13

13

 

 

 

Bokong kanan

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

 

 

 

Bokong kiri

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

 

 

 

Genitalia

1

1

1

1

1

1

 

 

 

Lengan atas kanan

4

4

4

4

4

4

 

 

 

Lengan atas kiri

4

4

4

4

4

4

 

 

 

Lengan bawah kanan

3

3

3

3

3

3

 

 

 

Lengan bawah kiri

3

3

3

3

3

3

 

 

 

Telapak tangan kanan

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

 

 

 

Telapak tangan kiri

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

 

 

 

Paha kanan

5.5

5.5

5.5

5.5

5.5

5.5

 

 

 

Paha kiri

5.5

5.5

5.5

5.5

5.5

5.5

 

 

 

Kaki kanan

5

5

5.5

6

6.5

7

 

 

 

Kaki kiri

5

5

5.5

6

6.5

7

 

 

 

Kaki kanan

3.5

3.5

3.5

3.5

3.5

3.5

 

 

 

Kaki kiri

3.5

3.5

3.5

3.5

3.5

3.5

 

 

 

Total

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*2nd : luka bakar derajat dua dengan kedalaman luka bakar superficial partial-thickness atau partial thickness dalam.

*3rd: luka bakar derajat tiga dengan kedalaman luka bakar full thickness

Tabel dimodifikasi dari

1.     Lund, C. dan Browder N. The Estimation of Areas of Burns. Surg Gynecol Obstet.79:352-8/1944

2.     Mertens, D.M. Jenkins, M.E. dan Warden G.D. Outpatient Burn Management. Nurs Clin North Am.32:343-64/1997

3.     Allison K. dan Porter K.Consensus on The Prehospital  Approach to Burns Patient Management.Emerg Med J. (1):112-4/Jan 2004

b.    Rumus Sembilan (Rule of Nines)

Estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan menggunakan Rumus Sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar. System tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.

c.     Metode Telapak Tangan

Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar metode yang dipakai untuk memperkirakan persentase luka bakar adalah metode telapak tangan (palm method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar (Amirsheybani,2001).

 

E.    Komplikasi

1.      Infeksi.

Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.

2.      Curling’s ulcer (ulkus Curling).

Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10. Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.

3.      Gangguan Jalan nafas.

Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.

4.       Konvulsi.

Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.

5.      Kontraktur

6.      Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut

F.    Penatalaksanaan

1.     Resusitasi A, B, C.

a.     Pernafasan:

                    i.        Udara panas, mukosa rusak, oedem, obstruksi.

                   ii.        Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin  iritasi  Bronkho kontriksi  obstruksi  gagal nafas.

b.     Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler  hipovolemi relatif  syok  ATN  gagal ginjal.

2.     Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.

3.     Resusitasi cairan    Baxter.

a.     Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.

b.     Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.

c.     Kebutuhan faal:
< 1 tahun   : BB x 100 cc
1 – 3 tahun      : BB x 75 cc
3 – 5 tahun      : BB x 50 cc
½ à diberikan  8 jam pertama
½ à diberikan  16 jam berikutnya.
Hari kedua:

a.             Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.

b.             Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.

4.     Monitor urine dan CVP.

5.     Topikal dan tutup luka

a.     Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.

b.     Tulle.

c.     Silver sulfa diazin tebal.

d.     Tutup kassa tebal.

e.     Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.

6.     Obat – obatan:

a.     Antibiotika   : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.

b.     Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.

c.     Analgetik     : kuat (morfin, petidine)

d.     Antasida       : kalau perlu