Friday, June 19, 2020

Asuhan Keperawatan Anak dengan Gastroentritis (Diare)


GASTROENTERITIS
(DIARE)

I.         KONSEP DASAR
A.      Pengertian
o   Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal atau cair (Hipocrates)
o   Diare adalah buang air besar yang tidak normal dan cair, dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Neonatus > 4 kali dan bayi-anak > 3 kali dalam sehari) (Lab IKA FKUI, 1988).
o   Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all. 1999).
o   Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari
B.      Etiologi
Penyebab diare (Lab IKA FKUA, 1984)
1.       Infeksi
a.       Infeksi enteral :
Ø  Bakteri           : Vibrio, entamoeba coli, salmonella, shigela
Ø  Virus               : enterovirus, adenovirus, rotavirus, asatrovirus
Ø  Parasit           : cacing, protozoa, jamur
b.       Infeksi parenteral
Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan ( ISPA, saluran kemih dan OMA)
2.   Malabsorbsi
a.       Malabsorbsi karbohidrat (intoleransi laktosa)
b.       Malabsorbsi protein
c.        Malabsorbsi lemak
3.       Faktor makanan
4.   Faktor psikologis
Infeksi Bakteri
 



Golongan :
V. Cholerae
C. Perfringers
S. Aureus
Vibro nonaglutinabel
 


Masuk ke mukosa usus halus (tak merusak)
 


Toksin  ; meningkatkan kadar siklik AMP di dalam sel.
 


Sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus diikuti air, ion karbonat, natrium & kalium.
 


Feses (seperti cucian beras) deras & banyak.

Golongan :
Enteroinvasisive E. Coli
S. Paratyphi B.
S. Typhimurnin
S. Enteriditis
S. Choleraesues
Shigella
C. Perfringeus tipe C
 


Merusak dinding usus (nekrosis & ulserasi)
Bersifat sekretorik eksudatif
 


Feses bercampur lendir dan darah

C. Patofisiologi
Masukan makanan/minuman yang terkontaminasi
 

Infeksi pada mukosa usus
 



Makanan/zat tidak dapat diserap.

Tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi.

Terjadi pergeseran air & elektrolit ke dalam rongga usus
 

Isi rongga usus yg. berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya

Menimbulkan rangsangan tertentu yaitu : Menimbulkan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan toksin

 


Peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus

Menimbulkan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan toksin
 


Peningkatan gerakan usus (hiperperistaltik).
 


Berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan





  Diare
Banyak kehilangan elektrolit dan cairan
 






                        Resiko Kekurangan Cairan & Elektrolit                                          Gangguan Kenyamanan

D, Derajat Dehidrasi (Lab IKA FKUI, 1988)
  1. Kehilangan berat badan
a.       2,5 % tidak ada dehidrasi
b.       2,5-5% Dehidrasi ringan
c.        5-10 % dehidrasi sedang
d.       > 10% dehidrasi berat
  1. Skor Maurice King
Bagian Tubuh
N I L A I
Yang Diperiksa
0
1
2
Keadaan Umum

Turgor
Mata
UUB
Mulut
Denyut Nadi
Sehat

Normal
Nomral
Normal
Normal
Kuat
< 120
Gelisah cengeng, apatis, ngantuk
Sedikit, kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang
(120-140)
Mengigau, koma/syok

Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering, sianosis
Lemah
> 140
KETERANGAN :
Ø  Skor :
-          0-2 dehidrasi ringan
-          3-6 dehidrasi sedang
-          7-12 Dehidrasi berat
Ø  Pada anak-anak Ubun Ubun Besar sudah menutup
Ø  Untu k kekenyalan kulit :
-   1 detik                : dehidrasi ringan
-   1-2 detik            : dehidrasi sedang
-   > 2 detik            : dehidrasi berat

II. KONSEP PENGKAJIAN
a.       Identitas klien :
A      Umur
Sering terjadi pada terutama usia 6 bulan sampai 2 tahun (WHO, 1995).
b.       Keluhan Utama
Dimulai dengan keluhan mual, muntah dan diare dengan volume yang banyak, suhu badan meningkat, nyeri perut
c.        Riwayat penyakit
Terdapat beberapa keluhan, permulaan mendadak disertai dengan muntah dan diare. Faeces dengan volume yang banyak, konsistensi cair, muntah ringan atau sering dan anak gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat dan nafsu makan menurun.
c.        Pola aktivitas sehari-hari
A        Nutrisi
Makan menurun karena adanya mual dan muntah yang disebabkan lambung yang meradang.
A        Istirahat tidur
Mengalami gangguan karena adanya muntah dan diare serta dapat juga disebabkan demam.
A        Kebersihan
Personal hygiene mengalami gangguan karena seringnya mencret dan kurangnya menjaga personal hygiene sehingga terjadi gangguan integritas kulit. Hal ini disebabkan karena faeces yang mengandung alkali dan berisi enzim dimana memudahkan terjadi iritasi ketika dengan kulit berwarna kemerahan, lecet disekitar anus.
A        Eliminasi
Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan frekuensi, dimana konsistensi lunak sampai cair, volume tinja dapat sedikit atau banyak. Dan pada buang air kecil mengalami penurunan frekuensi dari biasanya.
d.       Pemeriksaan fisik.
A        Tanda-tanda vital
Terjadi peningkatan suhu tubuh, dan disertai ada atau tidak ada peningkatan nadi , pernapasan.
A         Bila terjadi kekurangan cairan didapatkan :
   Haus
           Lidah kering
Tulang pipi menonjol
Turgor kulit menurun
Suara menjadi serak
A         Bila terjadi gangguan biokimia :
Asidosis metabolik
Napas cepat/dalam (kusmaul)
A         Bila banyak kekurangan kalium
Aritmia jantung
A         Bila syok hipovolumik berat
Nadi cepat lebih 120 x/menit
Tekanan darah menurun sampai dari tak terukur.
Pasien gelisah.
Muka pucat
Ujung-ujung ektremitas dingin
Sianosis
A         Bila perfusi ginjal menurun
Anuria
Nekrosis tubular akut.
                                                                             (Mansjoer, Arif., et all. 1999).
e.       Pemeriksaan Penunjang
A        Pemeriksaan tinja
Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya mukus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika diare berhubungan dengan penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita Salmonella, E. Coli, Enterovirus dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan dalam tinja menunjukkan kemungkinan adanya keradangan kolon. PH tinja yang rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa tinja rendah / PH kurang dari 5,5 maka penyebab diare bersifat tidak menular.
A        Pemeriksaan darah
Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan berat jenis plasma.
Penurunan PH darah disebabkan karena terjadi penurunan bikarbonas sehingga frekuensi nafas agak cepat.
                         Elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor .
Pemeriksaan intubasi duedenum (terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau      parasit secara kualitatif dan kuantitatif)

III. Penatalaksanaan
1.       Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.
a.       Jenis cairan
1.       cara rehidrasi oral :
a.       Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit,pedyalit setiap kali diare.
b.       Formula sederhana (NaCl dan Sukrosa/KH lain) seperti LGG, tajin
2.       cairan parenteral :
a.       usia 0-2 hari dengan BB < 2500 D5%, BB > 2500 (aterm) D10%.
b.       Usia 2 hari-3 bulan d100,18 NS
c.        Usia 3 bulan- 3 tahun D51/4 NS
d.       Usia > 3 tahun D51/2NS
e.       HSD (Half Strength Darrow) D1/2 2,5 NS cairan khusus untuk diare > usia 3 bulan.
b.       Jumlah cairan
Diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan, tergantung pada :
-          Defisit (derajat dehidrasi)
-          Kehilangan sesaat (concurent loss)
-          Rumatan (maintenance)
Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan beberapa cara :
 Metoda Pierce :
Derajat Dehidrasi
Kebutuhan cairan ( X kg BB)
Ringan
Sedang
Berat
5 %
8 %
10 %
c.        Jalan masuk atau cara pemberian cairan
·         Oral (dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi, anak mau minum serta kesadaran baik)
·         Intragastrik (dehidrasi ringan, sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak mau makan dan kesadaran menurun).
·         IV line bila dehidrasi berat
d.       Jadwal pemberian cairan
Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir jam ke-3.
e.       Terapi simtomatik
Obat diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional.
A        Sifat antimotilitas dan sekresi usus.
A        Sifat antiemetik.
f.            Vitamin meneral, tergantung kebutuhannya.
A        Vitamin B12, asam folat, vit. K, vit. A.
A        Preparat besi , zinc, dll.
g.          Terapi definitif
Pemberian edukatif sebagai langkah pencegahan. Hiegene perseorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap muntah dan diare.
2.       Perubahan kenyamanan berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah sekunder akibat dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.
3.       Risiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dnegan kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda-tanda serta gejala komplikasi.

V. PERENCANAAN
Diagnosa No. 1
Intervensi general :
1.       Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian ( misal 1000 ml selama siang hari, 800 ml selama sore hari, 300 ml selama malam hari).
2.       Jelaskan tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metoda-metoda untuk mencapai tujuan masukan cairan.
3.       Pantau masukan , pastikan sedikitnya 1500 ml cairan per oral setiap 24 jam.
4.       Pantau haluaran, pastikan sedikitnya 1000 - 1500 ml/24 jam. Pantau terhadap penurunan berat jenis urine.
5.       Timbang BB setip hari dengan jenis baju yang sama, pada waktu yang sama. Kehilangan berat badan 2 - 4 % menunjukkan dehidrasi ringan. Kehilangan berat badan 5 - 9 % menunjukkan dehidrasi sedang.
6.       Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan dengan muntah, diare, demam, drain.
7.       Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan kadar elektrolit darah, nitrogen ure darah, urine dan serum, osmolalitas, kreatinin, hematokrit dan hemoglobin.
8.       Kolaborasi dengan pemberian cairan secara intravena.
Diagnosa No.2
Intervensi :
1.        Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dnegan bantalan penghangat di atas abdomen.
2.        Singkirkan pemadangan yang tidak menyenangkan dan bau yang tidak sedap dari lingkungan klien.
3.        Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan jernih  (misal; teh encer, air jahe, agar-agar, air) 30 sampai 60 ml tiap 1/2 sampai 1 jam.
4.        Instruksikan klien untuk menghindari hal ini :
a.       Cairan yang panas dan dingin.
b.       Maknan yang mengandung lemak dan serat (misal ; susu, buah)
c.        Kafein.
5.        Lindungi area perianal dari iritasi.
Diagnosa No. 3
Intervensi :
1.       Jelaskan pembatasan diet :
a.       Makanan tinggi serat (sekam & buah segar).
b.       Makanan tinggi lemak ( susu, makanan goreng).
c.        Air yang sangat panas atau dingin.
2.       Jelaskan pentingnya mempertahankan kesimbangan antara masukan cairan oral dan haluaran cairan.
3.       Jelaskan manfaat istirahat dan dorong untuk istirahat adekuat.
4.       Instruksikan untuk mencuci tangan dan :
a.       Desinfeksi area permukaan dengan desinfektan yang mengandung tinggi alkohol.
b.       Rendam peralatan makan dan termometer dalam larutan alkohol atau gunakan alat pencuci piring untuk peralatan makan.
c.        Tidak mengijinkan menggunkan bersama alat-alat dengan orang sakit.
5.       Ajarkan klien dan keluarga untuk melaporkan gejala ini :
a.       Urine coklat gelap menetap selama lebih dari 12 jam.
b.       Feses berdarah.
      


No comments:

Post a Comment