Friday, June 19, 2020

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Fraktur


FRAKTUR

PENDAHULUAN
            System skeleton pada anak memiliki perbedaan dalam hal anatomi, biomekanika, dan fisiologis dari system skeleton dewasa. Hal ini yang menyebabkan pola fraktur yang berbeda, termasuk fraktur epifisis,diagnosis, dan penatalaksanaan.
Perbedaan anatomi pada system skelet pada pediatric meliputi adanya kartilago preosseosa,  fisis, dan periosteum yang lebih kuat, lebih tebal,lebih osteogenik yang membentuk kallus lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih besar.

DEFINISI
      Fraktur adalah patahnya kontinyuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya.

JENIS/TIPE FRAKTUR
Ø  Fraktur komplet
Fragmen-fragmen fraktur benar-benar terpisah
Ø  Fraktur inkomplet
Fragmen-fragmen fraktur tetap berlekatan
Ø  Fraktur sederhana atau tertutup
Fraktur tidak menimbulkan kerusakan pada kulit
Ø  Fraktur terbuka atau compound
Fraktur dengan luka terbuka dimana tulang menonjol keluar melalui luka tersebut
Ø  Fraktur complicated
Fragmen-fragmen tulang yang patah menyebabkan kerusakan pada organ atau jaringan lain (misalkan paru atau kandung kemih).
Ø  Fraktur comminuted
Fragmen-fragmen kecil dari tulang terpecah dari batang tulang yang fraktur dan berada di sekitar jaringan (sangat jarang terjadi pada anak)

POLA FRAKTUR PEDIATRIK
Pola fraktur pediatric terjadi sebagai akibat dari sifat-sifat anatomi, biomekanik, dan fisiologi system skeleton anak. Sebagian besar penatalaksanaan dilakukan dengan metode tertutup.
v  Bends
Tulang anak yang fkelsibel dapat dibengkokkan 45º atau lebih sebelum menjadi patah. Tetapi, bila tulang tersebut melengkung, maka tulang itu akan lurus kembali dengan perlahan, tetapi tidak sempurna, menimbulkan beberapa deformitas tetapi tanpa angulasi yang terjadi ketika tulang patah. Bends lebih umumterjadi pada ulna dan fibula, sering dikaitkan dengan fraktur radius dan fibula.
v  Fraktur buckle
Kompresi tulang menimbulkan fraktur buckle atau torus. Fraktur ini tampak seperti proyeksi yang menonjol di tempat fraktur. Fraktur torus terjadi pada bagian tulang yang paling keropos didekat metafisis (bagian batang tulang yang berada didekat epifisis) dan lebih umum terjadi pada anak kecil. Fraktur ini bersifat stabil dan dapat dapat sembuh dalam 2-3 minggu dangan immobilisasi sederhana
v  Fraktur greenstick
Terjadi bila tulang terangulasi melebihi batas pembengkokannya. Sisi yang terkompresi melengkung dan sisi yang menegang mengalami kerusakan, yang menyebbakan fraktur inkomplit yang serupa dengan yang terlihat pada green stick yang patah.
v  Fraktur komplet
Membagi fragmen-fragmen tulang. Fraktur ini seringkali dilekatkan oleh engsel periosteal, yang dapat membantu atau menghalangi reduksi. Fraktur ini terjadi apabila pada kedua sisi mengalami fraktur. Fraktur ini dapat dikategorikan dalam fraktur spiral, melintang, miring, atau pecah-pecah (remuk), tergantung dari arah garis fraktur.
Fraktur melengkung atau torus terjadi apabila terdapat kompresi pada tulang. Fraktur jenis ini khas pada daerah metafisis pada anak, seperti pada radius distal. Fraktur ini bersifat stabil dan dapat dapat sembuh dalam 2-3 minggu dangan immobilisasi sederhana
v  Fraktur Epifisis
Salter & Harris mengklasifikasikan kerusakan epifisis kedalam lima kelompok, yaitu :
v  Tipe I, lepasnya melalui fisis, biasanya melalui zone hipertrofi dan degenerasi kolom sel kartilago
v  Tipe II, fraktur melalui bagian fisis tetapi meluas ke bagian metafisis
v  Tipe III, fraktur melalui bagian fisis yang meluas melalui epifisis dan k  dalam sendi
v  Tipe IV, fraktur yang menyilang metafisis, fisis, dan epifisis
v  Tipe V, kerusakan remuk pada fisis
Fraktur epifisis tipe III dan IV memerlukan alignment anatomi karena pergeseran permukaan fisis maupun artikuler.
Fraktur tipe V biasanya dikenali dalam retrospeksi sebagai akibat penutupan fisis yang terlalu dini (premature)
Fraktur tipe I dan II dapat ditatalksana dengan reduksi tertutup dan tidak memerlukan alignment yang sempurna.

FRAKTUR KLAVIKULA
            Fraktur ini melibatkan taut sisi tengah dan lateral klavikula. Fraktur ini dapat terjadi karena cedera pada saat lahir dan lebih khas terjadi pada cedera jatuh dengan tangan terulur atau pukulan langsung pada klavikula. Pada pemeriksaan, khas fragmen fraktur bergeser dan tumpang tindih 1-2 cm.

Penanganan
            Penanganan adalah dengan pemasangan tali pengikat klavikula berbentuk angka 8. tali ini berfungsi mengekstensikan bahu dan meminimalkan besarnya tumpang tindih fragmen fraktur. Fraktur ini sembuh dengan cepat, biasanya 3-6 minggu . remodeling terjadi dengan baik pada usia 6-12 bulan.

FRAKTUR HUMERUS PROKSIMAL
            Fraktur ini biasanya terjadi karena jatuh ke belakang dengan posisi siku ekstensi.
Penanganan
Penanganan dilakukan dengan Imobilisasi sederhana denga menggunakan kain gendongan, mitella, dan bidai. Pada fraktur dengan pergeseran yang berat, reduksi tertutup dan immobilisasi perlu dilakukan.

FRAKTUR RADIUS DAN ULNA DISTAL
            Fraktur terjadi karena terjatuh dengan pergelangan tangan dorsofleksi. Fraktur ini merupakan fraktur terjepit dan biasanya terjadi perdarahan jaringan lunak minimal. Biasanya keluhan awal yang dirasakan berupa kontusio atau keseleo.

Penanganan
Penanganan pada fraktur ini adalah dengan dilakukan gips lengan bawah. Fraktur biasanya sembuh dalam waktu 3-4 minggu.

FRAKTUR FALANG
            Fraktur ini biasanya terjadi akibat pukulan langsung pada jari. Penanganan fraktur ini biasanya dengan melakukan bidai dan jarang diperlukan reduksi tertutup kecuali ila terjadi angulasi atau malrotasi.

FRAKTUR TODDLER
            Fraktur toddler merupakan frakturspiral sepertiga distal tibia. Fraktur ini biasanya disebabkan karena jatuh ringan karena berlari atau pada saat bermain. Fraktur ini terjadi pada anak usia 2-4 tahun, dan kadang-kadang sampai usia 6 tahun.
            Tanda klinis meliputi nyeri, menolak berjalan, pembengkakan jaringan lunak ringan, pada palpasi sedikit hangat pada area fraktur dan nyeri pada palpasi.
Penanganan
Penanganan fraktur ini dapat dilakukan dengan gips kaki yang panjang. Fraktur ini biasanya sembuh antara 3-4 minggu.




FRAKTUR MALLEOLUS LATERALIS
            Fraktur ini biasanya merupakan dampak dari keseleo pada sendi kaki. Gejala klinis adalah anak dating dengan bengkak dan nyeri pada malleolus lateralis. Pada palpasi didapatkan nyeri terbesar ada pada tulang dan bukan pada salahsatu dari ligamentum.
Penanganan
            Penanganan dilakukan dengan pemasangan gips kaki yang pendek selama 4-6 minggu. Penanganannya sama seperti keseleo pergelangan kaki.

FRAKTUR METATARSUS
            Fraktur metatarsus biasanya terjadi karena trauma langsung pada dorsum kaki. Anak datang dengan riwayat luka yang disetai pembengkakan jaringan lunak dan kadang ekimosis. Nyeri langsung pada palpasi area fraktur.
            Fraktur yang sering terjadi adalah fraktur tuberositas metatarsal kelima yang disebut dengan fraktur pernari “Dancer’s Fracture”. Fraktur ini terjadi akibat pelepasan apofisis karena penarikan berlebih tendo peroneus brevis. Pembengkakan, nyeri dan ekimosis terbatas pada tuberositas metatarsal kelima.
Penanganan
Penaganan fraktur ini adalah dengan pemasangan gips pendek selama 4-6 minggu. Penahan berat dipergunakan sesuai toleransi. Perhatian lebih diberikan pada fraktur metatarsus ke lima karena memiliki insidensi tinggi untuk tidak menyatu dan harus diterapi tanpa penahan berat sampai ada bukti radiografi terjadinya penyatuan dini.

FRAKTUR FALANG JARI KAKI
Fraktur jari kaki yang lebih kecil terjadi akibat pukulan langsung. Biasanya terjadi bila anak tidak bersepatu. Jari kaki akan membengkak, ekimosis dan nyeri.
Penanganan
            Reduksi tertutup tidak diperlukan kecuali bila pergeseran terlalu jauh. Reduksi disempurnakan dengan pemberian bebat dengan jari sebelahnya, sehingga akan memberikan alignment yang memuaskan dan mengurangi gejala.

PERGESARAN FRAKTUR
         Setelah terjadi fraktur lengkap, biasanya fragmen-fragmen bergeser. Pergeseran ini terjadi karena kekeuatan cedera, gaya berat, dan sebagian oleh tarikan otot yang melekat pada tulang. Pergeseran biasanya terbagi atas : aposisi, penjajaran (alignment), rotasi, dan berubahnya panjang.
J  Aposisi (Pergeseran)
Fragmen tulang dapat bergeser ke samping, kebelakang atau kedepan satu sama lain, sehingga permukaan fraktur kehilangan kontak.
J  Penjajaran (kemiringan)
Fragmen dapat miring ata menyudut dalam hubungannya satu dengan yang lain.
J  Rotasi (puntiran)
Salah satu fragmen dapat berotasi pada poros longitudinalnya
J  Panjang
Fragmen dapat tertarik atau terpisah, atau dapat tumpang tindih, akibat spasme otot, menyebabkan perpendekan tulang.

MANIFESTASI KLINIS
  1. Nyeri
Nyeri pada fraktur femoris dirasakan ringan pada selangkangan atau sisi medial lutut. Pada kebanyakan fraktur kolumna femur, klien tidak mampu menggerakkan tungkai tanpa peningkatan nyeri, dan dapat merasa lebih nyaman bila tungkai sedikit di fleksikan dalam rotasi eksternal. Pada fraktur batang femur nyeri dirasakan hebat dan klien tidak mampu menggerakkan pinggul maupun lututnya
  1. Deformitas
Deformitas pada ekstremitas terjadi karena pergeseran fragmen pada fraktur yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal
  1. Pemendekan ekstremitas / kaki yang fraktur
Fraktur pada bagian kolum femoris dapat menimbulkan pemendekan kaki
  1. Krepitasi
Tanda krepitasi terjadi akibat gesekan antar fragmen tulang
  1. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
Terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang menyertai fraktur. Tanda ini dapat muncul setelah beberapa jam atau hari setelah cedera
  1. Kurangnya sensasi
Dapat terjadi karena adanya gangguan saraf yang mungkin terjepit atau terputus oleh fragmen-fragmen tulang
  1. Hilang/berkurangnya fungsi normal karena ketidakstabilan tulang, nyeri, dan spasme otot

PROSES PENYEMBUHAN TULANG :
1.     Fase Hematom
   Yaitu perdarahan dalam tulang akibat robeknya pembuluh darah dalam sum-sum tulang dan periosteum
·         Dapat terjadi fragmen tulang dan jaringan lunak rusak
·         Jaringan nekrotik dibuang dan reorganisasi hematom
·         Kapiler yang pecah mengeluarkan fibroblast dan osteoblast


2.           Radang dan Proliferasi Selluler
Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel dibawah radang akut disertai proliferasi sel dibawah periosteum dan didalam saluran medulla yang tertembus. Ujung fragmen dikelilingi oleh jaringan sel, yang menghubungkan tempat fraktur. Hematom yang membeku perlahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang kedalam daerah tersebut.
3.     Pembentukan Callus
·         Fibroblast dan osteoblast membentuk anyaman tidak teratur yang berbentuk pola tulang
·         Masa tulang baru membentuk pulau-pulau tulang rawan yang disebut callus
·         Callus interna terdapat dalam rongga medulla dan callus eksterna terdapat pada periosteum berfungsi sebagai penyangga yang nanti akan diresorbsi
4.     Konsolidasi
Bila aktivitas osteoklastik dan osteoblastik berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi tulang lamellar dan fraktur dipersatukan secara kuat.
5.     Fase Remodeling
Remodelling terjadi karena kombinasi resorpsi periosteum dan pembentukan tulang baru. Factor utama yang mempengaruhi remodeling tulang pada anak adalah :
¨       Usia anak
¨       Semakin dekatnya letak fraktur dengan sendi
¨       Hubungan dengan deformitas sisa dengan bidang sumbu gerak sendi
Semakin muda usia anak maka makin besar pula potensial remodeling. Fraktur yang berdekatan dengan fisis mengalami remodeling paling tinggi, asalkan deformitas ada pada bidang sumbu gerakan untuk sendi tersebut.
Remodeling fraktur akan kurang efektif pada pergeseran fraktur intra-artikuler, fraktur diafisis, malrotasi, dan deformitas yang tidak pada bidang sumbu gerakan sendi.
Proses Remodelling Tulang
·   Pola anyaman pada kalus akan digantikan oleh susunan tulang yang teratur dan berlamel, secara bertahap akan berubah berdasarkan tekanan mekanis yang dialami
·   Secara perlahan susunan tadi akan digantikan dengan tulang yang berlapis-lapis (lamellar) dan mengalami perubahan bentuk seperti semula sesuai tekanan mekanik yang dialami

GANGGUAN PENYEMBUHAN TULANG
         Penyembuhan tulang dapt terganggua karena adanya :
         1. Pergerakan atau pergeseran tulang
         2. Jaringan lunak yang ada diantara kedua tulang
         3. Ketidak lurusan letak tulang
         4. Infeksi
         5. Penyakit tulang yang ada sebelumnya

PERTUMBUHAN BERLEBIH
Pertumbuhan berlebih terutama terjadi pada tulang panjang seperti femur terjadi karena stimulasi fisis dari hyperemia yang disertai penyembuhan fraktur.

DEFORMITAS PROGRESIF
Cedera pada fisis dapat mengakibatkan penutupan total atau parsial. Sebagai akibatnya terjadideformitas anguler, pemendekan, atau kedua-duanya.

PENYEMBUHAN CEPAT
            Fraktur pada anak lebih cepat daripada fraktur pada dewasa karena tulang pada anak potensi pertumbuhan anak lebih tinggi dan  periosteum lebih tebal, metabolic tulang pada anak lebih aktif. Semakin tua usia anak maka akan semakin mendekati kecepatan penyembuhan tulang pada dewasa.

PENANGANAN FRAKTUR
            Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, immobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
Tujuan utama dari terapi fraktur ini adalah :
  1. Mengembalikan fragmen tulang ke posisi anatomis normal (reduksi)
  2. Mempertahankan reduksi sampai terjadi penyembuhan (immobilisasi)
  3. Mempercepat pengembalian fungsi dan kekuatan normal bagian yang terkena (rehabilitasi)

v  Reduksi Fraktur
Reduksi fraktur (setting ulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode yang dapat digunakan dalam mencapai reduksi tulang antara lain :
·         Reduksi tertutup
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.
·         Traksi
Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan immobilisasi. Berat traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
·         Reduksi terbuka
Dengan pembedahan, fragmen tulang direduksi.
v  Immobilisasi Fraktur
Setelah direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan fiksasi eksterna dan interna.
Fiksasi Eksterna
·         Bebat
·         Brace
·         Case
·         Pin dalam gips
·         Fiksasi eksterna
·         Traksi
·         Balutan
Fiksasi Interna
·         Nail
·         Plat
·         Sekrup
·         Kawat
·         Batang

v  Mempertahankam dan Mengembalikan Fungsi (rehabilitasi)
·         Mempertahankan reduksi dan immobilisasi
·         Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan
·         Memantau status neurovaskuler
5 P yang dapat digunakan untuk memantau status neurovaskuler :
1.     Pain (nyeri)
2.     Pallor (pucat)
3.     Pulslessness (tidak teraba nadi)
4.     Paresthesia (kesemutan)
5.     Paralysis (lumpuh)
Nyeri yang tidak hilang dengan analgesic atau intervensi keperawatan merupakan indikasi adanya iskemia jaringan, yang harus dicegah karena dapat menyebabkan terjadinya kerusakan neurovaskuler.
·         Mengontrol kecemasan dan nyeri
·         Latihan isometric dan setting otot
·         Berpertisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
·         Kembali ke aktivitas secara bertahap

PENANGANAN OPERATIF
            Pada beberapa fraktur pediatric memberikan prognosis yang lebih baik bila dilakukan reduksi baik secara terbuka maupun tertutup, dan kemudian distabilisasi baik secara terbuka maupun tertutup.
            Indikasi yang lazim untuk stabilisasi operatif pada anak dan remaja dengan fisis terbuka adalah :
  1. Fraktur epifisis tergeser
  2. Fraktur inta-artikuler tergeser
  3. Fraktur tidak stabil
  4. Fraktur pada anak yang tercedera berkali-kali
  5. Fraktur terbuka
Prinsip manajemen bedah fraktur pada pediatric berbeda dengan pada dewasa :
v  Reduksi tertutup berulang kali pada fraktur epifisis merupakan kontraindikasi karena menyebabkan cedera berulang pada sel-sel benih fisis
v  Persekutuan anatomi pada pembedahan adalah suatu keharusan, terutama pada fraktur intraartikuler dan fisis yang bergeser
v  Bila dilakukan fiksasi interna, fiksasi harus sederhana (misalkan dengan menggunakan kawat Kirschner yang dapat diambil segera setelah fraktur sembuh)
v  Fiksasi kaku untuk immobilisasi ekstremitas bertujuan untuk stabilitas yang cukup untuk mempertahankan alignment anatomi dan immobilisasi, biasanya dengan menggunakan plester gips
v  Bila digunakan fiksasi eksternal, diambil sesegera mungkin dan digantikan imobilisasi dengan gips

TEKNIK PEMBEDAHAN
            Teknik pembedahan dasar pada manajemen fraktur pediatik :
  1. Reduksi tebuka dan fiksasi interna
Digunakan untuk penanganan :
v  Fraktur epifisis tergeser, terutama fraktur Selter-Harris tipe III dan IV
v  Fraktur intraartikuler
v  Fraktur tidak stabil, seperti fraktur diafisis lengan bawah, spina dan fraktur ipsilateral femur dan tibia (lutut mengambang)
v  Cedera neuromuskuler
v  Fraktur terbuka femur dan tibia
  1. Reduksi tertutup dan fiksasi interna
v  Fraktur epifisis
v  Intraartikuler tergeser spesifik
v  Fraktur metafisis tidak stabil
v  Fraktur diafisis
  1. Fiksasi eksterna
v  Fraktur terbuka derajat II dan III berat
v  Fraktur yang disertai dengan luka baker berat
v  Fraktur dengan hilangnya jaringan tulang atau jaringan lunak yang luas yang mungkin memerlukan prosedur rekonstruktif, seperti cangkok vaskularisasi, cangkok kulit, dll
v  Fraktur yang memerlukan distraksi, seperti fraktur dengan kehilangan tulang yang berarti
v  Fraktur pelvis tidak stabil
v  Fraktur pada anak disertai cedera kepala dan spastisitas
v  Fraktur yang memerlukan perbaikan atau rekonstruksi vaskuler atau syaraf
Manfaat dari fiksasi eksterna :
·         Mabilisasi fraktur yang kaku
·         Manajemen terpisah tungkai yang fraktur dan luka yang menyertai
·         Mabilisasi pasien untuk pengobatan cedera lain dan transportasi untuk prosedur diagnostic dan terapeutik
Komplikasi dari fiksasi eksterna adalah terjadinya infeksi di sepanjang pen dan dapat terjadi fraktur lagi pada saat pen diambil.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN FRAKTUR
I. PENGKAJIAN
a.     Data Fokus
  1. Wawancara
·         Keluhan Utama
Anak mengeluh nyeri, tidak mampu menggerakkan bagian tubuh yang mengalami fraktur, bengkak pada area fraktur
·         Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan nyeri pada area fraktur, nyeri semakin hebat/meningkat bila area fraktur digerakkan dan berkurang bila diimobilisasikan. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, berdenyut pada daerah yang fraktur. Nyeri dirasakan anak bisa mulai dari nyeri ringan sampai berat
·         Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan riwayat penyakit yang menyebabkan fraktur, seperti osteoporosis, kanker tulang, kelainan medis (kardiovaskuler, pulmonal, dan endokrin) , atau riwayat gangguan perfusi jaringan otak/ pengaruh obat-obatan yang dapat meningkatkan insiden jatuh, gaya hidup
·         Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan adanya keturunan/ lingkungan yang kurang sehat (radiasi/ zat-zat polutan)
·         Data psikologis klien
Tingkat emosi yang meningkat, konsep diri, mekanisme koping klien sehubungan dengan nyeri dan adanya deformitas pada ekstremitas yang mengalami fraktur
·         Data sosial
Kemampuan klien untuk bersosialisasi dengan lingkungan mungkin menurun
·         Data spiritual
Keyakinan klien terhadap kondisi yang dialaminya, keyakinan terhadap kesembuhan dan kebutuhan ibadah
  1. Pemeriksaan Fisik
v  Keadaan Umum
Biasanya menunjukkan kelemahan fisik, kurannya pemenuhan personal higiene, kesadaran mungkin komposmentis/menurun, kemampuan komunikasi tidak terganggu
v  Sistem pernafasan
Bentuk hidung normal, ada/tidak sekret atau darah, PCH tidak ada, bentuk dan gerakan dada simetris, retraksi suprasternal tidak ada, retraksi intrakosta tidak ada, suara nafas vesikuler, pengembangan paru normal
v  Sistem kardiovaskuler
Warna konjungtiva normal/anemis, bibir sianosis, JVP meningkat, nadi meningkat, tekanan darah naik/ turun, CRT > 2”, hematom
v  Sistem pencernaan
Kondisi mulut ada lesi/tidak, kemampuan mengunyah & menelan normal, refleks muntah (+), gigi normal/karies, nafsu makan normal/turun, bising usus (N)
v  Sistem genitourinaria
Nyeri saat BAK ada/tidak, distensi kandung kemih ada/tidak, warna urin normal/hamaturia
Kelainan genitalia ada/tidak, area perineal bersih/kotor
v  Sistem muskuloskeletal
Adanya deformitas, kelainan gerak, penurunan tonus & kekuatan otot, hematoma, luka pada fraktur terbuka, immobilisasi, kontraktur, atropi otot
v  Sistem integumen
Kelembaban normal/ turun, kulit bersih/kotor, turgor normal/turun, hematoma, suhu akral dingin, adanya lesi, warna pucat/sianosis
v  Sistem neurosensori
Hilangnya sensori, spasme otot, parestesi, fungsi refleks menurun, peningkatan rangsang nyeri
3.     Pemeriksaan Diagnostik
v  Foto Rontgent
Lokasi, luas fraktur
v  Scan tulang; tomogram, CT/MRI
Melihat fraktur dan kerusakan jaringan lunak disekitarnya
v  Arteriogram
Bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler
v  Hitung darah lengkap
HCT, kemungkinan meningkat (hemokonsentrasi)/ menurun karena perdarahan pada daerah sekitar fraktur/ organ jauh pada trauma dengan fraktur multiple
v  Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien dengan gangguan fungsi renal
v  Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusimultiple atau edema hati


4.     Analisa Data
Data
Etiologi
Masalah
Ds :
·         Klien mengeluh nyeri pada area fraktur
·         Klien mengeluh nyeri saat bergerak
·         Klien mengatakan nyeri berdenyut
·         Klien mengatakan merasa baal pada area distal fraktur
Do :
·         Intensitas nyeri 6-10
·         Wajah meringis kesakitan
·         Nadi meningkat, RR meningkat
·         Klien tampak lemah
·         Bed rest
·         Adanya edema pada area fraktur
·         Dibantu dalam pemenuhan ADL nya
Trauma/benturan yg hebat

Fraktur femur

Diskontinuitas jaringan tulang, otot, jaringan lunak, tendon sekitar fraktur
 

Pengeluaran zat vasoaktif

Peningkatan permeabilitas kapiler
 

Cairan shift dari ekstra ke intra sel

Edema
 

Potensial sindroma kompartemen

Potensial kontraktur sendi & atropi otot

Penurunan motilitas usus
 

Potensial konstipasi
Penekanan fragmen tulang pd ujung saraf nyeri

Rangsang reseptor nyeri
 

Persepsi nyeri
 

Ggn rasa nyaman : nyeri
 




Immobilisasi untuk mengurangi nyeri

Keterbatasan aktivitas fisik
 

Ggn pemenuhan ADL




1.     Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri
2.     Keterbatasan Mobilitas Fisik
3.     Ggn Pemenuhan ADL
4.     Potensial Sindrom Kompartemen
5.     Potensial Kontraktur & Atropi Otot
6.     Potensial konstipasi

Data
Etiologi
Masalah
Do :
·         Perdarahan masif
·         Perdarahan tertutup (hematom)
·         TD menurun
·         Nadi meningkat, lemah
·         Pucat
·         Akral dingin
·         Hb menurun
·         Parestesi (+)
·         CRT > 2”
Fraktur femur

Fragmen tulang merusak pembuluh darah sekitar

Perdarahan

Penurunan vol intravaskuler

Resiko syok hipovolemik

Penurunan isi sekuncup
 

Penurunan C.O
 

Resiko ggn perfusi jaringan
 

Resiko kerusakan neurovaskuler
1.         Resiko syok hipovolemik
2.        Resiko ggn perfusi jaringan
3.        Resiko kerusakan neurovaskuler
Data
Etiologi
Masalah
Do :
·         Luka disekitar fraktur merah, bengkak
·         Suhu tubuh meningkat
·         Pus, darah (+)
Fraktur femur

Fragmen tulang menembus kulit di atasnya

Robekan pada jaringan kulit

Ggn integritas kulit
Terbukanya port de entry m.o
 

Resti infeksi
1.         Ggn integritas kulit
2.        Resiko tinggi infeksi
Data
Etiologi
Masalah
Do :
·         Wajah tampak tegang
Ds :
·         Klien mengatakan khawatir dg kondisi kakinya
·         Klien tidak tahu tindakan yang akan dilakukan untuk menyembuhkan
·         Klien menanyakan kemungkinan bisa berjalan normal
Fraktur femur

Perubahan struktur ekstremitas

Kurang pengetahuan ttg kondisi & prosedur tindakan
 

Ggn rasa aman : cemas
Deformitas jaringan tulang
 

Persepsi negatif pada diri sendiri
 

Ggn citra diri
1.         Ggn rasa aman : cemas
2.        Ggn citra diri

Data
Etiologi
Masalah
Ds :
·         Klien mengatakan malas makan
·         Klien mengatakan susah tidur karena nyeri
·         Klien mengatakan sering terbangun karena nyeri
Do :
·         Porsi makan tidak habis
·         BB menurun
·         Ada lingkaran hitam dibawah mata
·         Klien tampak lemah dan lesu
Fraktur femur

Nyeri

Peningkatan aktivitas saraf simpatis
Penurunan aktivitas saraf parasimpatis
 

Aktivasi RAS
 

Allertness

Ggn istirahat tidur
Penurunan motilitas usus
 

Stagnasi makanan

Rangsang pusat kenyang, muntah di hipothalamus

Anorexia, mual, muntah
 

Ggn pemenuhan nutrisi
1.         ggn istirahat tidur
2.        potensial ggn pemenuhan nutrisi

5.     Diagnosa Keperawatan
1.         Gangguan rasa nyaman nyeri b.d diskontinuitas jaringan tulang
2.        Keterbatasan mobilitas fisik b.d immobilisasi untuk mengurangi nyeri akibat fraktur
3.        Gangguan istirahat tidur b.d nyeri akibat fraktur
4.        Gangguan integritas kulit b.d luka terbuka akibat fraktur
5.        Gangguan pemenuhan Adl : perasonal higiene b.d keterbatasan mobilitas fisik
6.        Gangguan rasa aman : cemas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi luka fraktur dan prosedur tindakan
7.        Gangguan citra diri b.d perubahan struktur jaringan tulang ekstremitas
8.        Resiko tinggi infeksi b.d luka terbuka akibat fraktur
9.        Resiko terjadinya syok hipovolemik b.d perdarahan
10.      Potensial penurunan perfusi jaringan b.d perdarahan
11.       Potensial kerusakan nerurovaskuler b.d perdarahan
12.      Potensial terjadinya kompartemen sindrom b.d edema disekitar fraktur
13.      Potensial gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d anorexia, mual dan muntah
14.      Potensial terjadinya kontraktur sendi & atropi otot b.d immobilisasi
15.      Potensial perubahan eliminasi : konstipasi b.d immobilisasi

6.     Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d diskontinuitas jaringan tulang
Tupan :
Keutuhan rasa nyaman bebas dari nyeri terpenuhi
Tupen :
Setelah dilakukan intervensi 3 x 24 jam, nyeri berkurang dengan kriteria :
-    Klien mengatakan intensitas nyerinya berkurang
-    Klien mampu mendemonstrasikan tehnik distraksi atau relaksasi yang telah diajarkan
-    Ekspresi wajah tenang
-    TTV dalam batas normal
-    Skala nyeri menurun
1.     Kaji intensitas nyeri klien

2.     Tinggikan dan sokong ekstremitas yang mengalami fraktur
3.     Pertahankan immobilisasi pada ekstremitas yang mengalami fraktur dengan menggunakan soft atau rigid dressing
4.     atur posisi yang nyaman bagi klien

5.     Lakukan tehnik distraksi
6.     Ajarkan tehnik relaksasi dengan nafas dalam


7.     Berikan kompres dingin/es 24 – 48 jam pertama
1.     Mengetahui tingkat nyeri & menentukan langkah intervensi selanjutnya
2.    Melancarkan peredaran darah pada area fraktur dan mengurangi edema
3.    Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang yang fraktur serta mencegah perluasan cedera jaringan lunak
4.    Meningkatkan kenyamanan dan memperlancar aliran darah
5.    Untuk mengalihkan perhatian dari nyeri
6.    Nafas dalam menurunkan ketegangan otot pada area fraktur sehingga nyeri dapat diturunkan
7.    Kompres dingin akan meningkatkan pembekuan darah dan menurunkan edema
Keterbatasan mobilitas fisik b.d fraktur femur
Tupan :
Klien mampu melakukan mobiitas fisik sesuai dengan kemampuan
Tupen :
Setelah 3 x 24 jam diberikan intervensu klien mampu meningkatkan mobilitas fisik, dengan kriteria :
-       Klien mampu mendemonstrasikan cara melakukan gerakan
-       Klien melaporkan adanya peningkatan kemampuan mobilitas fisik
-       Klien mampu mempertahankan posisi fungsional
1.     Kaji tingkat imobilitas akibat kerusakan dan cacat persepsi klien tentang immobilisasi

2.     Anjurkan klien untuk melakukan r=latihan gerak pasif/aktif pada ekstremitas yang sakit dan sehat

3.     Ajarkan klien untuk melakukan latihan isometrik dimulai pada ekstrmitas yang tidak sakit
1.     Untuk mengetahui persepsi klien tentang keadaannya sehingga dapat diberikan informasi dan tindakan yang tepat
2.     meningkatkan aliran darah ke jaringan, meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/ atropi dan reabsorbsi Ca
3.     kontraksi oto isometrik tanpa menekuk sendi/ menggerakkan tungkai & membantu mempertahankan kekuatan & massa otot
Potensial terjadinya sindroma kompartemen b.d edema pada lokasi fraktur
Tidak terjadi sindroma kompartemen pada lokasi fraktur, ditandai dengan :
-       nyeri tidak terjadi
-       tidak ada pembengkakan
-       tidak ada parestesia
1.     Tinggikan ekstremitas yang cedera setinggi jantung
2.     Berikan kompres dingin/es setelah cedera

3.     Kaji adanya nyeri dalam, berdenyut, pembengkakan, parestesia
1.     Mengurangi edema yang terjadi

2.     Menurunkan kejadian edema dengan adanya vasokonstriksi pembuluh darah
3.     Mengidentifikasi terjadinya sindroma kompartemen secara dini
Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan
Tidak terjadi syok hipovolemik
1.     Kaji adanya perdarahan terbuka/ tertutup

2.     Berikan bebat pada luka terbuka

3.      
1.     Mengidentifikasi banyaknya darah yang hilang
2.     Bebat akan membantu menghentikan perdarahan

Dst……….

No comments:

Post a Comment