Asuhan Keperawatan Maternitas dengan Preeklampsia
Sumber:
Sumber:
Buku ajar
keperawatan maternitas lowdermilk.
Kasus emergency
kebidanan oleh dr. Taufan nugroho.
BAB I
LAPORAN
PENDAHULUAN
A.
DEFINISI
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya
terjadi dalam trimester III kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya,
misalnya pada molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastri, 2007)
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivitas endotel, yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et al,
2003, Matthew warden, MD, 2005). Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan 37
minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pertengahan kehamilan. Preeklampsia
dapat berkembang dari Preeklampsia yang ringan sampai Preeklampsia yang berat
(geogre, 2007).
B.
KLASIFIKASI
Preeklampsia
terbagi atas 2 macam, yaitu :
a. Preeklampsia ringan adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan edema pada umur kehamilan 20 minggu atau
lebih atau masa nifas. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
pada penyakit trofoblas.
b. Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi
kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 60/110 mmHg aatu lebih
disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
C.
ETIOLOGI
Telah terdapat
teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut,
akan tetapi
tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang
dapat diterima harus dapat
menerangkan hal-hal berikut:
a.
Sebab bertambahnya
frekuensi primigraviditas,
kehamilan ganda, hidramnion, mola
hidatidosa.
b.
Sebab
bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
c.
Sebab dapat
terjadinya perbaikan keadaan
penderita dengan kematian janin dalam uterus.
d.
Sebab jarangnya terjadi
eklampsia dalam kehamilan-kehamilan berikutnya.
e.
Sebab
timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.
D.
PATOFISIOLOGI
Vasokonstriksi merupakan
dasar pathogenesis pre
eklampsia. Vasokonstriksi
menimbulkan peningkatan total
perifer resisten dan menimbulkan hipertensi.
Adanya vasokonstriksi juga
akan menimbulkan hipoksia pada
endotel setempat, sehingga
terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriola disertai
perdarahan mikro pada tempat endotel.
Selain itu Hubel (1989) mengatakan bahwa adanya
vasokonstriksi arteri spiralis akan
menyebabkan terjadinya penurunan
perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi
plasenta.
Hipoksia atau
anoreksia jaringan merupakan
sumber reaksi hiperoksidasi lemak, sedangkan proses
hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi
oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu
metabolism di dalam
sel.
Peroksidasi lemak
adalah hasil proses oksidasi
lemak tak jenuh
yang menghasilkan hiperoksidasi lemak jenuh.
Peroksidasi lemak merupakan
radikal bebas. Apabila keseimbangan antara
peroksidasi terganggu, dimana
peroksidasi dan oksidan lebih dominan, maka
akan timbul keadaan
yang disebut stress oksidatif.
Pada pre
eklampsia, serum anti
oksidan kadarnya menurun
dan plasenta menjadi sumber
terjadinya peroksidasi lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung
transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang
cukup kuat. Peroksidasi lemak beredar dalam
aliran darah melalui
ikatan lipoprotein. Peroksidasi lemak ini akan sampai ke semua
komponen sel yang dilewati termasuk selsel endotel yang
akan mengakibatkan rusaknya
sel-sel endotel tersebut. Sel-sel endotel
ini biasanya berfungsi mencegah
mikroagulasi dan memodulasi tonus
vascular.
Jejas
pada endotel vaskular menyebabkan koagulasi dan mengubah
respons otot polos vaskular menjadi zat vasoaktif yang dapat
menimbulkan vasokonstriksi pada
endotel yang rusak. Jejas pada endotel inilah yang
dapat menjelaskan trias dasar dari preeklampsia: Hipertensi (vasospasme),
edema (kebocoran kapiler), dan
proteineuria (kerusakan sel ginjal akibat hipoperfusi) Selain
itu,rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan,
antara lain:
a.
Adhesi
dan agregasi trombosit.
b.
Gangguan
permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma.
c.
Terlepasnya enzim
lisosom, tromboksan dan
serotonin sebagai akibat dari
rusaknya trombosit.
d.
Produksi
prostasiklin terhenti.
e.
Terganggunya
keseimbangan prostasiklin dan tromboksan.
f.
Terjadi hipoksia
plasenta akibat
konsumsi
oksigen oleh
peroksidase lemak.
Wanita pada
preeklamsidapat mengalami
kelainan pada sistem imun dan hal ini dapat menghambat invasi
trofoblas pada pembuluh darah
ibu.
Hal ini
dapat menjelaskan bagaimana preeklampsi lebih sering terjadi pada wanita
yang terpajan antigen
paternal untuk yang pertama kali : kehamilan
pertama atau pada
wanita multigravida, kehamilan
yang pertama dengan pasangan
yang baru. Hilangnya
toleransi imunitas juga menjelaskan mengapa interval
antarkehamilan yang jauh merupakan faktor resiko preeklampsi.
Aktivasi
abnormal pada sistem imun
merupakan
penyebab penyakit autoimun lainnya, seperti lupus eritromatosus sistemik.
Kadar sitokin
serum yang meningkat
terdetekdi pada wanita
dengan preeklampsi juga dapat disebskan oleh kelainan imunologis primer.
Kelainan genetik
tertentu dapat terlibat
pada patofisiologi preeklampsia. Wanita yang membawa
mutasi pada komplemen
reseptor CR-1 memiliki faktor
resiko yang meningkat
pada preeklampsia. Resistensi
insulin yang telah ada juga meningkatkanresiko.
Ketidakcocokan antara
kebutuhan janin atau
plasenta dengan kemampuan ibu untuk
memenuhinya dapat menyebabkan
preeklampsia dan akan menjelaskan
berbagai faktor resiko seperti kehamilan multiple, penyakit vaskular
ibu, dan status
hiperkoagulasi.
Teori ini
menjelaskan bahwa janin yang
kurang gizi mengirimkan
sinyal kepada ibu
untuk meningkatkan perfusi plasenta.
Jika ibu tidak
dapat mengkompensasi sinyal tersebiut, janin akan akan mengirimkan
sinyal lebih banyak lagi dan terjadilah preeklampsia.
Pada pre eklampsia terdapat
penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan
ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ, termasuk ke utero
plasental fatalunit. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya
gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin
Growth Retardation.
E.
TANDA dan GEJALA
Dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu Preeklampsia Ringan:
a) Tekanan darah 140/90
mmHg atau lebih.
b)
Edema
umum, kaki, jari tangan, dan muka.
c) Proteinuria kwantitatif
0,3 gr atau lebih per liter.
Sedangkan Preeklampsia Berat memiliki tanda dan gejala:
a)
Tekanan darah
sistol 160 mmHg
atau lebih, atau
tekanan darah diastol 110 mmHg
atau lebih.
b)
Protein
dalam air kemih yang dikumpulkan selama 24 jam sebesar 5 gr/liter atau lebih;
atau pada pada pemeriksaan kualitatif protein air kemih menunjukkan hasil
positif 3 atau 4.
c)
Air
kencing sedikit, yaitu kurang dari 400 ml dalam24 jam.
d)
Peningkatan
kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning)
e)
Trombosit
< 100.000/mm3
f)
Adanya keluhan
sakit kepala, gangguan
penglihatan, serta nyeri
di ulu hati.
g)
Penimbunan
cairan di paru-paru yang ditandai
dengansesak napas, serta pucat pada bibir dan telapak tangan akibat kekurangan
oksigen.
h)
Perdarahan
di retina (bagian mata)
i)
Koma
1.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan hanya dapat
dilakukan secara sistematis karena etiologi preeklampsia, dan
faktor-faktor apa dalam
kehamilan yang menyebabkannya. Tujuan utama penanganan ialah:
a.
Mencegah
terjadinya preeklampsia berat dan eklampsia.
b.
Melahirkan
janin hidup.
c. Melahirkan janin dengan
trauma sekecil-kecilnya.
Pada dasarnya penanganan
preeklampsia terdiri atas
pengobatan medik dan penanganan
obstetrik. Penanganan obstetrik
ditujukan untuk melahirkan pada
saat yang optimal,
yaitu sebelum janinnya
mati dalam kandungan, namun cukup
matur untuk hidup di luar uterus.
1.
Rawat
Jalan (ambulatoir)
Jika kehamilan
masih muda dan
preeklampsia masih ringan dapat
dirawat jalan.
Dianjurkan
ibu
hamil
banyak istirahat (berbaring/tidur
miring), tetapi tidak harus mutlak selalu tirah baring. Pada umur
kehamilan di atas
20 minggu, tirah
baring dengan posisi
miring menghilangkan
tekanan rahim pada
vena cava inferior, sehingga meningkatkan
aliran darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti
pula meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital. Penambahan
aliran darah ke
ginjal akan meningkatkan
filtrasi glomeruli dan meningkatkan
diuresis. Dieresis dengan
sendirinya meningkatkan ekskresi
natrium, menurunkan reaktifitas kardiovaskular, sehingga
mengurangi vasospasme. Peningkatan curah
jantung akan meninkatkan
pula aliran darah
rahim, menambah oksigenasi
plasenta, dan memperbaiki kondisi janin dalam rahim.
2. Rawat Inap (dirawat di
rumah sakit)
Pada keadaan tertentu
ibu hamil dengan
preeklamsia ringan perlu dirawat
di rumah sakit.
Kriteria preeklamsi ringan
dirawat di rumah sakit, ialah :
a. Bila tidak ada perbaikan
: tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu
b. Adanya satu atau lebih
gejala dan tanda-tanda preeklamsi berat.
Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin,
berupa pemeriksaan USG dan Doppler
khususnya untuk evaluasi
pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion.
Pada preeklamsi berat
pemeriksaan sangat teliti
diikuti dengan observasi harian
tentang tanda-tanda klinik
berupa : nyeri
kepala, gangguan virus, nyeri
epigastrium, dan kenaikan
cepat berat badan. Selain
itu, perlu dilakukan
penimbangan berat badan,
pengukuran proteinuria,
pengukuran tekanan darah,
pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan
USG dan NST.
3. Pengobatan Medikamentosa
Penderita
preeklamsi berat harus
segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring miringke satu
sisi (kiri). Perawatan yang penting
pada preeklamsi berat
ialah pengelolaan cairan karena
penderita preeklamsi mempunyai
resiko tinggi untuk
terjadinya edema paru
dan oliguria. Factor
yang sangat menentukan terjadinya edema
parudan oliguri ialah
hipovolemia, vasospasme, kerusakan
sel endotel, penurunan
gradien tekanan onkotik
koloid / pulmonary capillary
wedge pressure.
Oleh karena
itu, monitoring input
cairan (melalui oral
maupun infus) dan output cairan (melalui urin) menjadi sangat penting.
Artinya harus dilakukan pengukuran
secara tepat berapa
jumlah cairan yang dimasukkan dan
dikeluarkan melalui urin.
Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera dilakukan
tindakan koreksi. Cairan yang diberikan dapat berupa :
a.
5%
Ringer-dekstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan : < 125 cc/jam.
b.
Infuse
Dekstrose 5% yang setiap 1 liternya diselingi dengan infuse Ringer laktat (60 –
125 cc/jam) 500cc.
Jika preeklampsia berat,
istirahat baring sebaiknyadilakukan di rumah
sakit.Biasanya diperlukan pemeriksaan
teratur untuk menentukan
keadaan ibu dan
bayi. Pemeriksaan lain
adalah ultrosonografi untuk menentukan volume cairan amnion. Obat-obatan
biasanya
diberikan untuk menurunkan
tekanan darah sampai tiba
masa melahirkan. Jika
preeklampsia berat atau terjadi sindrom HELLP, maka diberikan
kortikosteroid. Kortikosteroid dapat memperbaiki fungsi hati dan trombosit.
Selainitu, berguna untuk
mematangkan paru-paru
janin dalam sedikitnya
dalam waktu 48 jam
dan membantu mempersiapkan
kondisi bayi prematur
setelah persalinan. Antikonvulsif diberikan
pada preeklampsia berat
seperti magnesium sulfat untuk mencegah kejang.
2.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada umumnya
diagnosa pre-eklampsia didasarkan
atas adanya 2 dari trias tanda
utama: hipertensi, edema, dan proteinuria. Hal ini memang berguna untuk
kepentingan statistik, tetapi
dapat merugikan penderita karena tiap
tanda dapat merupakan
bahaya kendatipun ditemukan
tersendiri. Adanya satu tanda harus menimbulkan kewaspadaan.
a.
Pemeriksaan
Funduskopi
Berguna karena
pendarahan dan eksudat
jarang ditemukan pada pre-eklampsia, kelainan tersebut
biasanya menunjukkan hipertensi menahun.
b.
Pemeriksaan
Proteinuria
Pengukuran proteinuria,
dapat dilakukan dengan:
·
Urin dipstik
: 100 mg/l
atau + 1,
sekurangkurangnya diperiksa 2 kali urin acak selang 6 jam.
·
Pengumpulan
proteinuria dalam 24 jam. Dianggap patologis bila besaran proteinuria lebih dari sama
dengan 300 mg/24jam.
c.
Tes
Kimia Darah
Ureum, kreatinin
dan asam urat
menilai fungsi ginjal.
Biasanya konsentrasi ureum dan
kreatinin tidak meningkat;
asam urat lebih mungkin
meningkat sebagai akibat
penurunan bersihan ginjal. Kadar asam
urat serum lebi
besar dari 7mg%
memberi kesan risiko
janin yang meningkat.
d.
Tes
Fungsi Hati
Bilirubin, laktat
dehidrogenase (LDH), dan
SGOT menilai beratnya penyakit
hepar.
e.
Pemeriksaan
Koagulasi
Memberikan kesan
koagulasi intravaskuler diseminata. Penurunan jumlah trombosit
mungkin merupakan manifestasi
pertama dari koagulopati yang
serius.
f.
Pengukuran
Keluaran Urin
Merupakan suatu
indikator penting dari beratnya proses penyakit. Oliguria adalah suatu tanda
bahaya dari fungsi ginjal yang mengalami kegagalan. Kumpulan urin 24 jam
membantu dalam menilai beratnya proteinuria.
g.
Pemantauan Denyut
Jantung Janin, menyingkirkan
gawat janin sepanjang:
·
Denyut
jantung dasar dalam batas normal
·
Variabilitas
denyut ke denyut normal
·
Akselerasi
timbul saat gerakan janin
·
Tidak
ada deselerasi saat kontraksi uterus
h. USG
Pengukuran secara seri
dari diameter biparietal dapat menerangkan kejadian dini
dari retardasi pertumbuhan
intra uteri. Gerakan pernapasan janin,
aktivitas janin dan
volume cairan ketuban memberikan
penilaian tambahan dari kesehatan janin.Sonografi dapat mengidentifikasi
kehamilan ganda atau anomali janin.
BAB II
Konsep Dasar
Keperawatan
2.1
Pengkajian
1.
Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau >
35 tahun, Jenis kelamin.
2.
Riwayat
Kesehatan
a)
Keluhan Utama :
biasanya klirn dengan preeklamsia
mengeluh demam, sakit kepala,
b)
Riwayat
kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
c)
Riwayat
kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
d)
Riwayat
kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
e)
Pola nutrisi :
jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
f)
Psiko sosial
spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya
perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
g)
Riwayat
Kehamilan; Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
h)
Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu
apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka yang ditanyakan
adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila
tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi
3.
Pola aktivitas
sehari-hari
a)
Aktivitas
Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi
kelemahan, penambahan berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+,
reflek patologis -/-. Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.
4.
Abdomen
Gejala ;
Inspeksi :biasanya Perut membuncit sesuai
usia kehamilan aterm, apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - ) Palpasi :
a.
Leopold
I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa
besar, lunak, noduler.
b.
Leopold
II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di
sebelah kanan.
c.
Leopold
III : biasanya teraba masa keras, terfiksir.
d.
Leopold
IV : biasanya pada bagian terbawah janin
telah masuk pintu atas panggul.
Auskultasi : biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
5.
Eliminasi
Gejala :biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24
jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
6.
Makanan
/ cairan
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat
badan dan penurunan , muntah-muntah
Tanda :biasanya nyeri epigastrium,
7. Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas.
8.
Neurosensori
Gejala :biasanya terjadi hipertensi
Tanda :biasanya terjadi kejang atau koma
9.
Nyeri
/ kenyamanan
Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri
kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan penglihatan.
Tanda :biasanya klien gelisah,
10.
Pernafasan
Gejala :biasanya terjadi suara nafas
antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor
Tanda :biasanya ada irama teratur atau
tidak, apakah ada bising atau tidak.
11.
Keamanan
Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan,
perdarahan spontan.
12.
Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
2.2
Pemeriksaan Fisik
1.
Keadaan Umum :
baik, cukup, lemah
2.
Kesadaran :
Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
3.
Pemeriksaan
Fisik (Persistem)
a)
Sistem
pernafasan
Pemeriksaan
pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari 14x/menit, klien
biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas, krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper
refleksia klonus pada kaki.
b)
Sistem
cardiovaskuler
1.
Inspeksi :
apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
2.
Palpasi :
Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan,
Nadi :
biasanyanadi
meningkat atau menurun
Leher : apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa
jantung ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin
3.
Auskultasi
:untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin
melemah.
c)
System
reproduksi
a.
Dada
Payudara
: Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara.
b.
Genetalia
Inspeksi
adakah pengeluaran pervaginam berupa
lendir bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
c.
Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak
janin, lokasi edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat
kontraksi uterus
d.
Sistem
integument perkemihan
1.
Periksa vitting udem
biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan filtrasi glomelurus
yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
2.
Oliguria
3.
Proteinuria
e.
Sistem
persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
f.
Sistem
Pencernaan
Palpasi
: Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas), anoreksia, mual dan muntah.
.
2.3
Pengelompokan
Data
1)
Data Subyektif
a.
Biasanya ibu
mengeluh Panas
b.
Biasanya ibu mengeluh sakit kepala
c.
Biasanya ibu
mengeluh nyeri kepala
d.
Biasanya ibu
mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin
e.
Biasanya ibu
mengeluh tegang pada perutnya
f.
Biasanya
mengeluh nyeri
g.
Skala nyeri
(2-4)
h.
Klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan
i.
Klien biasanya sering mual muntah
j.
Klien biasanya
sering bertanya
k.
Klien biasanya
sering mengungkapkan kecemasan
2)
Data Obyektif
a.
Biasanya teraba
panas
b.
Biasanya tampak
wajah ibu meringis kesakitan
c.
Biasanya ibu
tampak kejang
d.
Biasanya ibu tampak
lemah
e.
Biasanya
penglihatan ibu kabur
f.
Biasanya klien
tampak cemas
g.
Biasanya klien
tampak gelisah
h.
Biasanya klien
tampak kurus,
i.
Biasanya klien
tampak lemah, konjungtiva anemis.
j.
Tonus otot
perut tampa tegang
k.
Biasanya ibu
tampak meringis kesakitan
l.
Biasanya tamapa
cemas
m.
Biasanya DJJ
bayi cepat >160
n.
Bisanya ibu
tampak meringis kesakitan
o.
biasanya ibu
tampak cemas
p.
Bianyasa skala
nyeri 4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5)
q.
aktivitas janin
menurun
r.
DJJ meningkat
>160
MASALAH
KEPERAWATAN
a.
Resiko tinggi
terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (
vasospasme dan peningkatan tekanan darah
).
b.
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada
janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta.
c.
Gangguan rasa
nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir.
d.
Gangguan
psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan
POHON MASALAH
Faktor predisposisi: primigravida,
hidramnion, gemelli, mola, hida, tidosa, gestase , usia lebih dari 35
tahun,obesitas.
PRE EKLAMPSIA
|
Peneurunan
tekanan osmotic koloid
|
Gangguan perfusi
jaringan
|
Resiko tinggi
cidera
|
Gangguan rasa
nyaman
|
Kardiovaskuler:
Penurunan plasma, syok
|
Ginjal: BUN,
Proteinuria
|
Jringan/otot:
Penimbunan asam laktat
|
Otak : Nyeri
kepala, penurunan kesadaran
|
Gangguan perfusi
|
Gangguan
psikologis cemas
|
Odema
|
Hipertensi
|
psikologis
|
vasospasme
|
C.
PERENCANAAN
Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi
terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme
dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
·
Kesadaran :
compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6
·
Tanda-tanda
vital :
Tekanan Darah :
100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 C
Nadi :
60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt
Intervensi :
1.
Monitor tekanan
darah tiap 4 jam.
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
2.
Catat tingkat
kesadaran pasien.
R/. Penurunan
kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3.
Kaji adanya
tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan
respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria ).
R/. Gejala
tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului
status kejang
4.
Monitor adanya
tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus.
R/. Kejang akan
meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan
5.
Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM .
R/. Anti
hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya
kejang
Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi
terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
·
DJJ ( + ) :
12-12-12
·
Hasil NST :
·
Hasil USG ;
Intervensi :
1.
Monitor DJJ
sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta
2.
Kaji tentang pertumbuhan
janin.
R/. Penurunan
fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR
3.
Jelaskan adanya
tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut,
perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat
mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin
4.
Kaji respon
janin pada ibu yang diberi SM.
R/. Reaksi
terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas
janin
5.
Kolaborasi
dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST.
R/. USG dan NST
untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
Diagnosa keperawatan III :
Gangguan rasa
nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat
mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
·
Ibu mengerti
penyebab nyerinya
·
Ibu mampu
beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi :
1.
Kaji tingkat
intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap
nyerinya
2.
Jelaskan
penyebab nyerinya.
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
3.
Ajarkan ibu
mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
4.
R/. Dengan
nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah,
expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
5.
Bantu ibu
dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien
Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan psikologis
( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses
persalinan
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
·
Ibu tampak
tenang
·
Ibu kooperatif
terhadap tindakan perawatan
·
Ibu dapat
menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
1.
Kaji tingkat
kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
2.
Jelaskan
mekanisme proses persalinan.
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi
emosional ibu yang maladaptive
3.
Gali dan
tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki
ibu efektif
4.
Beri support
system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang
secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati
D.
IMPLEMENTASI
Pelaksanaan
disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.
E.
EVALUASI
Evaluasi
disesuaikan dengan criteria hasil yang telah ditentukan.
No comments:
Post a Comment