Luka Bakar
Sumber:
Carpenito,J,L.
(1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2
(terjemahan). PT
EGC. Jakarta.
Muttaqin, Arif. Kumala Sari.2002.
Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Penerbit
Salemba.
A. Definisi
Luka bakar merupakan luka
yang unik di antara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah
besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu
yang lama. Dengan cepat luka bakar akan didiami oleh bakteri pathogen,
mengalami eksudasi dengan perembesan sejumlah besar air, protein serta
elektrolit; dan sering kali memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh
yang lain untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen. Cedera luka bakar
memiliki beragam penyebab dan berpotensi menyebabkan kematian atau cedera yang
berdampak seumur hidup pada pasien yang mengalami cedera luka bakar.
B. Etiologi
Menurut
penyebabnya, luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis, meliputi hal berikut
ini.
1.
Panas basah (lukabakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya: teko
atau minuman).
2.
Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak.
3.
Lukabakar akibat api unggun, alat pemanggang, dan api yang disebabkan
oleh merokok di tempat tidur.
4.
Benda panas (misalnya radiator).
5.
Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari).
6.
Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.
Mungkin tidak jelas adanya kerusakan kulit, tetapi biasanya terdapat titik
masuk dan keluar. Luka bakar tersengat listrik dapat menyebabkan aritmia
jantung dan pasien ini harus mendapat pemantauan jantung minimal selama 24 jam
setelah cedera.
7.
Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa sering
menghasilkan keserusakan kulit yang luas. Antidote untuk zat kimia harus
diketahui dan digunakan untuk menetralisir efeknya.
8.
Cedera inhalasi terjadi akibat pajanan gas panas, ledakan, dan luka
bakar pada kepala dan leher, atau tertahan di ruangan yang dipenuhi asap.
C. Patofisiologi
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh.
Meskipun tidak aktif secara metabolic, tetapi kulit melayani beberapa fungsi
penting bagi kelangsungan hidup di mana dapat terganggu akibat suatu cedera
luka bakar. Suatu cedera luka bakar akan mengganggu fungsi kulit, seperti
berikut ini.
1.
Gangguan proteksi terhadap invasi kuman.
2.
Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang kondisi lingkungan
3.
Gangguan sebagai fungsi
termoregulasi dan keseimbangan air.
4.
Benda panas (misalnya radiasi)
5.
Radiasi (misalnya terbakar sinar matahari)
6.
Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.
Mungkin tidak jelas adanya kerusakan kulit, tetapi biasanya terdapat titik
masuk dan keluar. Luka bakar tersengat listrik dapat menyebabkan aritmia
jantung dan pasien ini harus mendapat pemantauan jaunting minimal selama 24 jam
setelah cedera.
7.
Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang
sering menghasilkan kerusakan kulit yang luas. Antidote untuk zat kimia harus
diketahui dan digunakan untuk menetralisir efeknya.
8.
Cedera inhalasi terjadi akibat pajanan gas panas, ledakan, dan luka
bakar pada kepala dan leher, atau tertahan di ruangan yang dipenuhi asap.
Kulit
adalah organ terbesar dari tubuh. Meskipun tidak aktif secara metabolic, tetapi
kulit melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup di mana dapat
tergangguan akibat suatu cedera luka bakar. Suatu cedera luka bakar akan
mengganggu fungsi kulit, seperti berikut ini.
1.
Gangguan proteksi terhadap invasi kuman.
2.
Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang kondisi lingkungan.
3.
Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan air.
Jenis
umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar akibat panas. Jaringan lunak akan
mengalami cedera bila terkena suhu di atas 115 derajat Fahrenheit (46 derajat
Celsius). Luasnya kerusakan bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak.
Sebagai contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa,
kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,9
derajat Celsius dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis da ndermis
sehingga terjadi cedera luka bakar panas, kulit akan melakukan pelepasan zat
vasoaktif yang menyebabkan pembentukan oksigen reaktif yang menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan kehilangan cairan serta
viskositas plasma meningkat dengan menghasilkan suatu formasi mikrotrombus.
Cedera
luka bakar dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik dimanifestasikan dengan
adanya demam, peningkatan laju metabolism, peningkatan curah jantung,
peningkatan glukoneogenesis, serta meningkatkan katabolisme otot visceral dan
dan rangka. Pasien membutuhkan dukungan komprehensif, yang berlanut sampai
penutupan luka selesai.
D. Klasifikasi
Respon
luka bakar terhadap tubuh bergantung pada kondisi kedalaman dan luas dari
cedera luka bakar. Semakin dalam dan semakin luas cedera akan dapat memengaruhi
respons sistemik baik system kardiovaskuler, pernapasan, kondisi cairan
elektrolit, urinarius, dan gastrointestinal.
1.
Kedalaman luka bakar
Derajat
kedalaman luka bakar dapat digolongkan sebagai (1) derajat pertama yaitu luka
bakar superficial, (2) derajat kedua
yaitu luka bakar partial thickness; (3) derajat tiga yaitu full thickness dalam,
dan (4) derajat empat yaitu luka bakar yang merusak tulang, otot dan jaringan
dalam, serta luka bakar akibat sengatan arus listrik yang menyebabkan robeknya
jaringan.
Derajat
ke dalaman berdampak pada waktu penyembuhan, kebutuhan rawat inap dan intervensi
bedah, serta potensi untuk pengembangan bekas luka. Meskipun klasifikasi akurat
tidak selalu memungkinkan awalnya, penyebab, dan karakteristik fisik luka bakar
sangat membantu dalam kategori dan penetapan rencana intervensi yang akan
dilaksanakan.
Untuk
membedakan derajat 2 dan derajat 3 pada awalnya bisa sangat sulit. Sebagai
contoh, luka bakar full-thivkness biasanya dengan tampilan warna putih atau
merah setelah bula pecah. Hal ini juga terjadi pada luka bakar
partial-thickness dalam. Penilaian estimasi derajat kedalaman luka bakar sangat
diperlukan dalam 24-72 jam pertama sebagai indicator awal untuk perencanaan
intervensi selanjutnya. Penilaian lainnya dari kedalaman luka bakar dengan
menilai karakteristik luka bakar yang dapat dilihat pda Tabel. 10.2
Klasifikasi |
Etiologi |
Karakteristik |
|||
Penampilan |
Sensasi |
Waktu penyembuhan |
Bekas luka |
||
Luka bakar superficial |
Terbakar matahari |
Terbatas di epidermis. Terdapat eritema,
tetapi tidak segera timbul lepuh |
nyeri |
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam
3-4 hari |
Tidak menimbulkan jaringan parut. Biasanya
tidak timbul komplikasi |
Luka bakar partial-thickness |
Pajanan air panas |
Meluas ke epidermis dan ke dalam lapisan
dermis, serta menimbulkan bula dalam beberapa menit |
Sangat nyeri |
7-20 hari |
Luka bakar ini biasanya sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut. Komplikasi jarang terjadi, walaupun mungkin timbul infeksi sekunder
pada luka |
Luka bakar partial-thicknessdalam |
Pajanan air panas, kontak langsung dengan
api atau minyak panas |
Meluas ke seluruh dermis. Namun, daerah di
sekitarnya biasanya mengalami luka derajat kedua superficial yang nyeri |
Nyeri dengan tekanan parsial |
Penyembuhan beberapa minggu. Memerlukan
tindakan debridement untuk membuang jaringan yang mati. Biasanya diperlukan
tandur kulit. |
Folikel rambut mungkin utuh dan akan tumbuh
kembali. Pada luka bakar ini selalu terjadi pembentukan jaringan parut. |
Luka bakar full thickness |
Pajanan air panas, kontak langsung dengan
api, minyak panas, uap panas, agen kimia, dan listrik tegangan tinggi |
Meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan
subkutis. Kapiler dan vena mungkin hangus dan aliran darah ke daerah tersebut
berkurang |
Saraf rusak sehingga luka tidak terasa
nyeri kecuali dengan tekanan dalam. Namun, daerah di sekitarnya biasanya
nyeri seperti pada luka bakar derajat kedua. |
Luka bakar jenis ini mungkin memerlukan
waktu berbulan-bulan untuk sembuh dan diperlukan pembersihan secara bedah dan
penanduran |
Luka bakar derajat ketiga membentuk
jaringan parut dan jaringan tampak seperti kulit yang keras. Risiko tinggi
untuk terjadinya kontraktor. |
Table dimodifikasi dari berbagai sumber
1.
World Health Organization.2007.Management
of Burns. World Health Organization. Diunduh pada http://www.who.int/surgery/publications/Burns_management.pdf.
2.
Sheridan, R. Outpatient Burn Care
in The Emergency Departement.Pediatr Emerg Care.21 (7):449-56; quiz
457:9/Jul 2005
3.
Mertens, D.M., Jenkins M.E., dan Warden G.D. Outpatient Burn Management. Nurs Clin North Am.32:343-64/1997.
4.
Peate, W.F.Outpatient Management
of Burns.Am Fam Physician.45:1321-30/1992
2.
Luas Luka Bakar
Penilaian
luas luka bakar dilakukan dengan persentase total luas permukaan tubuh (TBSA)
yang disebabkan oleh cedera. Penilaian estimasi yang akurat dari TBSA sangat
penting untuk intervensi selanjutnya. Penilaian luas luka bakar dapat
menggunakan (1) metode Lund dan Browder, (2) metode RUmus Sembilan (Rule of
Nine), atau (3) metode telapak tangan.
a. Metode lund dan Browder
Metode
lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang terbakar adalah
metode Lund dan Bowder yang mengakui bahwa persentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomic,
khususnya kepala dan tungkai akan berubah menurut pertumbuhan. Dengan membagi
tubuh menjadi daerah yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas
permukaan tubuh untuk bagian tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi luas
permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba
di rumah sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua, serta ketiga pasca luka bakar karena garis
demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.
Estimasi
dengan metode Lund dan Browder sangat akurat dan efektif dilakukan pada anak.
Table 10.3 menjelaskan modifikasi dari penilaian luas luka bakar dengan metode
Lund dan Browder pada semua kelompok umur.
Area |
Lahir-1 tahun |
1-4 tahun |
5-6 tahun |
10-14 tahun |
15 tahun |
Dewasa |
2nd |
3rd |
TBSA |
Kepala |
19 |
17 |
13 |
11 |
9 |
7 |
|
|
|
Leher |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
|
|
|
Dada dan abdomen depan |
13 |
13 |
13 |
13 |
13 |
13 |
|
|
|
Dada dan abdomen belakang |
13 |
13 |
13 |
13 |
13 |
13 |
|
|
|
Bokong kanan |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
|
|
|
Bokong kiri |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
|
|
|
Genitalia |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
|
|
|
Lengan atas kanan |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
|
|
Lengan atas kiri |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
|
|
Lengan bawah kanan |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
|
|
|
Lengan bawah kiri |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
|
|
|
Telapak tangan kanan |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
|
|
|
Telapak tangan kiri |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
2.5 |
|
|
|
Paha kanan |
5.5 |
5.5 |
5.5 |
5.5 |
5.5 |
5.5 |
|
|
|
Paha kiri |
5.5 |
5.5 |
5.5 |
5.5 |
5.5 |
5.5 |
|
|
|
Kaki kanan |
5 |
5 |
5.5 |
6 |
6.5 |
7 |
|
|
|
Kaki kiri |
5 |
5 |
5.5 |
6 |
6.5 |
7 |
|
|
|
Kaki kanan |
3.5 |
3.5 |
3.5 |
3.5 |
3.5 |
3.5 |
|
|
|
Kaki kiri |
3.5 |
3.5 |
3.5 |
3.5 |
3.5 |
3.5 |
|
|
|
Total |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
*2nd : luka bakar derajat dua dengan kedalaman luka bakar
superficial partial-thickness atau partial thickness dalam.
*3rd: luka bakar derajat tiga dengan kedalaman luka bakar
full thickness
Tabel dimodifikasi dari
1.
Lund, C. dan Browder N. The
Estimation of Areas of Burns. Surg Gynecol Obstet.79:352-8/1944
2.
Mertens, D.M. Jenkins, M.E. dan Warden G.D. Outpatient Burn Management. Nurs Clin North Am.32:343-64/1997
3.
Allison K. dan Porter K.Consensus
on The Prehospital Approach to Burns
Patient Management.Emerg Med J. (1):112-4/Jan 2004
b. Rumus Sembilan (Rule of Nines)
Estimasi
luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan menggunakan Rumus
Sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah
yang terbakar. System tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan
terhadap permukaan tubuh yang luas.
c. Metode Telapak Tangan
Pada
banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar metode yang dipakai untuk
memperkirakan persentase luka bakar adalah metode telapak tangan (palm method).
Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas permukaan tubuhnya.
Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar
(Amirsheybani,2001).
E.
Komplikasi
1.
Infeksi.
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi
berat, maka penderita dapat mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum
luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena
bersifat imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu,
misalnya pda edema larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.
2.
Curling’s ulcer (ulkus Curling).
Ini merupakan komplikasi serius, biasanya
muncul pada hari ke 5–10. Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung,
kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus diberikan secara rutin pada
penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita luka
bakar menunjukkan ulkus di duodenum.
3.
Gangguan Jalan nafas.
Paling dini muncul dibandingkan komplikasi
lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema
paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan
oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
4.
Konvulsi.
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak
adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit,
hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33%
oleh sebab yang tak diketahui.
5.
Kontraktur
6.
Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut
F.
Penatalaksanaan
1.
Resusitasi A, B, C.
a.
Pernafasan:
i.
Udara panas, mukosa rusak, oedem, obstruksi.
ii.
Efek toksik dari asap: HCN, NO2,
HCL, Bensin iritasi Bronkho
kontriksi obstruksi gagal nafas.
b.
Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra
vaskuler hipovolemi relatif syok ATN gagal ginjal.
2.
Infus, kateter, CVP, oksigen,
Laboratorium, kultur luka.
3.
Resusitasi cairan Baxter.
a.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
b.
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
c.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½ à diberikan 8 jam pertama
½ à diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua:
a.
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
b.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
4.
Monitor urine dan CVP.
5.
Topikal dan tutup luka
a.
Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30
) + buang jaringan nekrotik.
b.
Tulle.
c.
Silver sulfa diazin tebal.
d.
Tutup kassa tebal.
e.
Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
6.
Obat – obatan:
a.
Antibiotika : tidak diberikan
bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
b.
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan
pola kuman dan sesuai hasil kultur.
c.
Analgetik : kuat
(morfin, petidine)
d.
Antasida
: kalau perlu