Candi Borobudur Indonesia, Candi Terbesar di Dunia
Sumber: Riana, Deny.2008.Jelajah
Sains Populer Keliling Dunia.Surabaya: CV Al Maktabah.
Borobudur adalah nama sebuah candi Budha yang terletak di
kawasan Magelang, Jawa Tengah. Lokasi Cnadi kurang lebih 100 km di sebelah
barat daya Semarang dan 40 km sebelah barat laut Jogjakarta.
Candi Budha ini memiliki 1.460 relief dan 504 stupa Budha. Jutaan
orang mendambakan untuk mengunjungi bangunan yang ermasuk dalam World Wonder Heritages dan kebanggan
Bangsa Indonesia. Tidak mengherankan, sebab secara arsitektur Borobudur memang
memikat hati.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, sejarahwan
J.G. de Casparis dalam desertasinya untuk mendapatkan gelar doctor pada tahun
1950, memperkirakan bahwa pendiri Borobudur adalah raja dari Dinasti Syailendra
bernama Samaratungga sekitar 824 Masehi. Beberapa pendapat juga menganggap
Samaratungga adalah penganut agama Budha Mahayana.
Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa
putrinya, Ratu Pramudawarhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu
hamper seratus tahun.
Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti biara
yang terletak di tempat tinggi. Pendapat lain mengatakan bahwa nama ini
kemungkinan dari kata Sambharabhudara, yang artinya gunung (bhudara) di mana di
lerengnya terletak teras-teras.
Memang banyak pendapat mengenai asal nama Borobudur. Misalnya,
kata Borobudur berasal dari ucapan “para Budha” yang karena pergeseran bunyi
menjadi Borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata “bara”
dan “beduhur”. Kata bara konon berasal dari kata vihara. Dan ada pula
penjalasan lain, dimana “bara” berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks
candi atau biara dan beduhur artinya ialah “tinggi” atau menginatkan dalam
bahasa Bali yang berarti “di atas”. Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau
asrama yang berada di tanah tinggi.
Borobudur berbentuk pundek berundak yang terdiri atas 10
tingkat. Tingginya 42 meter, sebelum direnovasi, dan 34,5 meter setelah
direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Dari 10
tingkat tersebut, enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkat dan tiga
tingkat di atasnya berbentuk lingkaran, serta satu tingkat tertinggi berupa
stupa Budha yang menghadap kea rah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan
kehidupan manusia. Sesuai aliran Budha Mahayana, setiap orang yang ingin
mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan
tersebut.
Bagian dasar Borobudur disebut Kamadhatu, melambangkan
manusia yang masih terikat nafsu. Bagian ini sebagian ebsar tertutup oleh
tumpokan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat candi.
Empat lantai dengan dinding berelief diatas nya disebut
Rupadhatu. Bagian yang lantainya berbentuk persegi ini melambangkan manusia
yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu, namun masih terikat rupa dan
bentuk. Di tingkat tersebut , patung Budha diletakkan terbuka, patung Budha
terdapat pada ceruk dinding di atas selasar.
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak
berelief. Tingkat ini dinamakan Aruphadhatu, yang berarti tidak berupa atau
tidak berwujud. Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkat ini melambangkan “alam
atas”, dimanamanusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan
rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung Budha ditempatkan di dalam stupa
yang ditutupi berlubang seperti dalam kurungan. Dari luar, patung itu tampak
samar-samar.
Akhirnya, bagian paling atas disebut Arupa melambangkan
nirwana, tempat Budha bersemayam. Tingkat tertinggi yang mengambarkanketiadaan
wujud dialmbangkan berupa stupa yang besar dan tertinggi. Stupa digambarkan
polos tanpa lubang-lubang.
Di beberapa tingkatan di pahat relief indah pada bagian
dinding menunjukkan betapa mahir pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara
runtut jika kita berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Dalam
reliefnya, Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, yaitu
Ramayana. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi
masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang
mencerminkan tentang kemajuan pertanian saat itu dan relief kapal layar
memperlihatkan kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta
(Semarang).
Borobudur tidak memiliki ruang pemujaan seperti candi lain,
yang ada ialah lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong in idibatasi
dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Bentuk bangunan tanpa ruangan
dan struktur bertingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk pundek
berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Dengan segala kehebatannya dan misteri yang ada, wajar
apabila banyak orang dari segala penjuru dunia memasukkan Borobudur sebagai
tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati candinya, kita
juga bisa berkeliling ke desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan
Wanurejo untuk melihat aktivitas warga membuat kerajinan. Kita juga bisa pergi
ke puncak Watu Kendil untuk dapat memandang panorama Borobudur dari atas.
No comments:
Post a Comment