Asuhan Keperawatan dengan Stomatitis/ Sariawan
Sumber:
Sumber:
Ganong,
William F. Mc Phee Sthepenj. 2010. Patofisiologi Penyakit. Jakarta: EGC.
Inayah,
Lin. 2004. Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 1. Salemba Medika : Jakarta
Muttaqin,
Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.
Underwood,
J.C.E. 2000. Patofisiologi Umum dan Sistematik. Jakarta; EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN STOMATITIS
2.1 Definisi Stomatitis
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada
mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi
oleh bakteri, virus atau jamur atau penggunaan obat kemoterapi (Potter &
Perry,2005).
Stomatitis adalah inflamasi mukosa oral,
yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, langit-langit
dan dasar mulut. (Donna L.Wong dkk).
Stomatitis merupakan infeksi umum yang
bisa meluas ke mukosa bukal, bibir dan palatum (William dan wilkins, 2008).
Stomatitis ialah istilah umum yang
mengacu pada reaksi inflamasi dan lesi ulseratif dangkal yang terjadi pada
permukaan mukosa mulut atau orofaring 7 samapai 14 hari setelah pemberian agens
kemoterpai tertentu dan setelah terapi radiasi pada kepala dan leher (Otto,
2003).
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi stomatis (sariawan) terdiri
atau stomatis primer dan stomatitis sekunder.
A. Stomatitis
Primer
a.
Aphtouch Stomatitis
Merupakan
ulcer yang terjadi berulang.Panjangnya 2-5 mm, awal lesi kecil dan berwarna
kemerahan.Akan sembuh ± minggu tanpa luka arut.
b.
Herpes simple stomatis
Stomatitis yang disebabkan oleh virus.Bentuknya menyerupai vesike.
c.
Vinceent stomatis
Stomatitis
yang terjadi pada jaringan normal ketika daya tahan tubuh menurun Etiologinya, bakteri normal
yang ada pada mulut, yaitu B. Flora bentuk stomatis ini erythem, ulcer dan
nekrosis pada gingival.
d.
Traumatik ulcer
Stomatitis yang ditemukan karena trauma.Bentuknya lesi lebih jelas dan
nyeri tidak hebat.
B. Stomatitis
Sekunder
Merupakan stomatitis yang secara umm
terjadi akibat infeksi oleh virus atau bakteri ketika host (inang) resisten
baik local maupun sistemik.
2.3 Etiologi Stomatitis
A. Etiologi
yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti :
a.
Kebersihan mulut yang kurang
Kebersihan
mulut berhubungan dengan keadaan gigi pasien. Apabila higiene gigi pasien
buruk, sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.
b. Makanan atau minuman yang panas dan pedas
Makanan
atau minuman yang pedas atau panas dapat berpengaruh terhadap mukosa yang ada
didalam mulut yang berfungsi sebagai alat pertahanan dalam melawan infrksi.
Selain itu, juga bserpengaruh terhadap bermacam-macam kuman yang merupakan
bagian daripada “flora mulut” dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut
apatogen. Daya tahan mulut dapat menurun karena termik. Jika daya tahan mulut
atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan
gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi.
c. Luka pada bibir akibat tergigit/benturan.
bisa
terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulser sehingga dapat
mengakibatkan stomatitis aphtosa.
d. Infeksi jamur
namun
biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh (imuno).
Berasal dari kadar imunoglobin abnormal.
e.
Infeksi virus
Stomatitis
karena herpes simplex stomatitis (HSV) terjadi sebagai utama atau infeksi
tambahan; infeksi tambahan ini adalah sering banyak terjadi. dua tipe HSV dapat
diidentifikasikan : HSV tipe 2 dengan penyebab lesi genital dan HSV tipe 1
dengan respon dari lesi nongenital. awal terjadinya virus merupakan hasil utama
dari infeksi HSV biasa disebut stomatitis Herpes Akut. keseragaman ukuran
gelembung frekuensinya lebih banyak terjadi dilidah, palatum dan mukosa bucal
dan labial. gelembung burut terjadi setelah nyeri luka meninggalkan areanya
yang mengelilingi sekitar garis tepi erythematous. lesi ditingkat ini biasa
terjadi di luka aphathous. area yang terkena luka 10 sampai 14 hari. Gelembung
mukosa umumnya disertai dengan inflamasi akut gingiva, saat dengan lesi herpes.
Karakteristik lidah dengan keputih-putihan dan klien mengatakan adanya bau
busuk di pernafasannya. infeksi HSV utama dikarakteristikkan dari gejala yang
timbul dari infeksi termasuk kelemasan, panas dan pembesaran dalam limpa.
f. Letak susunan gigi atau kawat gigi
Letak
dan susunan gigi yang tidak teratur akan sanagt berpengaruh terhadap kebersihan
gigi. Dimana terjadi kesulitan dalam proses membersihkan kotoran yang
tersangkut atau melekat pada baian yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.
B. Etiologi
yang berasal dari keadaan luar mulut seperti :
a. Rokok
Asap
rokok banyak mengandung zat-zat berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit terutama pada stomatitis. Pada penyakit ini, asap rokok yang
mengandung zat-zat yang berbahaya masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang
banyak terdapat mukosa sebagai alat perlindungan tubuh terhadap infeksi.
Zat-zat adaptif tersebut yang berasal dari asap rokok menyebabkan kerusakan
pada mukosa-mukosa didalam mulut. Sehingga terjadi penurunan imun terutama pada
bagian mulut yang menyebabkan mulut rentan terhadap penyakit.
b. Pada penggunaan obat kumur
Obat
kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misalnya alkohol, lemon/gliserin)
harus dihindari. Zat-zat seperti alkohol di atas dapat menyebabkan kerusakan
yang pada sel-sel mukosa dalam mulut yang bertugas dalam menghasilkan sekret
sebagai bentuk pertahanan tubuh.
c.
Reaksi alergi
Sariawan
timbul setelah makan jenis makanan tertentu. Jenis
makanan ini berbeda untuk tiap-tiap penderita.
d.
Alergi
bisa
terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan
dan timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita
mengkonsumsi makanan tersebut
e. Faktor psikologis (stress)
Kortisol
merupakan salah satu hormon utama yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai reaksi
terhadap stres. Hormon ini menigngkatkan tekanan darah dan mempersiapkan tubuh
untuk respon melawan. Akan tetapi apabila stres berlebih akan menyebabkan
hormon ini juga dihasilkan berlebih sehingga respon tubuh dalam melawan bakteri
berlebih (ada tidaknya bakteri akan bekerja sehingga akan merusak sel-sel yang
sehat).
f. Gangguan hormonal (seperti sebelum
atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal
dari siklus haid pada beberapa penderita wanita.
g. Kekurangan vitamin C, mengakibatkan
jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah
robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan.
h. Kekurangan vitamin B dan zat besi
juga dapat menimbulkan sariawan..
i. Kelainan pencernaan Gangguan saluran
pencernaan
Seperti
Chorn disease, kolitis ulserativ, dan celiac disease sering disertai timbulnya
stomatitis apthosa.
2.4 Patofisiologi
Stomatis memberikan manifestasi terbentuknya
ulkus pada rongga mulut. Ulkus merupakan istilah yang digunakan untuk
menjelaskan hilangnya kontinuitas epitel dan lamina propia, serta membentuk
kawah.Kadang secara klinis tampak edema atau proliferasi sehingga terjadi
pembengkakan pada jaringan sekitarnya.Jika terdapat inflamasi, ulkuls
dikelilingi lingkaran merah yang mengelilingi ulkus yang berwarna kuning
ataupun abu-abu (Corwin, 2005).
Secara umum terbentuknya ulkus pada
somatitis dapat didahului oleh vesikel atau bula yang biasanya tidak berumur
panjang di dalam rongga mulut. Lesi ulseratif sering dijumpai pada pasien
gigi.Meskipun banyak ulkus rongga mulut memiliki penampakan klinis yang mirip,
faktor etiologi yang mendasari dapat bervariasi mulai dari lesi reaktif,
neoplastik maupun manifestasi oral penyakit kulit (Price, 1996). Pada keadaan
akut, hilangnya epitel perukaan digantikan oleh jaringan Fibrin yang mengandung
neutorfil, sel degenrasi dan fibrin, sedangkan pada keadaan kronis, terdapat
jaringan granulasi dan jaringan parut, eosinofil, serta inflitrasi makrofag
dalam jumlah banyak, khasnya, muncul ulkus berwarna abu-abu dengan ekusadat
fibrinous melebihi permukaan. Pada kondisi kronis terdapat indurasi di jaringan
sekitar (Lewis, 2000).
2.5 Tanda dan Gejala
Stomatitis
Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau
seperti terbakar pada 1 sampai 2 hari di daerah yang akan menjadi sariawan.
Rasa ini timbul sebelum luka dapat terlihat di rongga mulut. Sariawan dimulai
dengan adanya luka seperti melepuh di jaringan mulut yang terkena berbentuk bulat
atau oval. Setelah beberapa hari, luka seperti melepuh tersebut pecah dan
menjadi berwarna putih ditengahnya, dibatasi dengan daerah kemerahan. Bila
berkontak dengan makanan dengan rasa yang tajam seperti pedas atau asam, daerah
ini akan terasa sakit dan perih, dan aliran saliva (air liur) menjadi
meningkat.
Manifestasi
klinis dari stomatitis secara umum yaitu:
a. Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam
Hipersensitive
dan perasaan seperti terbakar
b. Stadium Pre Ulcerasi
Adanya
udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula pavula serta terjadi
peninggian 1- 3 hari
c. Stadium Ulcerasi
Pada
stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas
sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa penyembuhan
ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.
Berdasarkan
ciri khasnya secara klinis, SAR dapat digolongkan menjadi ulser minor, ulser
mayor, dan ulser hepetiform.
1. Ulser minor
adalah yang paling sering dijumpai, dan
biasanya berdiameter kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa menimbulkan jaringan
parut. Bentuknya bulat, berbatas jelas, dan biasanya dikelilingi oleh daerah
yang sedikit kemerahan. Lesi biasanya hilang setelah 7-10 hari.
2. Ulser mayor
biasanya
berdiameter lebih dari 1 cm, bulat dan juga berbatas jelas. Tipe ini
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh, dan dapat menimbulkan jaringan
parut setelah sembuh.
3. Ulser herpetiform
adalah
yang paling jarang terjadi dan biasanya merupakan lesi berkelompok dan terdiri
dari ulser berukuran kecil dengan jumlah banyak.
Menurut
Williams dan Wilkins pada tahun 2008 membagi stomatitis berdasarkan tanda dan
gejalanya, yaitu:
a. Stomatitis hipertik akut
1) Nyeri sperti terbakar di mulut
2)
Gusi membengkak dan mudah berdarah, selaput lendir terasa perih
3) Ulse papulovesikular di dalam mulut
dan tenggorokan; akhirnya menjadi lesi
berkantung keluar disertai areloa ynag memerah, robek, dan membertuk sisik.
4) Limfadenitis submaksilari
5) Nyeri hilang 2 sampai 4 hari sebelum
ulser sembuh secara keseluruhan
b. Stomatitis aftosis
1) Selaput lendir terasa terbakar, kesemutan,
dan sedikit membengkak
2) Ulser tunggal ataupun multipel,
berbentuk kecil dengan pusat berwarna keputihan dan berbatas merah
3)
Nyeri berlangsung 7 samapi 10 hari, dan sembuh total dalam 1 sampai 3
minggu.
2.6 Komplikasi
Stomatitis
jarang menyebabkan komplikasi yang serius namun dapat terjadi infeksi luas di
daerah bibir dan rongga mulut seperti abses dan radang. Dampak gangguan pada
kebutuhan dasar manusia, yaitu:
1. Pola nutrisi : nafsu makan menjadi
berkurang, pola makan menjadi tidak
teratur
2. Pola aktivitas : kemampuan untuk
berkomunikasi menjadi sulit
3. Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan
mulut
4. Terganggunya rasa nyaman : biasanya
yang sering dijumpai adalah perih.
Ada
beberapa komplikasi yang diakibatkan oleh penatalaksanaan medis yaitu:
1. Komplikasi akibat kemoterapi
Mukosa
mulut akan menjadi tereksaserbasi ketika agen kemoterapik yang menghasilkan
toksisitas mukosa diberikan dalam dosis yang tinggi atau berkombinasi dengan ionisasai penyinaran
radiasi.
2. Komplikasi akibat radiasi
Penyinaran
lokal pada kepala dan leher tidak hanya menyebabkan perubahan histologis dan
fisiologis pada mukosa oral yang disebabkan oleh terapi sitotoksik, tetapi juga
menghasilkan gangguan struktural dan fungsional pada jaringan pendukung
termasuk glandula saliva dan tulang. Dosis tinggi radiasi pada tulang yang
berhubungan dengan gigi menyebabkan hipoksia, berkurangnya suplai darah ke
tulang, hancurnya tulang bersamaan dengan terbukanya tulang, infeksi, dan
nekrosis.
3. Komplikasi oral
a. Mukositis
Mukositis
merupakan suatu respon inflamasi toksik yang mempengaruhi traktus
gastrointestinal dari mulut sampai anus. Tipikal mukositis termanifestasi
sebagai suatu eritomatous, lesi seperti terbakar, dan lesi ulseratif.
b. Infeksi Mukolitis
Mukositis
oral dapat berkomplikasi dengan infeksi pada pasien dengan sistem imun yang
menurun. Tidak hanya mulut yang dapat terinfeksi, tetapi hilangnya epitel oral
sebagai suatu sistem pertahanan barrier terjadi pada infeksi lokal dapat
menghasilkan jalan bagi mikroorganisme pada sirkulasi sistemik.
c. Xerrostomia
Xerrostomia
merupakan keadaan berkurangnya sekresi dari glandula saliva. Gejala klinik
xerrostomia adalah rasa kering, sensasi terbakar pada rongga oral dan lidah,
bibir pecah-pecah, celah atau fissura pada sudut mulut, perubahan pada
permukaan lidah, dan peningkatan akan kebutuhan cairan. Xerostomia dapat
disebabkan oleh reaksi inflamasi dan efek degeneratif radiasi ionisasi.
2.7 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk mengatasi
stomatitis adalah sebagai berikut:
a. Hindari makanan yang semakin
memperburuk kondisi seperti cabai
b. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang
mendasarinya
c.
Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang
cukup, terutama makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi
d. Hindari stress
e. Pemberian Atibiotik
Harus
disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien topikal,
seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor. Pada kasus
yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau
fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang
tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan
jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif terhadap kortikosteroid atau
tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila gagal juga maka di berikan
talidomid.
f. Terapi
Pengobatan
stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan
antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (jangan
menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit
topikal. Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit topikal.
Pengobatan jangka panjang yang efektif adalah menghindari faktor pencetus.
Terapi yang dianjurkan yaitu:
1)
Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian
1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100
pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien
berasal dari golongan sosioekonomi bawah.
2)
Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada perawatan lain
yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu follow-up.
Periode follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a. Dilakukan pengolesan lesi dengan
toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur sedangkan diagnosis pasti
dengan menggunakan biopsi.
b. Pemeriksaan laboratorium :
1) WBC menurun pada stomatitis sekunder
2) Pemeriksaan kultur virus: cairan
vesikel dari herpes simplek stomatitis
3) Pemeriksaan cultur bakteri: eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis
2.9 Pencegahan
Cara mencegah penyakit ini dengan
mengetahui penyebabnya, apabila kita mengetahui penyebabnya diharapkan kepada
kita untuk menghindari timbulnya sariawan ini diantaranya dengan :
1. Menjaga kebersihan mulut
2. Mengkonsumsi nutrisi yang cukup,
terutama yang mengandung vitamin B12, vitamin C dan zat besi
3. Menghadapi stress dengan efektif
4. Menghindari luka pada mulut saat
menggosok gigi atau saat menggigit makananMenghindari makanan yang terlalu
panas atau terlalu dingin
5. Menghindari makanan dan obat-obatan
atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut.
2.10 Pohon Masalah
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas (Data Biografi)
Somatitis
dapat menyerang semua umur, mayoritas antara 20-40 tahun lebih cenderung pada
wanita, kelompok sosial ekonomi tinggi, penderita stres, atau mempunyai riwayat
sariawan pada keluarga.
B. Riwayat Kesehatan
1.
Keluhan utama
Keluhan utama yang muncul pada klien
stomatitis adalah nyeri Karen
mukosaoral mengalami peradangan, bibir pecah-pecah
2. Riwayat kesehatan sekarang
Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena
kebersihan mulut yang buruk, intoleransi dengan pasta gigi, penyakit yang
beresiko menimbulkan stomatitis, misalnya faringitis, panas dalam, mengkonsumsi
makanan yang berlemak , kurang vitamin C, vitamin B12 dan mineral.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pernah
menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun sehingga lebih
mudah terkena stomatitis, atau memang pernah menderita penyakit yang sama atau
penyakit oral lainnya
4. Riwayat penyakit keluarga.
Kaji
apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
stomatitis. Karena ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari
SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren) atau sariawan adalah keturunan. Dan berdasarkan
hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya
menderita SAR lebih rentan untuk mengalami SAR juga.
5. Pengkajian Psikososial
Kaji
apakah keluarga tidak memperhatikan kebersihan mulut dan tempat bermain anak di
lingkungan kumuh atau tidak. Kaji juga stres, gaya hidup (alkohol, perokok)
serta kaji fungsi dan penampilan dari rongga mulut terhadap body image dan sex.
6. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas
Kaji
lingkungan yang panas, dan sanitasi yang buruk.
7. Riwayat nutrisi
Kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin B12, mineral, dan zat
besi serta pola makan yang buruk, misalnya hanya mengkonsumsi karbohidrat dan
protein saja.
8. Riwayat pertumbuhan perkembangan
a. Pasien yang menderita stomatitis akan lebih
lama sembuhnya dikarenakan kondisi fisik yang lemah sebagai akibat intake
nutrisi yang kurang (energi/kalori yang diperlukan tidak mencukupi dalam proses
penyembuhan).
b.
Penurunan berat badan, biasanya pasien yang menderita stomatitis mengalami
penurunan berat badan karena intake nutrisi yang kurang.
C. Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon
1.
Persepsi kesehatan dan Pola
manajemen
orang
tua pasien mengetahui bahwa anaknya terkena sariawan yang tidak kunjung sembuh,
namun keluarga psien tidak mengetahui bagaimana cara mengatasinya.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin B12, mineral, dan zat
besi serta pola makan yang buruk
3. Pola eliminasi
pasien
tidak mengalami gangguan eliminasi miksi dan defekasi.
4. Pola aktivitas dan latihan
dalam
melakukan aktivitas, pasien biasanya mengalami gangguan akibat nyeri yang di
rasa sehingga pasien akan rewel.
5. Pola istirahat dan tidur
pasien
mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang dirasakan.
6. Pola persepsi dan kognitif
pasien
merasa lebih tengan apabila berada ditengah keluarga terutama ibu yang peduli
pada kondisi pasien, dan pasien sedih apabila ditinggal keluarga.
7. Pola konsep diri
pasien
merasa ragu-ragu untuk berkomunikasi karena tidak dapat berbicara dengan jelas
akibat adanya ulserasi lokal.
8. Pola peran dan hubungan
hubungan
sosial pasien dengan orang disekitarnya tidak kooperatif, pasien lebih banyak
menangis dan rewel.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
pasien tidak mengalami kelainan apapun.
10. Pola
keyakinan dan nilai
keluarga
pasien selalu berdoa untuk kesembuhan pasien.
D. Pemeriksaan fisik
1) TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu, skala nyeri)
2) Bibir
Dimulai
dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembapan, hidrasi, warna,tekstur, simetrisitas
dan adanya ulserasi atau fisura
3) Gusi
Gusi
diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan, retraksi, dan perubahanwarna.
4) Lidah
Dorsal (punggung) di inspeksi untuk
tekstur, warna dan lesi.
5) Rongga Mulut
Inspeksi
bagian mutut terhadap adanya lesi, bercak putih terutama pada bagian mukosa
pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit-langit.
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran
mukosa oral
b.
Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perubahan mucosa oral, penurunan keinginan untuk makan akibat rasa nyeri di
mukosa mulut
c.
Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan (inflamasi)
d.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri di mukosa mulut
A.
Rencana Keperawatan
1. Nyeri
berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1 x 24 jam nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
1. Hilangnya rasa sakit dan perih di mukosa
mulu
2. Lesi berkurang dan berangsur sembuh
3. Membran mukosa oral lembab
4. Tidak bengkak dan hiperemi
5. Suhu badan normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
tingkat nyeri (PQRST)
|
Mengetahui
skala tingkat nyeri yang dialami pasien.
|
Berikan
makanan yang tidak merangsang, seperti makanan yang mengandung zat kimia
|
Makanan
yang merangsang dapat menimbulkan nyeri
|
Menghindari
makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin
|
Makanan
yang terlalu panas dan terlalu dingin, dapat menyebabkan nyeri/nyilu
|
Menghindari
pasta gigi yang merangsang
|
pasta
gigi yang merangsang dapat menimbulkan nyeri di bagian yang sariawan
|
Menghindari
luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigitmakanan
|
agar
luka tidak tergesek oleh benda atau makanan yang dapat memperparah luka
|
Kolaborasi
pemberian analgesic dan kortikosteroid
|
Analgesic
dan kotikosteroid dapat mengurangi rasa nyeri untuk mengurangi peradangan
|
Beri
penjelasan tentang faktor penyebab
|
Jika
klien mengetahui factor penyebab maka klien dapat mencegah hal tersebut
terjadi kembali.
|
Beri penjelasan keluarga terhadap
pentingnya kebersihan oral
|
Keluarga
pasien mengetahui akan pentingnya kebersihan oral sehingga tidak terjadi
stomatitis terjadi kembali
|
Menganjurkan
klien untuk memperbanyak mengkonsumsi buah dan sayuran terutama vitamin B12,
Vitamin C dan zat Besi
|
Sayuran,
Vitamin B 12, Vitamin C dan zat besi dapat mencegah terjadinya sariawan
dan nutrisi yang meningkat akan
mempercepat proses penyembuhan
|
2. Perubahan
membran mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan (inflamasi)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan mukosa oral kembali normal dan lesi berangsur sembuh.
Kriteria Hasil
1. Mukosa oral kembali normal (tidak bengkak
dan hiperemi)
2. Lesi berkurang dan berangsur sembuh
3. Membran mukosa oral lembab
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
status nutrisi pasien
|
Untuk mengetahui status nutrisi pasien
|
Beri
nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering
|
Makanan yang lunak meminimalkan kerja
mulut dalam mengunyah makanan
|
Pantau
berat badan tiap hari
|
Mengevaluasi berat badan yang menurun ataupun meningkat,
nutrisi meningkat akan meningkatkan berat badan
|
Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
|
Adanya kalori (sumber energi) akan
mempercepat proses penyembuhan
|
Berikan
informasi tentang zat-zat makanan yang sangat penting bagi keseimbangan
metabolisme tubuh
|
Dengan
memberikan informasi maka klien akan mengetahui bagaimana cara untuk tetap memenuhi
kebutuhan gizi dan nutrisinya setiap hari agar proses penyembuhan berjalan
dengan cepat
|
3. Perubahan
membran mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan (inflamasi)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan mukosa oral kembali normal dan lesi berangsur sembuh
Kriteria Hasil
1. Mukosa oral kembali normal (tidak bengkak
dan hiperemi)
2. Lesi berkurang dan berangsur sembuh
3. Membran mukosa oral lembab
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Pantau aktivitas klien, cegah hal-hal yang
bisa memicu terjadinya stomatitis
|
Mencegah
terjadinya stomatitis atau membuat semakin parah
|
Kaji adanya
komplikasi akibat kerusakan membran mukosa oral
|
Stomatitis bisa mengakibatkan
komplikasi yang
lebih parah jika tidak segera ditangani
|
Kolaborasi
pemberian antibiotik dan obat kumur
|
Antibiotik
digunakan untuk mengobati infeksi dan obat kumur bisa menghilangkan
kuman-kuman di mulut sehingga bisa mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut
|
Menghindari makanan dan obat-obatan atau
zat yang dapat menimbulkanreaksi alergi pada rongga mulut
|
Reaksi
alergi bisa menimbulkan infeksi
|
Ajarkan
oral hygene yang baik
|
|
4. Gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri di mukosa mulut, adanya kerusakan di
mukosa oral akibat penyakit.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan gangguan komunikasi verbal berangsur membaik dan dapat teratasi
Kriteria Hasil:
1. Klien sudah dapat berkomunikasi dengan orang lain
2. Klien mau bergaul dan berkomunikasi
dengan orang lain
3. Klien mengalami peningkatan harga diri
dan konsep diri
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
warna, ukuran, bau, tekstur luka pada rongga oral pasien.
|
mengetahui
tingkat keparahan luka yang dialami pasien
|
Kaji
kemampuan pasien dalam berkomunikasi.
|
mengetahui
kemampuan pasien dalam berkomunikasi.
|
Ajak
pasien ikut berpartisipasi dalam setiap ke
|
membiasakan
pasien dengan penyakit yang dialami.
|
Libatkan
keluarga dalam setiap kegiatan pasien.
|
keluarga
sangat dekat dengan pasien.
|
Diskusikan
dengan tim kesehatan lain mengenai tindakan selanjutnya
|
menentukan
tindakan selanjutnya yang akan diberikan pada pasien
|
Berikan
kondisi lingkungan yang nyaman untuk klien
|
Lingkungan
yang nyaman akan membuat klien aktif dalam beraktifitas
|
Pemberian
analgesic dan kortikosteroid
|
Analgesic
dapat mengurangi rasa nyeri dan kortikosteroid dapar mencegah peradangan
akibat kerusakan membran mukosa
|
Beri
penjelasan dan pengetahuan mengenai penyakitnya
|
Agar
klien dapat mengetahui yang menjadi pentebab dari penyakitnya sehingga klien
dapat mencegahnya
|
Dorong
klien untuk ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan
|
Dengan
mengikuti kegiatan akan mudah untuk beradaptasi dengan kondisi sekitar
sehingga bisa mengurangi stres
|
No comments:
Post a Comment