FRAKTUR
PENDAHULUAN
System skeleton pada anak memiliki perbedaan dalam hal
anatomi, biomekanika, dan fisiologis dari system skeleton dewasa. Hal ini yang
menyebabkan pola fraktur yang berbeda, termasuk fraktur epifisis,diagnosis, dan
penatalaksanaan.
Perbedaan anatomi pada system skelet pada pediatric
meliputi adanya kartilago preosseosa, fisis,
dan periosteum yang lebih kuat, lebih tebal,lebih osteogenik yang membentuk
kallus lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih besar.
DEFINISI
Fraktur
adalah patahnya kontinyuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi
menahan tekanan yang diberikan kepadanya.
JENIS/TIPE FRAKTUR
Ø Fraktur komplet
Fragmen-fragmen fraktur benar-benar
terpisah
Ø Fraktur inkomplet
Fragmen-fragmen
fraktur tetap berlekatan
Ø Fraktur sederhana atau tertutup
Fraktur tidak menimbulkan kerusakan
pada kulit
Ø Fraktur terbuka atau compound
Fraktur dengan luka terbuka dimana
tulang menonjol keluar melalui luka tersebut
Ø Fraktur complicated
Fragmen-fragmen
tulang yang patah menyebabkan kerusakan pada organ atau jaringan lain (misalkan
paru atau kandung kemih).
Ø Fraktur comminuted
Fragmen-fragmen
kecil dari tulang terpecah dari batang tulang yang fraktur dan berada di
sekitar jaringan (sangat jarang terjadi pada anak)
POLA FRAKTUR PEDIATRIK
Pola
fraktur pediatric terjadi sebagai akibat dari sifat-sifat anatomi, biomekanik,
dan fisiologi system skeleton anak. Sebagian besar penatalaksanaan dilakukan
dengan metode tertutup.
v Bends
Tulang
anak yang fkelsibel dapat dibengkokkan 45º atau lebih sebelum menjadi patah. Tetapi,
bila tulang tersebut melengkung, maka tulang itu akan lurus kembali dengan
perlahan, tetapi tidak sempurna, menimbulkan beberapa deformitas tetapi tanpa
angulasi yang terjadi ketika tulang patah. Bends lebih umumterjadi pada ulna dan
fibula, sering dikaitkan dengan fraktur radius dan fibula.
v Fraktur buckle
Kompresi tulang menimbulkan fraktur
buckle atau torus. Fraktur ini tampak seperti proyeksi yang menonjol di tempat
fraktur. Fraktur torus terjadi pada bagian tulang yang paling keropos didekat
metafisis (bagian batang tulang yang berada didekat epifisis) dan lebih umum
terjadi pada anak kecil. Fraktur ini bersifat stabil dan dapat dapat sembuh
dalam 2-3 minggu dangan immobilisasi sederhana
v Fraktur greenstick
Terjadi bila tulang terangulasi melebihi batas
pembengkokannya. Sisi yang terkompresi melengkung dan sisi yang menegang
mengalami kerusakan, yang menyebbakan fraktur inkomplit yang serupa dengan yang
terlihat pada green stick yang patah.
v Fraktur komplet
Membagi
fragmen-fragmen tulang. Fraktur ini seringkali dilekatkan oleh engsel
periosteal, yang dapat membantu atau menghalangi reduksi. Fraktur ini terjadi
apabila pada kedua sisi mengalami fraktur. Fraktur ini dapat dikategorikan
dalam fraktur spiral, melintang, miring, atau pecah-pecah (remuk), tergantung
dari arah garis fraktur.
Fraktur melengkung atau torus terjadi apabila terdapat
kompresi pada tulang. Fraktur jenis ini khas pada daerah metafisis pada anak,
seperti pada radius distal. Fraktur ini bersifat stabil dan dapat dapat
sembuh dalam 2-3 minggu dangan immobilisasi sederhana
v Fraktur Epifisis
Salter & Harris mengklasifikasikan
kerusakan epifisis kedalam lima kelompok, yaitu :
v
Tipe I,
lepasnya melalui fisis, biasanya melalui zone hipertrofi dan degenerasi kolom
sel kartilago
v Tipe II,
fraktur melalui bagian fisis tetapi meluas ke bagian metafisis
v Tipe III,
fraktur melalui bagian fisis yang meluas melalui epifisis dan k dalam sendi
v
Tipe IV,
fraktur yang menyilang metafisis, fisis, dan epifisis
v Tipe V, kerusakan remuk pada fisis
Fraktur
epifisis tipe III dan IV memerlukan alignment anatomi karena pergeseran
permukaan fisis maupun artikuler.
Fraktur
tipe V biasanya dikenali dalam retrospeksi sebagai akibat penutupan fisis yang
terlalu dini (premature)
Fraktur
tipe I dan II dapat ditatalksana dengan reduksi tertutup dan tidak memerlukan
alignment yang sempurna.
FRAKTUR KLAVIKULA
Fraktur ini melibatkan taut sisi tengah dan lateral
klavikula. Fraktur ini dapat terjadi karena cedera pada saat lahir dan lebih
khas terjadi pada cedera jatuh dengan tangan terulur atau pukulan langsung pada
klavikula. Pada pemeriksaan, khas fragmen fraktur bergeser dan tumpang tindih
1-2 cm.
Penanganan
Penanganan adalah dengan pemasangan
tali pengikat klavikula berbentuk angka 8. tali ini berfungsi mengekstensikan
bahu dan meminimalkan besarnya tumpang tindih fragmen fraktur. Fraktur ini sembuh dengan cepat, biasanya 3-6 minggu .
remodeling terjadi dengan baik pada usia 6-12 bulan.
FRAKTUR HUMERUS PROKSIMAL
Fraktur ini biasanya terjadi karena
jatuh ke belakang dengan posisi siku ekstensi.
Penanganan
Penanganan
dilakukan dengan Imobilisasi sederhana denga menggunakan kain gendongan,
mitella, dan bidai. Pada fraktur dengan pergeseran yang berat, reduksi tertutup
dan immobilisasi perlu dilakukan.
FRAKTUR RADIUS DAN ULNA DISTAL
Fraktur terjadi karena terjatuh
dengan pergelangan tangan dorsofleksi. Fraktur ini merupakan fraktur terjepit
dan biasanya terjadi perdarahan jaringan lunak minimal. Biasanya keluhan awal yang
dirasakan berupa kontusio atau keseleo.
Penanganan
Penanganan pada fraktur ini adalah dengan dilakukan gips
lengan bawah. Fraktur biasanya sembuh dalam waktu 3-4 minggu.
FRAKTUR FALANG
Fraktur ini biasanya terjadi akibat
pukulan langsung pada jari. Penanganan fraktur ini biasanya dengan melakukan
bidai dan jarang diperlukan reduksi tertutup kecuali ila terjadi angulasi atau
malrotasi.
FRAKTUR TODDLER
Fraktur toddler merupakan frakturspiral sepertiga distal
tibia. Fraktur ini biasanya disebabkan karena jatuh ringan karena berlari atau
pada saat bermain. Fraktur ini terjadi pada anak usia 2-4 tahun, dan
kadang-kadang sampai usia 6 tahun.
Tanda
klinis meliputi nyeri, menolak berjalan, pembengkakan jaringan lunak ringan, pada
palpasi sedikit hangat pada area fraktur dan nyeri pada palpasi.
Penanganan
Penanganan
fraktur ini dapat dilakukan dengan gips kaki yang panjang. Fraktur ini biasanya
sembuh antara 3-4 minggu.
FRAKTUR MALLEOLUS LATERALIS
Fraktur ini biasanya merupakan dampak dari keseleo pada
sendi kaki. Gejala klinis adalah anak
dating dengan bengkak dan nyeri pada malleolus lateralis. Pada palpasi didapatkan nyeri terbesar ada pada tulang
dan bukan pada salahsatu dari ligamentum.
Penanganan
Penanganan dilakukan dengan pemasangan gips kaki yang
pendek selama 4-6 minggu. Penanganannya sama seperti keseleo
pergelangan kaki.
FRAKTUR METATARSUS
Fraktur metatarsus biasanya terjadi karena trauma
langsung pada dorsum kaki. Anak
datang dengan riwayat luka yang disetai pembengkakan jaringan lunak dan kadang
ekimosis. Nyeri langsung pada palpasi area fraktur.
Fraktur
yang sering terjadi adalah fraktur tuberositas metatarsal kelima yang disebut
dengan fraktur pernari “Dancer’s
Fracture”. Fraktur ini terjadi akibat pelepasan apofisis karena penarikan
berlebih tendo peroneus brevis. Pembengkakan, nyeri dan ekimosis terbatas pada tuberositas
metatarsal kelima.
Penanganan
Penaganan fraktur ini adalah dengan pemasangan gips
pendek selama 4-6 minggu. Penahan berat dipergunakan sesuai toleransi.
Perhatian lebih diberikan pada fraktur metatarsus ke lima karena memiliki
insidensi tinggi untuk tidak menyatu dan harus diterapi tanpa penahan berat
sampai ada bukti radiografi terjadinya penyatuan dini.
FRAKTUR FALANG JARI KAKI
Fraktur
jari kaki yang lebih kecil terjadi akibat pukulan langsung. Biasanya terjadi
bila anak tidak bersepatu. Jari kaki akan membengkak, ekimosis dan nyeri.
Penanganan
Reduksi tertutup tidak diperlukan
kecuali bila pergeseran terlalu jauh. Reduksi disempurnakan dengan pemberian
bebat dengan jari sebelahnya, sehingga akan memberikan alignment yang memuaskan
dan mengurangi gejala.
PERGESARAN FRAKTUR
Setelah terjadi fraktur lengkap,
biasanya fragmen-fragmen bergeser. Pergeseran ini terjadi karena kekeuatan
cedera, gaya berat, dan sebagian oleh tarikan otot yang melekat pada tulang. Pergeseran biasanya terbagi atas : aposisi, penjajaran
(alignment), rotasi, dan berubahnya panjang.
J Aposisi
(Pergeseran)
Fragmen
tulang dapat bergeser ke samping, kebelakang atau kedepan satu sama lain,
sehingga permukaan fraktur kehilangan kontak.
J Penjajaran
(kemiringan)
Fragmen
dapat miring ata menyudut dalam hubungannya satu dengan yang lain.
J Rotasi
(puntiran)
Salah satu fragmen dapat berotasi pada poros
longitudinalnya
J Panjang
Fragmen
dapat tertarik atau terpisah, atau dapat tumpang tindih, akibat spasme otot,
menyebabkan perpendekan tulang.
MANIFESTASI
KLINIS
- Nyeri
Nyeri pada fraktur femoris dirasakan ringan pada
selangkangan atau sisi medial lutut. Pada kebanyakan fraktur kolumna femur,
klien tidak mampu menggerakkan tungkai tanpa peningkatan nyeri, dan dapat
merasa lebih nyaman bila tungkai sedikit di fleksikan dalam rotasi eksternal.
Pada fraktur batang femur nyeri dirasakan hebat dan klien tidak mampu
menggerakkan pinggul maupun lututnya
- Deformitas
Deformitas pada ekstremitas terjadi karena pergeseran
fragmen pada fraktur yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan
ekstremitas normal
- Pemendekan
ekstremitas / kaki yang fraktur
Fraktur pada bagian kolum femoris dapat menimbulkan
pemendekan kaki
- Krepitasi
Tanda krepitasi terjadi akibat gesekan antar fragmen
tulang
- Pembengkakan dan
perubahan warna lokal pada kulit
Terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang
menyertai fraktur. Tanda ini dapat muncul setelah beberapa jam atau hari
setelah cedera
- Kurangnya sensasi
Dapat terjadi karena adanya gangguan saraf yang mungkin
terjepit atau terputus oleh fragmen-fragmen tulang
- Hilang/berkurangnya
fungsi normal karena ketidakstabilan tulang, nyeri, dan spasme otot
PROSES PENYEMBUHAN TULANG :
1. Fase Hematom
Yaitu
perdarahan dalam tulang akibat robeknya pembuluh darah dalam sum-sum tulang dan
periosteum
·
Dapat
terjadi fragmen tulang dan jaringan lunak rusak
·
Jaringan
nekrotik dibuang dan reorganisasi hematom
·
Kapiler
yang pecah mengeluarkan fibroblast dan osteoblast
2.
Radang dan Proliferasi Selluler
Dalam 8
jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel
dibawah radang akut disertai proliferasi sel dibawah periosteum dan didalam
saluran medulla yang tertembus. Ujung
fragmen dikelilingi oleh jaringan sel, yang menghubungkan tempat fraktur.
Hematom yang membeku perlahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang
kedalam daerah tersebut.
3. Pembentukan Callus
·
Fibroblast
dan osteoblast membentuk anyaman tidak teratur yang berbentuk pola tulang
·
Masa tulang baru membentuk pulau-pulau tulang
rawan yang disebut callus
·
Callus interna terdapat dalam rongga medulla dan
callus eksterna terdapat pada periosteum berfungsi sebagai penyangga yang nanti
akan diresorbsi
4. Konsolidasi
Bila aktivitas osteoklastik dan osteoblastik berlanjut, anyaman
tulang berubah menjadi tulang lamellar dan fraktur dipersatukan secara kuat.
5. Fase Remodeling
Remodelling terjadi karena
kombinasi resorpsi periosteum dan pembentukan tulang baru. Factor
utama yang mempengaruhi remodeling tulang pada anak adalah :
¨ Usia anak
¨ Semakin
dekatnya letak fraktur dengan sendi
¨
Hubungan
dengan deformitas sisa dengan bidang sumbu gerak sendi
Semakin muda usia anak maka makin besar pula potensial
remodeling. Fraktur yang berdekatan dengan fisis mengalami remodeling paling
tinggi, asalkan deformitas ada pada bidang sumbu gerakan untuk sendi tersebut.
Remodeling fraktur akan kurang efektif pada pergeseran fraktur
intra-artikuler, fraktur diafisis, malrotasi, dan deformitas yang tidak pada
bidang sumbu gerakan sendi.
Proses
Remodelling Tulang
· Pola
anyaman pada kalus akan digantikan oleh susunan tulang yang teratur dan
berlamel, secara bertahap akan berubah berdasarkan tekanan mekanis yang dialami
· Secara
perlahan susunan tadi akan digantikan dengan tulang yang berlapis-lapis
(lamellar) dan mengalami perubahan bentuk seperti semula sesuai tekanan mekanik
yang dialami
GANGGUAN PENYEMBUHAN TULANG
Penyembuhan tulang dapt terganggua
karena adanya :
1. Pergerakan atau pergeseran tulang
2.
Jaringan lunak yang ada diantara kedua tulang
3. Ketidak
lurusan letak tulang
4. Infeksi
5. Penyakit
tulang yang ada sebelumnya
PERTUMBUHAN BERLEBIH
Pertumbuhan
berlebih terutama terjadi pada tulang panjang seperti femur terjadi karena
stimulasi fisis dari hyperemia yang disertai penyembuhan fraktur.
DEFORMITAS PROGRESIF
Cedera pada fisis dapat mengakibatkan penutupan total
atau parsial. Sebagai akibatnya terjadideformitas anguler, pemendekan, atau
kedua-duanya.
PENYEMBUHAN CEPAT
Fraktur pada anak lebih cepat
daripada fraktur pada dewasa karena tulang pada anak potensi pertumbuhan anak
lebih tinggi dan periosteum lebih tebal,
metabolic tulang pada anak lebih aktif. Semakin tua usia anak maka akan semakin
mendekati kecepatan penyembuhan tulang pada dewasa.
PENANGANAN FRAKTUR
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi,
immobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
Tujuan utama dari terapi fraktur ini adalah :
- Mengembalikan
fragmen tulang ke posisi anatomis normal (reduksi)
- Mempertahankan reduksi sampai terjadi penyembuhan
(immobilisasi)
- Mempercepat
pengembalian fungsi dan kekuatan normal bagian yang terkena (rehabilitasi)
v Reduksi
Fraktur
Reduksi
fraktur (setting ulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya
dan rotasi anatomis. Metode yang dapat digunakan dalam mencapai reduksi tulang
antara lain :
·
Reduksi tertutup
Reduksi
tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya dengan
manipulasi dan traksi manual.
·
Traksi
Traksi
digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan immobilisasi. Berat traksi
disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
·
Reduksi terbuka
Dengan
pembedahan, fragmen tulang direduksi.
v Immobilisasi
Fraktur
Setelah
direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi
dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat
dilakukan dengan menggunakan fiksasi eksterna dan interna.
Fiksasi
Eksterna
·
Bebat
·
Brace
·
Case
·
Pin dalam gips
·
Fiksasi eksterna
·
Traksi
·
Balutan
Fiksasi
Interna
·
Nail
·
Plat
·
Sekrup
·
Kawat
·
Batang
v
Mempertahankam
dan Mengembalikan Fungsi (rehabilitasi)
·
Mempertahankan reduksi dan immobilisasi
·
Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan
·
Memantau status neurovaskuler
5 P yang dapat digunakan untuk memantau status
neurovaskuler :
1.
Pain (nyeri)
2.
Pallor (pucat)
3.
Pulslessness (tidak teraba nadi)
4.
Paresthesia (kesemutan)
5.
Paralysis (lumpuh)
Nyeri
yang tidak hilang dengan analgesic atau intervensi keperawatan merupakan
indikasi adanya iskemia jaringan, yang harus dicegah karena dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan neurovaskuler.
·
Mengontrol kecemasan dan nyeri
·
Latihan isometric dan setting otot
·
Berpertisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
·
Kembali ke aktivitas secara bertahap
PENANGANAN OPERATIF
Pada beberapa fraktur pediatric
memberikan prognosis yang lebih baik bila dilakukan reduksi baik secara terbuka
maupun tertutup, dan kemudian distabilisasi baik secara terbuka maupun
tertutup.
Indikasi yang lazim untuk stabilisasi operatif pada anak
dan remaja dengan fisis terbuka adalah :
- Fraktur epifisis tergeser
- Fraktur inta-artikuler tergeser
- Fraktur tidak stabil
- Fraktur pada anak
yang tercedera berkali-kali
- Fraktur terbuka
Prinsip manajemen bedah fraktur pada pediatric berbeda
dengan pada dewasa :
v
Reduksi
tertutup berulang kali pada fraktur epifisis merupakan kontraindikasi karena
menyebabkan cedera berulang pada sel-sel benih fisis
v
Persekutuan
anatomi pada pembedahan adalah suatu keharusan, terutama pada fraktur
intraartikuler dan fisis yang bergeser
v
Bila
dilakukan fiksasi interna, fiksasi harus sederhana (misalkan dengan menggunakan
kawat Kirschner yang dapat diambil segera setelah fraktur sembuh)
v
Fiksasi kaku
untuk immobilisasi ekstremitas bertujuan untuk stabilitas yang cukup untuk
mempertahankan alignment anatomi dan immobilisasi, biasanya dengan menggunakan
plester gips
v
Bila
digunakan fiksasi eksternal, diambil sesegera mungkin dan digantikan
imobilisasi dengan gips
TEKNIK PEMBEDAHAN
Teknik pembedahan dasar pada manajemen fraktur pediatik :
- Reduksi tebuka dan fiksasi
interna
Digunakan
untuk penanganan :
v
Fraktur
epifisis tergeser, terutama fraktur Selter-Harris tipe III dan IV
v Fraktur
intraartikuler
v Fraktur
tidak stabil, seperti fraktur diafisis lengan bawah, spina dan fraktur
ipsilateral femur dan tibia (lutut mengambang)
v Cedera
neuromuskuler
v Fraktur
terbuka femur dan tibia
- Reduksi tertutup dan fiksasi
interna
v Fraktur
epifisis
v Intraartikuler
tergeser spesifik
v Fraktur
metafisis tidak stabil
v Fraktur
diafisis
- Fiksasi eksterna
v
Fraktur
terbuka derajat II dan III berat
v
Fraktur
yang disertai dengan luka baker berat
v
Fraktur
dengan hilangnya jaringan tulang atau jaringan lunak yang luas yang mungkin
memerlukan prosedur rekonstruktif, seperti cangkok vaskularisasi, cangkok
kulit, dll
v
Fraktur
yang memerlukan distraksi, seperti fraktur dengan kehilangan tulang yang
berarti
v Fraktur
pelvis tidak stabil
v
Fraktur pada
anak disertai cedera kepala dan spastisitas
v
Fraktur yang
memerlukan perbaikan atau rekonstruksi vaskuler atau syaraf
Manfaat
dari fiksasi eksterna :
·
Mabilisasi fraktur yang kaku
·
Manajemen
terpisah tungkai yang fraktur dan luka yang menyertai
·
Mabilisasi
pasien untuk pengobatan cedera lain dan transportasi untuk prosedur diagnostic
dan terapeutik
Komplikasi
dari fiksasi eksterna adalah terjadinya infeksi di sepanjang pen dan dapat
terjadi fraktur lagi pada saat pen diambil.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN FRAKTUR
I. PENGKAJIAN
a.
Data Fokus
- Wawancara
·
Keluhan
Utama
Anak mengeluh nyeri, tidak mampu menggerakkan bagian
tubuh yang mengalami fraktur, bengkak pada area fraktur
·
Riwayat
kesehatan sekarang
Keluhan nyeri pada area fraktur, nyeri semakin
hebat/meningkat bila area fraktur digerakkan dan berkurang bila
diimobilisasikan. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, berdenyut pada daerah
yang fraktur. Nyeri dirasakan anak bisa mulai dari nyeri ringan sampai berat
·
Riwayat
kesehatan dahulu
Kemungkinan riwayat penyakit yang menyebabkan fraktur,
seperti osteoporosis, kanker tulang, kelainan medis (kardiovaskuler, pulmonal,
dan endokrin) , atau riwayat gangguan perfusi jaringan otak/ pengaruh
obat-obatan yang dapat meningkatkan insiden jatuh, gaya hidup
·
Riwayat
kesehatan keluarga
Kemungkinan adanya keturunan/ lingkungan yang kurang
sehat (radiasi/ zat-zat polutan)
·
Data
psikologis klien
Tingkat emosi yang meningkat, konsep diri, mekanisme
koping klien sehubungan dengan nyeri dan adanya deformitas pada ekstremitas
yang mengalami fraktur
·
Data sosial
Kemampuan klien untuk bersosialisasi dengan lingkungan
mungkin menurun
·
Data
spiritual
Keyakinan klien terhadap kondisi yang dialaminya,
keyakinan terhadap kesembuhan dan kebutuhan ibadah
- Pemeriksaan Fisik
v
Keadaan Umum
Biasanya menunjukkan kelemahan fisik, kurannya pemenuhan
personal higiene, kesadaran mungkin komposmentis/menurun, kemampuan komunikasi
tidak terganggu
v
Sistem
pernafasan
Bentuk hidung normal, ada/tidak sekret atau darah, PCH
tidak ada, bentuk dan gerakan dada simetris, retraksi suprasternal tidak ada,
retraksi intrakosta tidak ada, suara nafas vesikuler, pengembangan paru normal
v
Sistem
kardiovaskuler
Warna konjungtiva normal/anemis, bibir sianosis, JVP
meningkat, nadi meningkat, tekanan darah naik/ turun, CRT > 2”, hematom
v
Sistem
pencernaan
Kondisi mulut ada lesi/tidak, kemampuan mengunyah &
menelan normal, refleks muntah (+), gigi normal/karies, nafsu makan
normal/turun, bising usus (N)
v
Sistem
genitourinaria
Nyeri saat BAK ada/tidak, distensi kandung kemih
ada/tidak, warna urin normal/hamaturia
Kelainan genitalia ada/tidak, area perineal bersih/kotor
v
Sistem
muskuloskeletal
Adanya deformitas, kelainan gerak, penurunan tonus &
kekuatan otot, hematoma, luka pada fraktur terbuka, immobilisasi, kontraktur, atropi
otot
v
Sistem
integumen
Kelembaban normal/ turun, kulit bersih/kotor, turgor
normal/turun, hematoma, suhu akral dingin, adanya lesi, warna pucat/sianosis
v
Sistem
neurosensori
Hilangnya sensori, spasme otot, parestesi, fungsi refleks
menurun, peningkatan rangsang nyeri
3.
Pemeriksaan
Diagnostik
v Foto Rontgent
Lokasi, luas fraktur
v Scan
tulang; tomogram, CT/MRI
Melihat fraktur dan kerusakan jaringan lunak disekitarnya
v Arteriogram
Bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler
v Hitung darah lengkap
HCT, kemungkinan meningkat (hemokonsentrasi)/ menurun
karena perdarahan pada daerah sekitar fraktur/ organ jauh pada trauma dengan
fraktur multiple
v Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien
dengan gangguan fungsi renal
v Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusimultiple atau edema hati
4.
Analisa Data
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
||||||||||||||||||||
Ds
:
·
Klien
mengeluh nyeri pada area fraktur
·
Klien
mengeluh nyeri saat bergerak
·
Klien
mengatakan nyeri berdenyut
·
Klien
mengatakan merasa baal pada area distal fraktur
Do
:
·
Intensitas
nyeri 6-10
·
Wajah
meringis kesakitan
·
Nadi
meningkat, RR meningkat
·
Klien
tampak lemah
·
Bed rest
·
Adanya
edema pada area fraktur
·
Dibantu
dalam pemenuhan ADL nya
|
Trauma/benturan yg hebat
Fraktur femur
Diskontinuitas
jaringan tulang, otot, jaringan lunak, tendon sekitar fraktur
|
1.
Gangguan
Rasa Nyaman : Nyeri
2.
Keterbatasan
Mobilitas Fisik
3.
Ggn
Pemenuhan ADL
4.
Potensial
Sindrom Kompartemen
5.
Potensial
Kontraktur & Atropi Otot
6.
Potensial
konstipasi
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
|||||||||
Do :
·
Perdarahan masif
·
Perdarahan tertutup
(hematom)
·
TD menurun
·
Nadi meningkat, lemah
·
Pucat
·
Akral dingin
·
Hb menurun
·
Parestesi (+)
·
CRT > 2”
|
Fraktur femur
Fragmen tulang merusak
pembuluh darah sekitar
Perdarahan
Penurunan vol intravaskuler
Resiko syok
hipovolemik
Penurunan
isi sekuncup
Penurunan
C.O
Resiko
ggn perfusi jaringan
Resiko
kerusakan neurovaskuler
|
1.
Resiko syok hipovolemik
2.
Resiko ggn perfusi jaringan
3.
Resiko kerusakan
neurovaskuler
|
|||||||||
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
|||||||||
Do :
·
Luka disekitar fraktur
merah, bengkak
·
Suhu tubuh meningkat
·
Pus, darah (+)
|
Fraktur femur
Fragmen tulang menembus
kulit di atasnya
Robekan pada jaringan kulit
|
1.
Ggn integritas kulit
2.
Resiko tinggi infeksi
|
|||||||||
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
|||||||||
Do :
·
Wajah tampak tegang
Ds :
·
Klien mengatakan khawatir
dg kondisi kakinya
·
Klien tidak tahu tindakan
yang akan dilakukan untuk menyembuhkan
·
Klien menanyakan
kemungkinan bisa berjalan normal
|
Fraktur femur
Perubahan struktur
ekstremitas
|
1.
Ggn rasa aman : cemas
2.
Ggn citra diri
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
||||||||
Ds :
·
Klien mengatakan malas
makan
·
Klien mengatakan susah
tidur karena nyeri
·
Klien mengatakan sering
terbangun karena nyeri
Do :
·
Porsi makan tidak habis
·
BB menurun
·
Ada lingkaran hitam dibawah
mata
·
Klien tampak lemah dan lesu
|
Fraktur femur
Nyeri
Peningkatan
aktivitas saraf simpatis
Penurunan
aktivitas saraf parasimpatis
|
1.
ggn istirahat tidur
2.
potensial ggn pemenuhan
nutrisi
|
5.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Gangguan
rasa nyaman nyeri b.d diskontinuitas jaringan tulang
2.
Keterbatasan
mobilitas fisik b.d immobilisasi untuk mengurangi nyeri akibat fraktur
3.
Gangguan
istirahat tidur b.d nyeri akibat fraktur
4.
Gangguan
integritas kulit b.d luka terbuka akibat fraktur
5.
Gangguan
pemenuhan Adl : perasonal higiene b.d keterbatasan mobilitas fisik
6.
Gangguan
rasa aman : cemas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi luka fraktur dan
prosedur tindakan
7.
Gangguan
citra diri b.d perubahan struktur jaringan tulang ekstremitas
8.
Resiko
tinggi infeksi b.d luka terbuka akibat fraktur
9.
Resiko
terjadinya syok hipovolemik b.d perdarahan
10.
Potensial
penurunan perfusi jaringan b.d perdarahan
11.
Potensial
kerusakan nerurovaskuler b.d perdarahan
12.
Potensial
terjadinya kompartemen sindrom b.d edema disekitar fraktur
13.
Potensial
gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d anorexia, mual dan
muntah
14.
Potensial
terjadinya kontraktur sendi & atropi otot b.d immobilisasi
15.
Potensial
perubahan eliminasi : konstipasi b.d immobilisasi
6.
Rencana
Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Gangguan
rasa nyaman nyeri b.d diskontinuitas jaringan tulang
|
Tupan
:
Keutuhan
rasa nyaman bebas dari nyeri terpenuhi
Tupen
:
Setelah
dilakukan intervensi 3 x 24 jam, nyeri berkurang dengan kriteria :
-
Klien
mengatakan intensitas nyerinya berkurang
-
Klien
mampu mendemonstrasikan tehnik distraksi atau relaksasi yang telah diajarkan
-
Ekspresi
wajah tenang
-
TTV dalam
batas normal
-
Skala
nyeri menurun
|
1.
Kaji
intensitas nyeri klien
2.
Tinggikan
dan sokong ekstremitas yang mengalami fraktur
3.
Pertahankan
immobilisasi pada ekstremitas yang mengalami fraktur dengan menggunakan soft
atau rigid dressing
4.
atur
posisi yang nyaman bagi klien
5.
Lakukan
tehnik distraksi
6.
Ajarkan
tehnik relaksasi dengan nafas dalam
7.
Berikan
kompres dingin/es 24 – 48 jam pertama
|
1.
Mengetahui
tingkat nyeri & menentukan langkah intervensi selanjutnya
2.
Melancarkan
peredaran darah pada area fraktur dan mengurangi edema
3.
Mengurangi
nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang yang fraktur serta mencegah
perluasan cedera jaringan lunak
4.
Meningkatkan
kenyamanan dan memperlancar aliran darah
5.
Untuk
mengalihkan perhatian dari nyeri
6.
Nafas
dalam menurunkan ketegangan otot pada area fraktur sehingga nyeri dapat
diturunkan
7.
Kompres
dingin akan meningkatkan pembekuan darah dan menurunkan edema
|
Keterbatasan
mobilitas fisik b.d fraktur femur
|
Tupan
:
Klien
mampu melakukan mobiitas fisik sesuai dengan kemampuan
Tupen
:
Setelah
3 x 24 jam diberikan intervensu klien mampu meningkatkan mobilitas fisik,
dengan kriteria :
-
Klien
mampu mendemonstrasikan cara melakukan gerakan
-
Klien
melaporkan adanya peningkatan kemampuan mobilitas fisik
-
Klien
mampu mempertahankan posisi fungsional
|
1.
Kaji
tingkat imobilitas akibat kerusakan dan cacat persepsi klien tentang
immobilisasi
2.
Anjurkan
klien untuk melakukan r=latihan gerak pasif/aktif pada ekstremitas yang sakit
dan sehat
3.
Ajarkan
klien untuk melakukan latihan isometrik dimulai pada ekstrmitas yang tidak
sakit
|
1.
Untuk
mengetahui persepsi klien tentang keadaannya sehingga dapat diberikan
informasi dan tindakan yang tepat
2.
meningkatkan
aliran darah ke jaringan, meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak
sendi, mencegah kontraktur/ atropi dan reabsorbsi Ca
3.
kontraksi
oto isometrik tanpa menekuk sendi/ menggerakkan tungkai & membantu
mempertahankan kekuatan & massa otot
|
Potensial
terjadinya sindroma kompartemen b.d edema pada lokasi fraktur
|
Tidak
terjadi sindroma kompartemen pada lokasi fraktur, ditandai dengan :
-
nyeri
tidak terjadi
-
tidak ada
pembengkakan
-
tidak ada
parestesia
|
1.
Tinggikan
ekstremitas yang cedera setinggi jantung
2.
Berikan
kompres dingin/es setelah cedera
3.
Kaji
adanya nyeri dalam, berdenyut, pembengkakan, parestesia
|
1.
Mengurangi
edema yang terjadi
2.
Menurunkan
kejadian edema dengan adanya vasokonstriksi pembuluh darah
3.
Mengidentifikasi
terjadinya sindroma kompartemen secara dini
|
Resiko
syok hipovolemik b.d perdarahan
|
Tidak
terjadi syok hipovolemik
|
1.
Kaji
adanya perdarahan terbuka/ tertutup
2.
Berikan
bebat pada luka terbuka
3.
|
1.
Mengidentifikasi
banyaknya darah yang hilang
2.
Bebat akan
membantu menghentikan perdarahan
|
Dst……….
No comments:
Post a Comment