Faktor-faktor yang memengaruhui ASI Ekslusif
(Sumber: Widyamarta, Dimas Erda.2016.Faktor-faktor Yang Memengaruhi ASI Ekslusif.Ponorogo:Karya Tulis Ilmiah Pribadi)
2.1 Konsep ASI Eksklusif
2.1.1 Pengertian ASIEksklusif
ASI eksklusif yaitu makanan bayi yang penting pada bulan-bulan pertama kehidupannya, ASI merupakan sumber gizi yangsangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan pertumbuhan bayi. Karena ASI adalah makanan yang paling sempurna berkualitas dan kuantitas (Roeslie, 2005). ASI Eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan maknan dan minuman lain pada bayi semenjak lahir sampai bayi berusia 0-6 bulan, kecuali obat dan vitamin (Depkes, 2004).
2.1.2 Jenis ASI
Menurut waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu (Nugroho, 2011):
1. ASI kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mammae yang berupa cairan bening dan agak kental dan berwarna agak kekuningan dan agak lengket yang keluar dari ibu pada 1-5 hari pertama setelah melahirkan.
2. ASI transisi merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. ASI dieksresi mulai hari ke 5 sampai hari ke 10 dari masa laktasi. Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi protein semakin rendah, sedangkan komposisi karbohidrat dan lemak semakin tinggi, hal ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karen aktifitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil. ASI yang disekresi mulai hari ke 10 sampai seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan.
3. ASI matur adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi yaitu 300-850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. Volume ASI pada saat tahun pertama adalah 400-700 ml/24 jam. Tahun ke dua sekitar 200-400 ml/24 jam dan sesudahnya 200ml/24 jam.
2.1.3 Patofisiologi ASI
Patofisiologi laktasi tidak hanya diperhatikan dari sisi fungsi glandula mammae dalam memproduksi air susu, tetapi juga melibatkan proses pertumbuhan glandula mammae dari saat fetus sampai usia dewasa. Adanya gangguan pada setiap fase pertumbuhan payudara akan mengurangi atau bahkan meniadakan kapasitas fungsional glandula mammae. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dibagi 3 bagian yaitu Pembentukan Kelenjar Payudara. Pembentuk air susu dan Pemeliharan pengeluaran air susu(Nugroho, 2011).
2.1.4 Pembentukan Kelenjar Payudara
1. Sebelum Pubertas
Duktus primer dan duktus sekunder sudah terbentuk pada masa fetus. Mendekati Pubertas terjadinya pertumbuhan yang cepat dari sistem duktus terutama di bawah pengaruh hormon estrogen sedang pertumbuhan alveoli oleh hormon progesterone. Hormon yang juga ikut berperan adalah prolaktin yang dikeluarkan oleh kelenjar adenohipofise anterior. Hormon yang kurang berperan adalah hormon adrenalin, tiroid, paratiroid, dan hormon pertumbuhan(Nugroho, 2011).
2. Masa Pertumbuhan
Pada masa ini terjadi pertumbuhan percabangan sistem duktus, proliferasi dan kanalisasi dari unit lobuloalveolar yang terletak pada ujung-ujung distal duktulus. Jaringan penyangga stoma mengalami organisasi dan membentuk septum interlobalir(Nugroho, 2011).
3. Masa siklus menstruasi
Perubahan kelenjar payudara wanita dewasa berhubungan siklus menstruasi dan pengaruh-pengaruh hubungan siklus menstruasi dan pengaruh-pengaruh hormone yang mengatur siklus tersebut seperti estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Bila kadar hormone tersebut meningkat maka akan terjadi edema lobulus, secara klinik payudara dirasakan berat dan penuh. Setelah menstruasi kadar estrogen dan progesteron, berkurang. Yang bekerja hanya prolaktin saja. Oedem berkurang sehingga besar payudara berkurang juga. Hal ini menyebabkan payudara selalu tambah besar pada tiap siklus ovulasi mulai dari permulaan menstruasi sampai umur 30 tahun(Nugroho, 2011).
a. Masa kehamilan
Pada awal kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru, percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon yang membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta, korioni gona dotropin, insulin, kortisol, paratiroid dan hormon pertumbuhan(Nugroho, 2011).
b. Pada 3 bulan Kehamilan
Prolaktin dari adeno hipofise mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini kolostrum masih di hambat oleh estrogen dan progesteron tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan(Nugroho, 2011).
c. Pada Trimester kedua kehamilan
Laktogen plasenta mulai merangsang pembentukan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon terhadap pengeluaran air susu telah didemonstrasikan kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal, tetap keluar kolostrum(Nugroho, 2011).
d. Pembentukan Air Susu
Pembentukan air susu sangat dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan kontrol laktasi serta penekanan fungsi laktasi. Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu refleks prolatik dan refleks “Let down” (Nugroho, Taufan.2011).
1) Reflek prolaktin
Seperti telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan terutama hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas, karena aktifitas prolaktis dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung (Nugroho, Taufan.2011).
2) Refleks let down (milk ejection reflex)
Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.Faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah: stres seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut, cemas. Akibat dari tidak sempurnanya refleks let down maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam air susu di dalam alveoli yang secara klinistampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat abses, gagal untuk menyusui dan rasa sakit.Karena refleks let down tidak sempurna maka bayi yang haus jadi tidak puas. Bayi yang haus dan tidak puas ini akan berusaha untuk dapat air susu yang cukup dengan cara menambah kuat isapannya sehingga tidak jarang dapat menimbulkan luka-luka pada puting susu dan sudah barang tentu luka-luka ini akan dirasakan oleh ibunya yang juga menambah stresnya tadi. (Nugroho, Taufan.2011).
2.1.5 Proses Pembentuk Laktogen
Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut:
1. Laktogenesis I
Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobulus. Terjadinya pada fase terakhir kehamilan. Pada fase ini, payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental kekuningan dan tingkat progesteron tinggi sehingga mencegah produksi ASI. Pengeluaran kolostrum pada saat hamil atau sebelum bayi lahir, tidak menjadi masalah medis. Hal ini juga bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI. Pengeluaran kolostrum pada saat hamil atau sebelum bayi lahir, tidak menjadikan masalah medis. Hal ini juga bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI(Nugroho, 2011).
2. Laktogenesis II
Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya kadar hormon progesteron, estrogen dan HPL. Akan tetapi kadar hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran.Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga kelar dalam ASI itu sendiri. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi darip ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (Ig A), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan-pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya(Nugroho, 2011).
3. Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI banyak.Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosong secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan beberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.Pemeliharaan Pengeluaran Air Susu, yakni:
a. Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui.
b. Proses menyusui memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus.
Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebakan terlambatnya proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya bila kekuatan isapan yang kurang, frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini berarti pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang, karena diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran(Nugroho, 2011).
2.1.6 Kandungan Nutrisi ASI Eksklusif
Kandungan Nutrisi ASI Eksklusif antara lain.
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat pada alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan sesudah masa nifas berupa cairan viscous (kental) dengan warna kekuning-kuningan. Lebih kuning dibanding dengan susu matur lainnya. Pada ASI terdapat protein yang cukup tinggi. Lemak dan karbohidrat yang cukup. Mineral terutama kalium, natrium, klorida dan antibodi dengan jumlah lebih tinggi. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi, volume berkisar 150-300 ml/24 jam (Prasetyono, 2012).
2. Protein
ASI mengandung protein lebih rendah dari air susu sapi (ASS). Tetapi protein ASI ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi (lebih mudah dicerna). ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi dan sangat penting untuk pertumbuhan retina serta mempengaruhi pertumbuhan otak bayi (Prasetyono, 2012).
3. Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat relatif tinggi jika dibandingkan dengan ASS (6,5 gram%). Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI yaitu laktosa. Kadar laktosa ini oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat memberikan suasana asam di dalam usus bayi. Dengan suasana asam di dalam usus bayi akan memberikan beberapa keuntungan diantaranya menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis atau patogen. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik mensintesa vitamin dan memudahkan absorbsi dari mineral misalnya kalsium, fosfor dan magnesium (Prasetyono, 2012).
4. Lemak
Lemak dalam ASI merupakan sumber kalori utama bagi bayi. Sumber vitamin yang larut dalam lemak (A.D.E.K.) dan sumber lemak esensial (Prasetyono, 2012).
5. Mineral
ASI mengandung mineral yang cukup lengkap walaupun kadar relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Fe dan Ca stabil garam organik yang terkandung dalam ASI terutama adalah kalsium. Kalsium dan natrium dari asam klorida dan fosfat (Prasetyono, 2012).
6. Vitamin
Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap yaitu terdapat vitamin A, D dan C yang cukup. Karena pada ASI terdapat nutrien-karier protein yang mengikat B-12 dan asam folat sehingga kedua unsur tersebut tidak bersedia untuk pertumbuhan E.coli dan bakterioidis (Prasetyono, 2012).
7. Energi
Energi pada ASI relatif yaitu 77/100ml ASI, 90% berasal dari karbohidrat dan lemak. 10% berasal dari protein (Prasetyono, 2012).
2.1.7 Manfaat Pemberian ASI Eksklusif
Roesli (2005) dalam Nugroho (2011), mengatakan ada beberapa manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi dan ibu yaitu:
2.1.7.1 Manfaat ASI Eksklusif Bagi Bayi
Manfaat ASI eksklusif bagi bayi antara lain.
1. Sebagai nutrisi
Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang atau lebih kelenjar air susu. Pada saat melahirkan, kelenjar air susu akan memproduksi air susu khusus untuk makanan bayi. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan kebutuhan pertumbuhan bayi(Nugroho, 2011).
2. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang masih berada dalam kandungan secara alamiah akan mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui tali plasenta. Namun kadar zat ini akan cepat menurun setelah bayi lahir. Tubuh bayi baru membuat kekebalan yang cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia 9-12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencakupi maka terjadi kesenjangan zat pada bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, virus, parasit, dan jamur(Nugroho, 2011).
3. Meningkatkan kecerdasan
Perkembangan kecerdasan keterkaitan erat dengan pertumbuhan otak. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak bayi dan anak adalah nutrisi atau zat gizi yang diterimanya. ASI yang didapat bayi selama proses menyusui akan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sehingga dapat menunjang perkembangan kognitifnya. Perkembangan otak paling pesat terjadi pada usia 0-2 atau 3 tahun, dimana volume otak akan mencapai 80%. Volume otak akan terus berkembang hingga usia 12 tahun(Nugroho, 2011).
4. Meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram terutama karena masih dapat mendengar detak jatung ibunya yang telah ia kenal semenjak dalam kandungan. Melalui proses menyusui anak akan belajar berbagai dan memberikan kasih sayang pada orang-orang disekitarnya(Nugroho, 2011).
2.1.7.2 Manfaat Pemberian ASI Eksklusif Bagi Ibu
Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu yakni
1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
Apabila bayi segera disusui setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang. Saat bayi menghisap puting susu ibu, kelenjar pituitari akan terstimulasi untuk meningkatkan produksi hormon oksitosin guna merangsang kontraksi otot-otot disalurkan ASI sehingga ASI terpancar keluar. Hal ini dikarenakan pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk konstriksi atau penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan lebih cepat terhenti(Nugroho, 2011).
2. Mengurangi terjadinya anemia
Bila perdarahan pasca persalinan tidak terjadi atau berhenti lebih cepat maka resiko kekurangan darah yang menyebabkan anemia pada ibu akan berkurang. Berhentinya perdarahan setelah persalinan akan mengurangi terjadinya resiko kematian dan kekurangan darah yang menyebabkan anemia pada ibu(Nugroho, 2011).
3. Dapat menunda kehamilan
Manfaat lain pemberian ASI secara eksklusif adalah sebagai alat kontrasepsi alamiah yang dapat mencegah kehamilan. Kemungkinan untuk mencegah kehamilan bisa mencapai 99%. Namun ada tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu bayi belum pernah diberikan makanan lain, bayi belum berusia enam bulan, dan ibu belum mengalami menstruasi(Nugroho, 2011).
4. Mengembalikan bentuk rahim
Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali ke kurang sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui. Dengan menyusui cadangan lemak dalam tubuh ibu yang memang disiapkan sebagai sumber energi selama kehamilan akan digunakan sebagai energi pembentuk ASI. Akibatnya cadangan lemak tersebut akan menyusut, sehingga penurunan berat badan ibu pun akan terjadi lebih cepat(Nugroho, 2011).
5. Lebih cepat mengembalikan bentuk tubuh
Menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan cepat kembali ke berat badan sebelum hamil(Nugroho, 2011).
6. Lebih ekonomis
Dengan memberikan ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui, persiapan pembuatan minum susu formula. Selain itu pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat bayi, misalnya biaya jasa dokter, biaya pemberian obat-obatan, bahkan mungkin untuk perawatan di rumah sakit(Nugroho, 2011).
7. Masalah Dalam Menyusui
Masalah yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode anetenatal), masa pasca persalinan (periode antenatal), masa pasca persalinan dini (masa nifas/ laktasi), dan masa pasca persalinan lanjut dan juga masalah menyusui dapat timbul pula karena keadaan-keadaan khusus(Nugroho, 2011).
2.2 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kegagalan ASI Eksklusif
2.2.1 Faktor Predisposisi
1. Umur
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Tyas (2016) usia / umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini. Umur berpengaruh dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dilatarbelakangi dengan factor lainnya seperti pendidikan dan pengalaman (Sampoerna dan Azwar, 1987) yang dikutip dari Tyas (2016).
Menurut Whortington, et al. (1993) yang dikutip dalam Tyas (2016) ibu dengan usia yang lebih muda dapat memproduksi ASI yang lebih banyak dibandingkan ibu yang sudah tua dikarenakan adanya pembesaran payudara setiap siklus ovulasi mulai dari permulaan tahun menstruasi sampai dengan usia 30 tahun, sedangkan diatas 30 tahun terjadi degenerasi payudara secara keseluruhan termasuk kelenjar alveoli sebagai kelenjar penghasil ASI sehingga mengurangi produksi ASI.
2. Pendidikan
Menurut Mudyahardjo (2004) dalam Tyas (2016) menyatakan bahwa pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Menurut Notoatmodjo (2005) dalam Tyas (2016) pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agat masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan ibu berhubungan dengan pola pemberian ASI eksklusif (Yuliandarin, 2009).
Kondisi tingkat pendidikan akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kesehatannya (Syafrudin, 2009). Sedangkan menurut Soeparmanto (2011) dalam Tyas (2016), pendidikan dapat berefek positif atau berefek negative pada pemberian ASI eksklusif.
Pendidikan membuat seseorang terdorong untuk ingin tau, untuk mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Pendidikan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. Sehingga promosi dan informasi mengenai ASI eksklusif dengan mudah diterima dan dilaksanakan. Menurut Yuliandrin (2009) dalam Tyas (2016) tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan ibu berhubungan dengan pola pemberian ASI eksklusif.
3. Pekerjaan
Menurut Roesli (2009) dalam Tyas (2016) pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, mata pencaharian (KBBI, 2012). Bekerja bukanlah alasan untuk menghentikan ASI eksklusif, meskipun waktu cuti relative singkat. Seorang ibu yang bekerja dapat terus memberikan ASI secara eksklusif jika mempunyai pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja.
Menurut Yuliandrin (2009) dalam Tyas (2016) pekerjaan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif dimana ibu yang tidak bekerja berpeluang memberikan ASI eksklusif 16,4 kali dibandingkan ibu yang bekerja. Dunia kerja akan mengubah peran ibu dalam mengasuh anak. Sedikitnya lama cuti pasca melahirkan dan jam kerja yang panjang menjadi faktor beralihnya ibu ke susu formula dan ibu menyapih anak (Andini, 2006).
4. Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2005) dalam Tyas (2016) pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui penginderaan yang dimiliki. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Begitu pula dalam perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, jika mempunyai pengetahuan yang baik tentang ASI kemungkinan besar akan memberikan ASI eksklusif dan jika tidak didukung dengan pengetahuan yang baik mungkin kecenderungan untuk memberikan ASI eksklusif lebih rendah.
Menurut Sunar (2012) dalam Tyas (2016) rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki ibu mengenai nutrisi bagi bayinya sampai umur 6 bulan dan manfaat yang terkandung dalam ASI.
Meningkatnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dikarenakan efektifnya edukasi mengenai ASI ekslusif (Fahriani, 2014).
5. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2012) dalam Tyas (2016) sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.
Setiap ibu mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap pemberian ASI secara eksklusif. Ini dikarenakan ibu yang memiliki sikap yang positif terhadap pemberian ASI ekslusif (Tyas, 2016).
2.2.2 Faktor Pemungkin
a. Faktor Fisik Ibu
Faktor fisik ibu merupakan hal penting yang secara langsung akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Factor fisik tersebut antara lain putting tenggelam, ibu mengalami putting lecet dan mastitis. Sekitar 57% dari ibu menyusui dilaporkan pernah menderita lecet atau nyeri pada putting susu. Penyebab puting susu lecet terbesar adalah kesalahan dalam teknik menyusui (Tyas, 2016).
Pada hari ketiga dan keempat sesudah ibu melahirkan sering timbul keluhan payudara bengkak, ini disebabkan karena ASI tidak disusui dengan adekuat sehingga sisa ASI terkumpul didalam system duktus. Payudara yang bengkak dan puting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman. Hal tersebut menimbulkan radang payudara berupa mastitis. Mastitis merupakan infeksi yang steril sehingga bayi dapat terus menyusui, tetapi rasa sakit yang timbul akan membatasi pemberian ASI (Nugroho, 2011).
Pada bayi yang memiliki penyakit galaktosemia perlu dihindari ASI yang mengandung laktosa tinggi sehingga bayi harus disapih, diberi susu tanpa laktosa, selanjutnya penderita harus diet makanan tanpa galaktosa sepanjang hidupnya. Pada bayi yang memiliki penyakit maple syrup urine disease tidak boleh mendapat ASI dan memerlukan formula khusus tanpa leusin, isoleusin dan valine karena tubuh tidak dapat mencerna jenis protein leusin, isoleusin dan valine. Pada bayi yang memiliki penyakit Fenilketonuria, bayi memerlukan susu formula tanpa fenilalanin dengan pemberian susu khusus dianjurkan untuk diberikan berselang-seling dengan ASI karena kadar fenilalanin ASI rendah dan diperlukan pemantauan ketat kadar fenilalanin dalam darah. Pada bayi kurang bulan (BKB) memerlukan kalori lemak dan protein lebih banyak dari bayi yang cukup bulan agar dapat menyamai pertumbuhan dalam kandungan. ASI bayi prematur mengandung kalori, protein dan lemak lebih tinggi dari ASI bayi matur sehingga diperlukan pemberian susu formula (idai.or.id).
b. Pengeluaran ASI
Setelah lahir bayi mulai menghisap maka suplai air susu meningkat dengan cepat. Pada keadaan normal, sekitar 100 ml tersedia pada hari kedua dan ini meningkat menjadi 500 ml pada minggu kedua. Produksi ASI yang paling efektif biasanya dicapai pada 10–14 hari setelah melahirkan. Selama beberapa bulan selanjutnya, bayi yang sehat mengkonsumsi sekitar 700–800 ml pe 24 jam. Bayi cukup bulan dan lahir tanpa komplikasi memiliki cadangan energi yang cukup untuk mempertahankan hidupnya selama 72 jam tanpa diberi minum atau makan apapun, sehingga tidak perlu takut bayi akan bermasalah jika tidak segera mendapat air susu (Nugroho, 2013).
Pada sebagian ibu terkadang kolostrum sudah keluar pada trimester ketiga, tetapi sebagian besar ibu kolostrum baru keluar pada hari ke-2 atau ke-3 setelah kelahiran. Kedua hal ini adalah normal karena pada 48 – 72 jam pasca kelahiran tubuh ibu mulai meningkatkan produksi ASI, sehingga ibu merasakan payudara mengencang dan mengeluarkan kolostrum (Nugroho, 2013).
Faktor payudara ibu merupakan hal penting yang secara langsung akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Faktor payudara tersebut antara lain puting tenggelam, ibu mengalami puting lecet dan mastitis. Sekitar 57% dari ibu menyusui dilaporkan pernah menderita lecet atau nyeri pada puting susu. Penyebab puting susu lecet terbesar adalah kesalahan dalam teknik menyusui (Tyas,2016).
Data Riskesdas 2010 dalam Widodo (2010) menunjukkan bahwa pada bayi umur 0-5 bulan yang segera disusui setelah lahir (<1 jam) adalah 27,5 persen, dan yang diberi makanan atau minuman prelakteal ketika baru lahir adalah 44,7 persen dengan jenis makanan atau minuman yang diberikan sebagai makanan prelakteal 73,9 persen berupa susu formula.
2.2.3 Faktor Penguat
a. Dukungan Suami
Dalam Swasono (2008) dalam Tyas (2016), pada dasarnya proses menyusui bukan hanya antara ibu dan bayi, tetapi ayah juga memiliki peran yang sangat penting dan dituntut keterlibatannya. Bagi ibu menyusui, suami adalah orang terdekat yang diharapkan selalu ada di sisi ibu dan selalu siap member bantuan. Keberhasilan ibu dalam menyusui tidak terlepas dari dukungan yang terus menerus dari suami.
Menurut Fahriani (2014) dukungan suami merupakan faktor penting terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Dukungan suami dibutuhkan mulai dari hamil sampai menyusui. Kepercayaan suami akan keberhasilan ibu dalam menyusui serta kemampuan suami memberikan informasi mengenai ASI dapat menghilangkan kendala yang ada dan merubah keadaan psikologis ibu. Yuliandarin (2009) dalam Tyas (2016) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mendapat dukungan suami yang baik berpeluang 12,98 kali lebih besar memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang memiliki dukungan suami yang rendah.
b. Dukungan Keluarga
Menurut Tyas (2016) banyak penelitian sudah menemukan bukti hubungan antara dukungan menyusui, baik dari keluarga, masyarakat, maupun petugas kesehatan dengan keberhasilan ASI eksklusif. Dibeberapa penelitian di Eropa, dukungan menyusui dari suami atau keluarga besar terbukti meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif. Penelitian di Kalgari, Kanada tahun 2009 menemukan kelompok ibu yang memiliki dukungan sosial yang rendah memiliki risiko 1,6 kali lipat untuk berhenti memberikan ASI eksklusif sebelum 6 bulan. Sikap dan perilaku suami dalam menyusui sangat penting dalam mempengaruhi sikap dan perilaku ibu dalam menyusui (Fahriani, 2013).
c. Dukungan Tenaga kesehatan
Berhasil atau tidaknya menyusui di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat bergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter. Merekalah orang pertama yang membantu ibu bersalin untuk memberikan ASI kepada bayi (Tyas,2016).
Proporsi ASI eksklusif yang tinggi pada kelompok ibu bekerja disebabkan ibu yang bekerja sudah dibekali pengetahuan yang cukup mengenai cara mempertahankan pemberian ASI eksklusif selama bekerja. Konseling pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja meliputi cara pemberian ASI perah, cara menyimpan ASI perah di dalam freezer, dan cara memompa ASI (Fahriani, 2013).
1. Umur Ibu 2. Pendidikan Ibu 3. Pekerjaan Ibu 4. Pengetahuan 5. Faktor Fisik Ibu 6. Pengeluaran ASI 7. Dukungan Suami 8. Dukungan Keluarga 10 Dukungan Tenaga Kesehatan
|
Ikterus |
KEGAGALAN ASI EKSKLUSIF |
Imun menurun |
Nutrisi kurang |
Keterangan:
: Tidak diteliti
: Diteliti
: Berpengaruh
Gambar 2.1 Kerangka konseptual identifikasi faktor-faktor penyebab
kegagalan ASIEksklusif