Friday, June 19, 2020

Asuhan Keperawatan dengan Stomatitis/ Sariawan

Asuhan Keperawatan dengan Stomatitis/ Sariawan

Sumber:

Ganong, William F. Mc Phee Sthepenj. 2010. Patofisiologi Penyakit. Jakarta: EGC.
Inayah, Lin. 2004. Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 1. Salemba Medika : Jakarta
Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.

Underwood, J.C.E. 2000. Patofisiologi Umum dan Sistematik. Jakarta; EGC.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STOMATITIS

2.1    Definisi Stomatitis
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur atau penggunaan obat kemoterapi (Potter & Perry,2005).
Stomatitis adalah inflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, langit-langit dan dasar mulut. (Donna L.Wong dkk).
Stomatitis merupakan infeksi umum yang bisa meluas ke mukosa bukal, bibir dan palatum (William dan wilkins, 2008).
Stomatitis ialah istilah umum yang mengacu pada reaksi inflamasi dan lesi ulseratif dangkal yang terjadi pada permukaan mukosa mulut atau orofaring 7 samapai 14 hari setelah pemberian agens kemoterpai tertentu dan setelah terapi radiasi pada kepala dan leher (Otto, 2003).
2.2    Klasifikasi
Klasifikasi stomatis (sariawan) terdiri atau stomatis primer dan stomatitis sekunder.
A. Stomatitis Primer
a. Aphtouch Stomatitis
Merupakan ulcer yang terjadi berulang.Panjangnya 2-5 mm, awal lesi kecil dan berwarna kemerahan.Akan sembuh ± minggu tanpa luka arut.
b. Herpes simple stomatis
    Stomatitis yang disebabkan oleh virus.Bentuknya menyerupai   vesike.
c. Vinceent stomatis
Stomatitis yang terjadi pada jaringan normal ketika daya tahan     tubuh menurun Etiologinya, bakteri normal yang ada pada mulut, yaitu B. Flora bentuk stomatis ini erythem, ulcer dan nekrosis pada gingival.
d. Traumatik ulcer
    Stomatitis yang ditemukan karena trauma.Bentuknya lesi lebih jelas dan nyeri tidak hebat.
B. Stomatitis Sekunder
Merupakan stomatitis yang secara umm terjadi akibat infeksi oleh virus atau bakteri ketika host (inang) resisten baik local maupun sistemik.

2.3    Etiologi Stomatitis
A.  Etiologi  yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti :
a. Kebersihan mulut yang kurang
Kebersihan mulut berhubungan dengan keadaan gigi pasien. Apabila higiene gigi pasien buruk, sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.
b.  Makanan atau minuman yang panas dan pedas
Makanan atau minuman yang pedas atau panas dapat berpengaruh terhadap mukosa yang ada didalam mulut yang berfungsi sebagai alat pertahanan dalam melawan infrksi. Selain itu, juga bserpengaruh terhadap bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada “flora mulut” dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Daya tahan mulut dapat menurun karena termik. Jika daya tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi.
c.  Luka pada bibir akibat tergigit/benturan.
bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulser sehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa.
d.  Infeksi jamur
namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh (imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal.
e. Infeksi virus
Stomatitis karena herpes simplex stomatitis (HSV) terjadi sebagai utama atau infeksi tambahan; infeksi tambahan ini adalah sering banyak terjadi. dua tipe HSV dapat diidentifikasikan : HSV tipe 2 dengan penyebab lesi genital dan HSV tipe 1 dengan respon dari lesi nongenital. awal terjadinya virus merupakan hasil utama dari infeksi HSV biasa disebut stomatitis Herpes Akut. keseragaman ukuran gelembung frekuensinya lebih banyak terjadi dilidah, palatum dan mukosa bucal dan labial. gelembung burut terjadi setelah nyeri luka meninggalkan areanya yang mengelilingi sekitar garis tepi erythematous. lesi ditingkat ini biasa terjadi di luka aphathous. area yang terkena luka 10 sampai 14 hari. Gelembung mukosa umumnya disertai dengan inflamasi akut gingiva, saat dengan lesi herpes. Karakteristik lidah dengan keputih-putihan dan klien mengatakan adanya bau busuk di pernafasannya. infeksi HSV utama dikarakteristikkan dari gejala yang timbul dari infeksi termasuk kelemasan, panas dan pembesaran dalam limpa.
f.  Letak susunan gigi atau kawat gigi
Letak dan susunan gigi yang tidak teratur akan sanagt berpengaruh terhadap kebersihan gigi. Dimana terjadi kesulitan dalam proses membersihkan kotoran yang tersangkut atau melekat pada baian yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.

B.     Etiologi  yang berasal dari keadaan luar mulut seperti :
a.  Rokok
Asap rokok banyak mengandung zat-zat berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit terutama pada stomatitis. Pada penyakit ini, asap rokok yang mengandung zat-zat yang berbahaya masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang banyak terdapat mukosa sebagai alat perlindungan tubuh terhadap infeksi. Zat-zat adaptif tersebut yang berasal dari asap rokok menyebabkan kerusakan pada mukosa-mukosa didalam mulut. Sehingga terjadi penurunan imun terutama pada bagian mulut yang menyebabkan mulut rentan terhadap penyakit.
b.  Pada penggunaan obat kumur
Obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misalnya alkohol, lemon/gliserin) harus dihindari. Zat-zat seperti alkohol di atas dapat menyebabkan kerusakan yang pada sel-sel mukosa dalam mulut yang bertugas dalam menghasilkan sekret sebagai bentuk pertahanan tubuh.
c.  Reaksi alergi
Sariawan timbul setelah makan jenis makanan tertentu. Jenis
 makanan ini berbeda untuk tiap-tiap penderita.
d.  Alergi
bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan dan timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita mengkonsumsi makanan tersebut
e.  Faktor psikologis (stress)
Kortisol merupakan salah satu hormon utama yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai reaksi terhadap stres. Hormon ini menigngkatkan tekanan darah dan mempersiapkan tubuh untuk respon melawan. Akan tetapi apabila stres berlebih akan menyebabkan hormon ini juga dihasilkan berlebih sehingga respon tubuh dalam melawan bakteri berlebih (ada tidaknya bakteri akan bekerja sehingga akan merusak sel-sel yang sehat).
f. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita.
g. Kekurangan vitamin C, mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan.
h. Kekurangan vitamin B dan zat besi juga dapat menimbulkan sariawan..
i.    Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan
Seperti Chorn disease, kolitis ulserativ, dan celiac disease sering disertai timbulnya stomatitis apthosa.

2.4 Patofisiologi
Stomatis memberikan manifestasi terbentuknya ulkus pada rongga mulut. Ulkus merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan hilangnya kontinuitas epitel dan lamina propia, serta membentuk kawah.Kadang secara klinis tampak edema atau proliferasi sehingga terjadi pembengkakan pada jaringan sekitarnya.Jika terdapat inflamasi, ulkuls dikelilingi lingkaran merah yang mengelilingi ulkus yang berwarna kuning ataupun abu-abu (Corwin, 2005).
Secara umum terbentuknya ulkus pada somatitis dapat didahului oleh vesikel atau bula yang biasanya tidak berumur panjang di dalam rongga mulut. Lesi ulseratif sering dijumpai pada pasien gigi.Meskipun banyak ulkus rongga mulut memiliki penampakan klinis yang mirip, faktor etiologi yang mendasari dapat bervariasi mulai dari lesi reaktif, neoplastik maupun manifestasi oral penyakit kulit (Price, 1996). Pada keadaan akut, hilangnya epitel perukaan digantikan oleh jaringan Fibrin yang mengandung neutorfil, sel degenrasi dan fibrin, sedangkan pada keadaan kronis, terdapat jaringan granulasi dan jaringan parut, eosinofil, serta inflitrasi makrofag dalam jumlah banyak, khasnya, muncul ulkus berwarna abu-abu dengan ekusadat fibrinous melebihi permukaan. Pada kondisi kronis terdapat indurasi di jaringan sekitar (Lewis, 2000).
2.5 Tanda dan Gejala Stomatitis
Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1 sampai 2 hari di daerah yang akan menjadi sariawan. Rasa ini timbul sebelum luka dapat terlihat di rongga mulut. Sariawan dimulai dengan adanya luka seperti melepuh di jaringan mulut yang terkena berbentuk bulat atau oval. Setelah beberapa hari, luka seperti melepuh tersebut pecah dan menjadi berwarna putih ditengahnya, dibatasi dengan daerah kemerahan. Bila berkontak dengan makanan dengan rasa yang tajam seperti pedas atau asam, daerah ini akan terasa sakit dan perih, dan aliran saliva (air liur) menjadi meningkat.
Manifestasi klinis dari stomatitis secara umum yaitu:
a.   Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar
b.   Stadium Pre Ulcerasi
Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari
c.    Stadium Ulcerasi
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas sisinya merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.

Berdasarkan ciri khasnya secara klinis, SAR dapat digolongkan menjadi ulser minor, ulser mayor, dan ulser hepetiform.
1.    Ulser minor
adalah yang paling sering dijumpai, dan biasanya berdiameter kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa menimbulkan jaringan parut. Bentuknya bulat, berbatas jelas, dan biasanya dikelilingi oleh daerah yang sedikit kemerahan. Lesi biasanya hilang setelah 7-10 hari.
2.    Ulser mayor
biasanya berdiameter lebih dari 1 cm, bulat dan juga berbatas jelas. Tipe ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh, dan dapat menimbulkan jaringan parut setelah sembuh.
3.    Ulser herpetiform
adalah yang paling jarang terjadi dan biasanya merupakan lesi berkelompok dan terdiri dari ulser berukuran kecil dengan jumlah banyak.
Menurut Williams dan Wilkins pada tahun 2008 membagi stomatitis berdasarkan tanda dan gejalanya, yaitu:
a.    Stomatitis hipertik akut
1)     Nyeri sperti terbakar di mulut
2)  Gusi membengkak dan mudah berdarah, selaput lendir terasa perih
3) Ulse papulovesikular di dalam mulut dan tenggorokan; akhirnya    menjadi lesi berkantung keluar disertai areloa ynag memerah, robek, dan membertuk sisik.
4)   Limfadenitis submaksilari
5) Nyeri hilang 2 sampai 4 hari sebelum ulser sembuh secara keseluruhan
b.   Stomatitis aftosis
1)      Selaput lendir terasa terbakar, kesemutan, dan sedikit membengkak
2) Ulser tunggal ataupun multipel, berbentuk kecil dengan pusat berwarna keputihan dan berbatas merah
3)  Nyeri berlangsung 7 samapi 10 hari, dan sembuh total dalam 1 sampai 3 minggu.

2.6    Komplikasi
               Stomatitis jarang menyebabkan komplikasi yang serius namun dapat terjadi infeksi luas di daerah bibir dan rongga mulut seperti abses dan radang. Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia, yaitu:
1. Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan    menjadi tidak teratur
2.   Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
3.   Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
4. Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih.
Ada beberapa komplikasi yang diakibatkan oleh penatalaksanaan medis yaitu:
1.    Komplikasi akibat kemoterapi
Mukosa mulut akan menjadi tereksaserbasi ketika agen kemoterapik yang menghasilkan toksisitas mukosa diberikan dalam dosis yang tinggi  atau berkombinasi dengan ionisasai penyinaran radiasi.
2.    Komplikasi akibat radiasi
Penyinaran lokal pada kepala dan leher tidak hanya menyebabkan perubahan histologis dan fisiologis pada mukosa oral yang disebabkan oleh terapi sitotoksik, tetapi juga menghasilkan gangguan struktural dan fungsional pada jaringan pendukung termasuk glandula saliva dan tulang. Dosis tinggi radiasi pada tulang yang berhubungan dengan gigi menyebabkan hipoksia, berkurangnya suplai darah ke tulang, hancurnya tulang bersamaan dengan terbukanya tulang, infeksi, dan nekrosis.
3.    Komplikasi oral
a.    Mukositis
Mukositis merupakan suatu respon inflamasi toksik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal dari mulut sampai anus. Tipikal mukositis termanifestasi sebagai suatu eritomatous, lesi seperti terbakar, dan lesi ulseratif.
b.    Infeksi Mukolitis
Mukositis oral dapat berkomplikasi dengan infeksi pada pasien dengan sistem imun yang menurun. Tidak hanya mulut yang dapat terinfeksi, tetapi hilangnya epitel oral sebagai suatu sistem pertahanan barrier terjadi pada infeksi lokal dapat menghasilkan jalan bagi mikroorganisme pada sirkulasi sistemik.
c.    Xerrostomia
Xerrostomia merupakan keadaan berkurangnya sekresi dari glandula saliva. Gejala klinik xerrostomia adalah rasa kering, sensasi terbakar pada rongga oral dan lidah, bibir pecah-pecah, celah atau fissura pada sudut mulut, perubahan pada permukaan lidah, dan peningkatan akan kebutuhan cairan. Xerostomia dapat disebabkan oleh reaksi inflamasi dan efek degeneratif radiasi ionisasi.
2.7    Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk mengatasi stomatitis adalah sebagai berikut:
a. Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai
b.    Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya
c.  Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi
d.    Hindari stress
e.    Pemberian Atibiotik
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor. Pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif terhadap kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila gagal juga maka di berikan talidomid.
f.    Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (jangan menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan jangka panjang yang efektif adalah menghindari faktor pencetus. Terapi yang dianjurkan yaitu:
1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian 1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan sosioekonomi bawah.
2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada perawatan lain yang diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu follow-up. Periode follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.

2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsi.
b.  Pemeriksaan laboratorium :
1)  WBC menurun pada stomatitis sekunder
2) Pemeriksaan kultur virus: cairan vesikel dari herpes simplek         stomatitis
3) Pemeriksaan cultur bakteri:  eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis

2.9 Pencegahan
Cara mencegah penyakit ini dengan mengetahui penyebabnya, apabila kita mengetahui penyebabnya diharapkan kepada kita untuk menghindari timbulnya sariawan ini diantaranya dengan :
1.  Menjaga kebersihan mulut
2. Mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12, vitamin C dan zat besi
3.   Menghadapi stress dengan efektif
4. Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit makananMenghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin
5. Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut.









2.10 Pohon Masalah
Text Box: Agen infeksi, higiene mulut, infeksi, kelainan darah, penyakit sistemik, psikologis, alkohol dan rokok, kekurangan vitamin C, B, zat besi, luka pada mulut, kelainan pencernaan.
 

 


















BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A.  Identitas (Data Biografi)
Somatitis dapat menyerang semua umur, mayoritas antara 20-40 tahun lebih cenderung pada wanita, kelompok sosial ekonomi tinggi, penderita stres, atau mempunyai riwayat sariawan pada keluarga.
B.  Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
 Keluhan utama yang muncul pada klien stomatitis adalah nyeri   Karen mukosaoral mengalami peradangan, bibir pecah-pecah
2.  Riwayat kesehatan sekarang
 Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena kebersihan mulut yang buruk, intoleransi dengan pasta gigi, penyakit yang beresiko menimbulkan stomatitis, misalnya faringitis, panas dalam, mengkonsumsi makanan yang berlemak , kurang vitamin C, vitamin B12 dan mineral.
3.  Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun sehingga lebih mudah terkena stomatitis, atau memang pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit oral lainnya
4.    Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya stomatitis. Karena ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren) atau sariawan adalah keturunan. Dan berdasarkan hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita SAR lebih rentan untuk mengalami SAR juga.


5.    Pengkajian Psikososial
Kaji apakah keluarga tidak memperhatikan kebersihan mulut dan tempat bermain anak di lingkungan kumuh atau tidak. Kaji juga stres, gaya hidup (alkohol, perokok) serta kaji fungsi dan penampilan dari rongga mulut terhadap body image dan sex.
6.   Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas
Kaji lingkungan yang panas, dan sanitasi yang buruk.
7.    Riwayat nutrisi
Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk, misalnya hanya mengkonsumsi karbohidrat dan protein saja.
8.    Riwayat pertumbuhan perkembangan
a.  Pasien yang menderita stomatitis akan lebih lama sembuhnya dikarenakan kondisi fisik yang lemah sebagai akibat intake nutrisi yang kurang (energi/kalori yang diperlukan tidak mencukupi dalam proses penyembuhan).
b. Penurunan berat badan, biasanya pasien yang menderita stomatitis mengalami penurunan berat badan karena intake nutrisi yang kurang.

C.     Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon
1.      Persepsi kesehatan dan Pola manajemen
orang tua pasien mengetahui bahwa anaknya terkena sariawan yang tidak kunjung sembuh, namun keluarga psien tidak mengetahui bagaimana cara mengatasinya.
2.      Pola nutrisi dan metabolisme
Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk
3.      Pola eliminasi
pasien tidak mengalami gangguan eliminasi miksi dan defekasi.
4.      Pola aktivitas dan latihan
dalam melakukan aktivitas, pasien biasanya mengalami gangguan akibat nyeri yang di rasa sehingga pasien akan rewel.
5.      Pola istirahat dan tidur
pasien mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang dirasakan.
6.      Pola persepsi dan kognitif
pasien merasa lebih tengan apabila berada ditengah keluarga terutama ibu yang peduli pada kondisi pasien, dan pasien sedih apabila ditinggal keluarga.
7.      Pola konsep diri
pasien merasa ragu-ragu untuk berkomunikasi karena tidak dapat berbicara dengan jelas akibat adanya ulserasi lokal.
8.      Pola peran dan hubungan
hubungan sosial pasien dengan orang disekitarnya tidak kooperatif, pasien lebih banyak menangis dan rewel.
9.      Pola seksualitas dan reproduksi
pasien tidak mengalami kelainan apapun.
10.    Pola keyakinan dan nilai
keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan pasien.

D.      Pemeriksaan fisik
1)      TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, skala nyeri)
2)      Bibir
Dimulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembapan, hidrasi, warna,tekstur, simetrisitas dan adanya ulserasi atau fisura
3)      Gusi
Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan, retraksi, dan perubahanwarna.
4)      Lidah
Dorsal (punggung) di inspeksi untuk tekstur, warna dan lesi.
5)      Rongga Mulut
Inspeksi bagian mutut terhadap adanya lesi, bercak putih terutama pada bagian mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit-langit.

3.2 Diagnosa Keperawatan
a.  Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral
b. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan mucosa oral, penurunan keinginan untuk makan akibat rasa nyeri di mukosa mulut
c. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan (inflamasi)
d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri di mukosa mulut

A.   Rencana  Keperawatan
1.    Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
1.      Hilangnya rasa sakit dan perih di mukosa mulu
2.      Lesi berkurang dan berangsur sembuh
3.      Membran mukosa oral lembab
4.      Tidak bengkak dan hiperemi
5.      Suhu badan normal


INTERVENSI
RASIONAL
Kaji tingkat nyeri (PQRST)
Mengetahui skala tingkat nyeri yang dialami pasien.
Berikan makanan yang tidak merangsang, seperti makanan yang mengandung zat kimia
Makanan yang merangsang dapat menimbulkan nyeri
Menghindari makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin
Makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin, dapat menyebabkan nyeri/nyilu
Menghindari pasta gigi yang merangsang
pasta gigi yang merangsang dapat menimbulkan nyeri di bagian yang sariawan
Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigitmakanan
agar luka tidak tergesek oleh benda atau makanan yang dapat memperparah luka
Kolaborasi pemberian analgesic dan kortikosteroid
Analgesic dan kotikosteroid dapat mengurangi rasa nyeri untuk mengurangi peradangan
Beri penjelasan tentang faktor penyebab
Jika klien mengetahui factor penyebab maka klien dapat mencegah hal tersebut terjadi kembali.
  Beri penjelasan keluarga terhadap pentingnya kebersihan oral
Keluarga pasien mengetahui akan pentingnya kebersihan oral sehingga tidak terjadi stomatitis terjadi kembali
Menganjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi buah dan sayuran terutama vitamin B12, Vitamin C dan zat Besi
Sayuran, Vitamin B 12, Vitamin C dan zat besi dapat mencegah terjadinya sariawan dan   nutrisi yang meningkat akan mempercepat proses penyembuhan

2.    Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan (inflamasi)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mukosa oral kembali normal dan lesi berangsur sembuh.
Kriteria Hasil
1.      Mukosa oral kembali normal (tidak bengkak dan hiperemi)
2.      Lesi berkurang dan berangsur sembuh
3.      Membran mukosa oral lembab

INTERVENSI
RASIONAL
Kaji status nutrisi pasien
 Untuk mengetahui status nutrisi pasien
Beri nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering
   Makanan yang lunak meminimalkan kerja mulut dalam mengunyah makanan
Pantau berat badan tiap hari
  Mengevaluasi  berat badan yang menurun ataupun meningkat, nutrisi meningkat akan meningkatkan berat badan
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
  Adanya kalori (sumber energi) akan mempercepat proses penyembuhan
Berikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat penting bagi keseimbangan metabolisme tubuh
Dengan memberikan informasi maka klien akan mengetahui bagaimana cara untuk tetap memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisinya setiap hari agar proses penyembuhan berjalan dengan cepat

3.    Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan (inflamasi)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mukosa oral kembali normal dan lesi berangsur sembuh

Kriteria Hasil
1.      Mukosa oral kembali normal (tidak bengkak dan hiperemi)
2.      Lesi berkurang dan berangsur sembuh
3.      Membran mukosa oral lembab

INTERVENSI
RASIONAL
  Pantau aktivitas klien, cegah hal-hal yang bisa memicu terjadinya stomatitis
Mencegah terjadinya stomatitis atau membuat semakin parah
Kaji adanya komplikasi akibat kerusakan membran mukosa oral
Stomatitis bisa mengakibatkan
komplikasi yang lebih parah jika tidak segera ditangani
Kolaborasi pemberian antibiotik dan obat kumur
Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi dan obat kumur bisa menghilangkan kuman-kuman di mulut sehingga bisa mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut
   Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkanreaksi alergi pada rongga mulut
Reaksi alergi bisa menimbulkan infeksi
Ajarkan oral hygene yang baik


4.    Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri di mukosa mulut, adanya kerusakan di mukosa oral akibat penyakit.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan komunikasi verbal berangsur membaik dan dapat teratasi

Kriteria Hasil:
1.      Klien sudah dapat  berkomunikasi dengan orang lain
2.      Klien mau bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain
3.      Klien mengalami peningkatan harga diri dan konsep diri

INTERVENSI
RASIONAL

Kaji warna, ukuran, bau, tekstur luka pada rongga oral pasien.
mengetahui tingkat keparahan luka yang dialami pasien
Kaji kemampuan pasien dalam berkomunikasi.
mengetahui kemampuan pasien dalam berkomunikasi.
Ajak pasien ikut berpartisipasi dalam setiap ke
membiasakan pasien dengan penyakit yang dialami.
Libatkan keluarga dalam setiap kegiatan pasien.
keluarga sangat dekat dengan pasien.
Diskusikan dengan tim kesehatan lain mengenai tindakan selanjutnya
menentukan tindakan selanjutnya yang akan diberikan pada pasien
Berikan kondisi lingkungan yang nyaman untuk klien
Lingkungan yang nyaman akan membuat klien aktif dalam beraktifitas
Pemberian analgesic dan kortikosteroid
Analgesic dapat mengurangi rasa nyeri dan kortikosteroid dapar mencegah peradangan akibat kerusakan membran mukosa
Beri penjelasan dan pengetahuan mengenai penyakitnya
Agar klien dapat mengetahui yang menjadi pentebab dari penyakitnya sehingga klien dapat mencegahnya
Dorong klien untuk ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan
Dengan mengikuti kegiatan akan mudah untuk beradaptasi dengan kondisi sekitar sehingga bisa mengurangi stres





No comments:

Post a Comment