Asuhan Keperawatan dengan Plasenta Previa
Sumber:
4.
Faktor Predisposisi
Sumber:
Cunningham,
Mac Donald, dan Gant. 1995. Obstetri
Williams. Jakarta: ECG.
Manuaba,
Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:
EGC.
Morgan,
Geri dan Carole Hamilton. 2009. Obstetric & Ginekologi Panduan Praktik.
Jakarta: EGC.
Reeder, Martin, dkk. 2011. Keperawatan Maternitas,
edisi 18. Jakarta: EGC.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Plasenta previa adalah
posisi plasenta yang berada disegmen bawah uterus baik
posterior maupun anterior sehingga perkembangan plasenta yang sempurna menutupi
os serviks.
Plasenta previa dapat didiagnosis dengan ultrasonografi sebelum suatu gejala
muncul.
Biasanya
kejadian plasenta previa ini terjadi pada yaitu, ibu umur muda karena
endometrium masih belum sempurna dan ibu umur tua diatas 35 tahun karena tumbuh
endometrium yang kurang subur. Pada paritas yang tinggi
kejadian plasenta previa makin besar karena endometrium belum sempat tumbuh.
Faktor lainnya yaitu adanya endometrium yang cacat karena, adanya bekas
persalinan berulang dengan jarak pendek, bekas operasi, bekas koretage atau
plasenta manual, dan perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip.
Perdarahan
antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen
bawah uterus telah terbentukdan mulai melebar dan menipis, umumnya terjadi pada
trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena
lepasnya plasenta dari dinding uterus karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak norma.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
masalah dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana
konsep dasar dari plasenta previa?
2.
Siapa yang
biasanya mengalami komplikasi dari plasenta previa?
3.
Bagaimana
klasifikasi dari plasenta previa?
4.
Bagaimana
penatalaksanaan medis penanganan pada plasenta previa?
5.
Bagaimana
konsep asuhan keperawatan penderita plasenta previa?
C.
Tujuan Khusus
Berdasarkan
rumusan masalah tujuan penulisan makalah ini adalah;
1.
menjelaskan
konsep dasar dari plasenta previa.
2.
Menjelaskan yang biasanya mengalami komplikasi dari plasenta previa.
3.
Menjelaskan klasifikasi dari plasenta previa.
4.
Menjelaskan penatalaksanaan medis penanganan pada plasenta previa.
5.
Menjelaskan konsep asuhan keperawatan penderita plasenta previa.
D. Tujuan Umum
1.
Dapat
mengetahui konsep dasar dari plasenta previa.
2.
Dapat
mengetahui yang biasanya mengalami
komplikasi dari plasenta previa.
3.
Dapat
mengetahui klasifikasi dari plasenta previa.
4.
Dapat
mengetahui penatalaksanaan medis penanganan
pada plasenta previa.
5.
Dapat
mengetahui konsep asuhan keperawatan
penderita plasenta previa.
E. Manfaat
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak
berikut ini;
1. Penulis
Dapat menambah waawasan dan ilmu pengetahuan tentang
penyakit penderita plasenta previa.
2. Pembaca
Dapat mengetahui gejala, penyebab, dan penanganan dari
penderita plasenta previa. Sehingga dapat mengantisipasi jika terjadi plasenta
previa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Plasenta previa adalah posisi
plasenta yang berada disegmen bawah uterus baik posterior maupun anterior
sehingga perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os servik. Pada plasenta
previa total (komplet) atau sentral, badan plasenta memenuhi segmen bawah
uterine sehingga menutupi seluruh os servik. Pada plasenta previa sebagian
(parsial), bagian tepi plasenta menutupi os servik (total atau sebagian).
Plasenta pervia marginal (tepi), bagian tepi plasenta berada dekat serviks,
tetapi tidak berada tepat diatas os serviks internal.
Plasenta previa merupakan salah
satu penyebab serius perdarahan pada periode trimester ketiga. Hal ini biasanya
terjadi pada wanita dengan kondisi berikut.
a.
Multiparitas
b.
Usia ibu lebih dari 35 tahun
c.
Riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumnya
d.
Riwayat pembedahan rahim, termasuk
seksio sesaria (resiko meningkat seiring peningkatan jumlah seksio sesaria)
e.
Kehamilan kembar (ukuran plasenta lebih
besar)
f.
Perokok (kemungkinan plasenta berukur
lebih besar)
Tanda
utama gejala plasenta previa adalah perdarahan pervaginam yang terjadi
tiba-tiba dan tanpa disertai nyeri. Ini terjadi selama trimester ketiga dan
kemungkinan disertai atau dipicu oleh iritabilitas uterus. Seorang wanita yang
tidak sedang bersalin, tetapi mengalami perdarahan pervaginam tanpa nyeri pada
trimester ketiga, harus dicurigai mengalami plasenta previa. Malpresentasi
(sungsang, letak lintang, kepala tidak menancap) adalah kondisi umum ditemukan
karena janin terhalang masuk ke segmen bawah rahim.
Plasenta
previa dapat didiagnosis dengan ultrasonografi sebelum suatu gejala muncul.
Apabila sonogram yang dilakukan sebelum kehamilan berusia 28 minggu memberi kesan
plasenta berada dibagian bawah, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang pada
trimester ketiga untuk mencatat kelanjutan posisi plasenta dalam hubungannya
dengan perkembangan serviks dan segmen bawah uterine pada minggu-minggu
menjelang persalinan.pertumbuhan plasenta kedalam segmen bawah uterin sangat
umum ditemukan. Sering kali, sering
perkembangan uterus, jarak antara bagian luar plasenta dan serviks semakin
dekat. Apabila plasenta sampai menuju servik atau ternyata merupakan plasenta
previa sentral maka persalinan tidak dapat dilakukan pervagina.
Apabila
seorang wanita datang dengan pendarahan pervagina tanpa rasa nyeri pada
trimester ketiga, bidan dilarang keras melakukan pemeriksaan dalam sampai
diketahui posisi plasenta dengan pasti. Stabilisasi serta evaluasi status janin
dan ibu merupakan tujuan utama penatalaksanaan. Catatan hasil pemeriksaan
ultrasonografi terdahulu akan sangat bermanfaat dan akan diperilakukan
penapisan darurat ketika pertolongan persalinan diberikan. Apabila ternyata
bukan plasenta previa, maka pemeriksaan dalam dapat dilakukan dengan aman.
Ketika
plasenta previa didiagnosis sebelum suatu gejala muncul, maka intervensi tidak
diperlukan. Sarankan wanita segera mencari pelayanan kesehatan terdekat, jika
terjadi pendarahan. Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan lagi pada
trimester ketiga untuk memastikan apakah plasenta previa masih ada.
Jika
seorang wanita mengalami perdarahan yang berhubungan dengan plasenta previa,
maka rencana penatalaksanaan disesuaikan dengan umur kehamilan, tingkat
keparahan, dan status janin. Ketika kriteria penghitungan umur kehamilan
diketahui dengan pasti dan janin telah berumur 37 minggu atau lebih, maka
diindikasikan seksio seksaria.
Adalah
umum bahwa wanita hamil mengalami episode perdarahan yang kemudian berhenti
dengan sendirinya. Perhatian utama harus ditujukan kepada status janin dan
hemostasis ibu. Apabila gawat janin tidak dapat diatasi, diindikasikan untuk
melangsungkan persalinan. Biasanya, pola frekuensi denyut jantung janin akan
menjadi stabil sehingga perdarahan berhenti.pemberian cairan intra vena pada
ibu diindikasikan dan, jika perlu, berikan cairan tokolitik. Apabila ibu
mengalami kehilangan darah dalam jumlah besar, pertimbangkan untuk segera
melakukan transfuse darah.
Apabila
perdarahan telah berhenti dan uterus tetap tenang, maka wanita tersebut dapat
dikirim pulang untuk tirah baring dirumah. Hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa wanita tersebut terakses 24 jam dengan transpotasi untuk mencapai rumah
sakit sebagai antisipasi ia kembali mengalami perdarahan. Pada wanita,
perawatan di rumah sakit dengan atau tanpa penggunakan agens tokolitik
diperlukan sampai janin cukup matang sehingga seksio sesaria dapat dilakukan.
Selam perawat observasi, serviks harus diistirahatkan; benda apapun tidak boleh
di masukkan kedalam serviks (missal: obat-obatan vagina, douch, penis). Selain
itu, para wanita harus disarankan untuk menghindari orgasme karena hal ini
dapat menyebabkan kontraksi uterus yang akan memperburuk perdarahan.
Untuk
wanita dengan plasenta previa marginal dan parsial, derajat penyumbatan serviks
tergantung pada derajat dilatasi serviks. Oleh sebab itu, jika ia datang dengan
perdarahan tidak terkontrol, pemasangan tampon plasenta pada kepala bayi dapat
memungkinkan pelahiran per vagina pada beberapa wanita.
2.
Fisiologi
Janin dan Plasenta
Pada minggu ketiga atau keempat
kehamilan, vili korionik membentuik pembeluh darah didalamnya: pembiluh darah
ini dihubungkan dengan aliran darah janin. Sel troploblas dari vili korionik
membentuk rongga di desiduabasalis, yang terisi oleh darah maternal untuk
menyuplai nutrisi kejanin. Diferensiasi vili kronik berlanjut, dan pada bulan
ketiga, plasenta dibentuk melalui penyatuan vili korionik(bagian janin) dan
desidua basalis. Temuan riset menunjukkan bahwa merokok selama bulan pertam,a
kehamilan dapat menyebabkan perubahan morfologi ditrofoblas yang dapat
menjelaskan gangguan biologi yang ditemui selama awal gestasi dan akhir
kehamilan (Jauniaux et al; 1992).
Selama kehamilan, proporsi berat
dan masa plasenta dan janin meningkat. Rasio berat janin plasenta normal pada
kehamilan cukup bulan adalah 6:1. Diameter plasenta tumbuh sekitar 20 cm dan
tebal 2 cm diakhir kehamilan. Plasenta tampak seperti organ cakram, yang
menyerupai lempengan, dengan berat sekitar 500 gram pada kehamilan cukup bukan
dan menutupi sekitar ¼ dinding uterus. Struktur plasenta terdiri atas
komponen-komponen berikut ini:
a.
Permukaan vetal, yang halus dan
berkilauan dan ditutupi oleh amnion. Dibawah membran ini, sejumlah pembiluh
darah yang besar dapat terlihat
b.
Permukaan pusat, yang merah dan seperti
daging dan dibagi menjadi 15 sampai 20 bagian, atau kotiledon, dengan diameter
sekitar 2,5 cm.
c.
Tali pusat, yang menghubungkan plasenta
ke janin dan biasanya memiliki panjang sekitar 55 cm dan diameter sekitar 1
sampai 25 cm.
Tali
pusat biasanya keluar dari plasenta didekat pusatnya dan memasuki dinding
abdomen janin di umbilikus, tepat dibawah vagina tengah garis median di depan.
Tali pust terdiri atas dua arteri dan satu vena yang besar, yang terpelintir
satu sama lain dan dilindungi dari tekanan oleh zat glatin yang transparan dan
berwarna putih kebiruan, yang disebut jeli warton’s
Plasenta manusia adalah organ yang
serbaguna. Plasenta memiliki banyak fungsi yang sama dengan organ dan sistem
tubuh :
a.
Transfer gas (paru)
b.
Transpor nutrien (saluran
gastrointestina)
c.
Ekskresi zat sisa (ginjal)
d.
Transpor panas (kulit)
e.
Konjugasi obat dan hormon (hati)
f.
Produksi berbagai protein dan hormon
steroid ( kelenjar endokrin )
Aktifitas
penting ini dapat dilakukan karena tipe presentasi (yaitu himokorioendotelia )
manusia yang unik. “Heme’’ adalah darah maternal yang menyelubungi
sinsitiotrofoblas (corio) secara langsung dan dipisahkan dari darah janin oleh
indotelium kapiler janin di ruang intrafili (Cuningham et all., 1993).
Darah maternial yang memasuki ruang intervilius
dari arteriol spiral kaya nutrien dan teroksigenasi dengan baik. Darah janin
yang terdapat di dalam vili yang menyerupai jari dan meluas ke ruang intervilus
terdeoksigenasi dan kurang mengandung nutrient, darah janin tersebut dialirkan
dari arteri umbilikalis. Transfer oksigen dan berbagai nutrien yang banyak dari
ibu ke janin dan sebaliknya, transfer karbon dioksida dan zat sisa metabolik
lainnya dari janin ke ibu terjadi dengan melewati membran korionik (chorial), yang
merupakan permukaan luar vili. Darah yang baru dipulihkan di kembalikan ke
janin melalui vena yang terdapat didalam vili, yang berkumpul divena
umbilikalis. Aliran masuk darah arteri maternal mengarahkan derah ke vena
endometrium, yang terletak diatas permukaan desidua basalis.
3. Etiologi
Plasenta
previa adalah implantasi plasenta diatas atau disekitaros serviks internal.
Insiden plasenta previa diperkirakan 1 dalam 200 kehamilan. Insiden meningkat
dengan meningkatkannya usia ibu dan peningkatan paritas. Faktor lain yang
terkait plasenta previa mencakup riwayat jaringan parut uterin bawah, riwayat
endometriosis puerperal, gestasi ganda dan eritoblastosis.
Implantasi
plasenta disegmen bawah rahim dapat disebabkan oleh, endometrium di fundus
uteri belum siap menerima implantasi, endometrium yang tipis sehingga
diperluasan plasenta untuk mampu memberikan nutisi janin, dan vili korealis
pada korion leave yang persisten.
Faktor-faktor
yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa yaitu, umur penderita,
paritas, dan endometrium yang cacat. Umur muda karena endometrium masih belum
sempurna dan umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur.
Sedangkan pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh. Faktor lainnya yaitu adanya endometrium yang
cacat karena, adanya bekas persalinan berulang dengan jarak pendek, bekas
operasi, bekas koretage atau plasenta manual, dan perubahan endometrium pada
mioma uteri atau polip.
Tiga klasifikasi plasenta previa telah
diidentifikasi, yaitu:
a.
Plasenta previa total plasenta secara
total menutupi os serviks internal
b.
Plasenta previa parsial plasenta
menutupi sebagian os serviks
c.
Plasenta previa marjinal tepi plasenta
diseputar tepi os serviks internal. Selain itu, kebanyakan pemeriksa ultrasonografi
akan melihat plasenta berada dibawah, karena plasenta berada dibawah segmen
uterin dengan tepinya di dekat tetapi tidak di sekitar os serviks internal.
Selain itu, banyak ultrasonografer mendokumentasikan plasenta letak rendah,
yaitu plasenta berada disegmen bawah uterus dengan tepinya dekat tetapi tidak
disekitar os serviks internal.
Derajat
plasenta previa bervariasi sesuai derajat dilatasi serviks. Ketika serviks
berdilatasi, previa ada dibawah menjadi previa parsial karena dilatasi serviks memajankan tepi
plasenta. Sebaliknya ,previa komplet menjadi parsial ketika serviks berdilatasi
melebihi tepi plasenta.
Ketika
plasenta menutupi os internal dan terimplantasi disegmen bawah uterus,kerapatan
plasenta robek ketika os ini berdilatasi. Hemoragi dari pembuluh darah uterus
terjadi,dan karena kontraktibilitas buruk dari serat miometrium segmen bawah
uterus,maka control kehilangan darah normal tidak dapat terjadi. Kira-kira 90%
pasien dengan plasenta previa mengalami berdarahan dalam kehamilan,dan 10%
sampai 25% pasien mengalami syok sekunder akibat kehilangan darah akut.
Perdarahan umumnya terjadi dalam trimester ketiga ketika segmen bawah uterus
berkembang dan kerapatan plasenta mungkin terganggu.
Dengan
peningkatan penggunaan ultrasuara pada gestasi awal, plasenta previa atau
plasenta dibawah dapat didiagnosis pada trimester kedua. Namun,harus tetap
diingat bahwa pertumbuhan dan perkembangan plasenta normal,serta pertumbuhan
uterus norma,secara anatomis menyebabkan plasenta tampak menutupi os ketika,
pada kenyataanya segmen bawah uterus berkembang,maka akan jelas bahwa tidak ada
previa.
4.
Faktor Predisposisi
a.
Riwayat plasenta previa sebelumnya
b.
Riwayat seksio sesarea sebelumnya. Pada
wanita-wanita yang pernah menjalani operasi sesar sebelumnya, maka sekitar 4
dari 100 wanita tersebut akan mengalami plasenta previa. Resiko akan makin
meningkat setelah mengalami empat kali atau lebih operasi sesar (pada wanita-wanita
yang pernah 4 kali atau lebih menjalani operasi sesar, maka 1 dari 10 wanita
ini akan mengalami plasenta previa)
c.
Multiparitas, apalagi bila jaraknya
singkat. Secara teori plasenta yang baru berusaha mencari tempat selain bekas
plasenta sebelumnya.
d.
Usia ibu hamil. Diantara wanita-wanita
yang berusia kurang dari 19 tahun, hanya 1 dari 1500 yang mengalami plasenta
previa. Satu dari 100 wanita yang berusia lebih dari 35 tahun akan mengalami
plasenta previa. Wanita lebih dari 35 tahun, 3 kali lebih berisiko.
5. Manifestasi
Klinis
Tanda
klasik plasenta previa adalah perdarahan per vagina yang tidak menimbulka nyeri
dari trimester kedua sampai term. Perdarahan biasanya tidak berkaitan dengan
aktivitas dan dapat terjadi ketika ibu tidur. Perdarahan awal mungkin
sedikit,tetapi sesuai kemajuan kehamilan,terdapat kemungkinan hemoragi yang
lebih besar. Makin awal perdarahan terkaji pada kehamilan ,makin serius
previnya (Knuppel dan Drukker, 1993). Lima puluh persen pasien dengan plasenta
previa komplet mengalami perdarahan episodik sebelum gestasi minggu ke-30.
6. Patofisiologi
Perdarahan
antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen
bawah uterus telah terbentukdan mulai melebar dan menipis, umumnya terjadi pada
trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan.
Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus
robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada
plasenta letak norma.
7. Klasifikasi
a.
Plasenta Previa totalis: Plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum
b.
Plasenta Previa Parsialis: Plasenta
menutupi sebagian dari ostium uteri internum
c.
Plasenta Previa Marginalis: Plasenta berada tepat pada tepi ostium uteri internum
d.
Plasenta Letak Rendah : Plasenta
yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus tetapi belum sampai menutupi
ostium uteri internum (berada 3-4 cm pada tepi ostium uteri internum).
8. Komplikasi
Pada
Ibu :
a. Syok
hipovolemik akibat perdarahan
b. Anemia
akibat perdarahan
c. Plasentitis
d. Endometritis
pasca persalinan
e. Plasenta
akreta. Pada kondisi ini, plasenta berimplantasi terlalu dalam dan kuat pada
dinding uterin, yang menyebabkan sulitnya plasenta terlepas secara spontan saat
melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat dan perlu operasi
histerektomi. Keadaan ini jarang, tetapi sangat khas mempengaruhi wanita dengan
plasenta previa atau wanita dengan sesar sebelumnya atau operasi uterus
lainnya.
Pada
Janin :
a. Premature
b. Asfiksi
berat, gangguan pernapasan akibat oksigen tidak mencapai jaringan
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
plasenta previa sebelum cukup bulan ketika plesenta previa dicurigai karena
perdarahan per vagina, pasien harus dihospitalisasi untuk evaluasi penuh.
Pemeriksaan darah dasar untuk hitung darah lengkap dan golongan darah, pencocokan
silang, dan Rh dilakukan. Ketika tidak ada
perdarahan denyut jantung janin harus dikaji setiap pergantian tugas
perawat, dan uji nonstres (NST) harus dilakukan setiap minggu. Ketika terjadi
perdarahan, pemantauan janin kontinu diharuskan untuk menentukan apakah ada
pola jantung janin abnormal yang menunjukkan stress.
Terdapat
kontroversi mengenai apakah ibu dengan plasenta previa yang diketahui stabil
memerlukan hospitalisasi untuk menjamin intervensi cepat ketika ia mengalami
perdarahan per vagina. Jelasnya ada biaya financial serta sosial yang berkaitan
dengan hospitalisasi untuk periode waktu yang mungkin beberapa minggu. Untuk
alasan ini ketika ibu menunjukkan pemahaman tentang kondisinya dan mempunyai
dukungan keluarga yang kuat, transportasi yang dapat diandalkan, dan kemampuan
untuk kerumah sakit dalam waktu 20-30
menit, penatalaksanaan rawat jalan dapat dipertimbangkan. Tirah baring
harus dipertahankan, dan pengkajian pertumbuhan janin serta status ibu dapat
dilakukan melaliu kunjungan kerumah oleh perawat kesehatan rumah yang terampil
dalam perawatan perinatal atau bidan. Pengkajian janin harus dilakukan setiap
3-4 minggu.
Ketika
ibu tidak mempunyai pendukung keluarga yang baik dan tidak mempunyai cara untuk
transportasi kerumah sakit dengan segera ketika terjadi perdarahan,
hospitalisasi mungkin menjadi pilihan paling aman. Penatalaksanaan kehamilan tepat
sampai adanya hal berikut:
a.
Terjadi persalinan spontan
b.
Janin ditetapkan matur, melalui
parameter penanggalan akurat atau rasio lesitin atau sfingomielin yang tepat
c.
Terdapat gangguan janin
d.
Terdiagnosis infeksi intrauterine
e.
Terjadi pecah ketuban spontan
f.
Perdarahan meningkat sampai titik ketika
status hemodinamik ibu terganggu (Knuppel dan Drukker, 1993).
Ibu
yang mengalami perdarahan karena plasenta previa harus diperiksa hemoglobin dan
atau hematokritnya untuk menjamin nilainya tetap diatas 10 gram/dl dan 30%.
Pada beberapa kasus, penggantian darah diindikasikanb untuk member pemeliharaan
pada kasus hemoragi hebat. Ibu yang negative Rh harus juga menjalani uji
Kleihauer-Betke untuk mengindentifikasi tranfusi janin-maternal.
Penatalaksanaan
plasenta previa pada cukup bulan ketika kondisi ini diketahui bahwa janin
matur, rencana seksio sesaria harus menjadi rute melahirkan pada kasus plasenta
previa parsial atau total. Kelahiran per vagina dapat direncanakan untuk
plasenta previa marjinal tanpa perdarahan, selama fasilitas untuk tempat
melahirkan dilengkapi alat untuk melanjutkan seksio sesarea segera dan
menangani hemoragi hebat ketika terjadi perdarahan hebat. Terdapat kontroversi
mengenai tempat kelahiran yang dianjurkan untuk ibu yang diketahui plasenta
rendah. Terdapat peningkatan resiko teoretik tentang hemoragi pascapartum
ketika akibat dari penurunan kemampuan serat miometrium segmen bawah uterus
berkontraksi dan beretraksi untuk mengontrol perdarahan setelah kelahiran
plasenta. Untuk alasan ini, beberapa dokter berpikir bahwa tempat paling aman
untuk melahirkan adalah rumah sakit. Namun pusat kelahiran yang mempunyai akses
segera untuk terapi intravena, agens farmakologis untuk meningkatkan kontraksi
uterus, dan kesiap-sediaantransportasi ke lingkungan rumah sakitdapat member
perawatan dan intervensi yang sama dengan yang ada dirumah sakit untuk hemoragi
pasca partum segera.
Dokter
yang merawat ibu dengan plasenta previa harus menganstipasi hemoragi. Untuk
alasan ini kateter intravena berdiameter besar harus dipasang, dan konsultan
medis harus siap dalam kasus hemoragi hebat. Hitung darah lengkap dasar,
golongan darah dan Rh, dan golongan pada masa pembekuan harus diperiksa. Pada
kasus plasenta previa komplit, pasien dapat diberi pilihan tentang meminta
anggota keluarga menyimpan darah di unit bank darah dengan namanya sebelum
cukup bulan. Pada kebanyakan kasus, pasien dirujuk ke dokter obspetrik untuk
penatalaksanaanya. Namun dibeberapa lingkungan praktek, bidan mampu
berkolaborasi dalam merawat ibu yang mengalami kelahiran pervagina dengan
plasenta previa marginal.
Penatalaksanaan-rujukan
semua pasien dengan plasenta previa komplet yang diketahui harus diatasi oleh
dokter yang terampil dalam seksio sesarea dan penatalaksanaan hemoragi.
Fasilitas harus menyediakan produk 24 jam, serta memberi respon anestesi cepat
untuk amergensi seksio sesarea. Bila penatalaksanaan konservatif dilakukan untuk
gestasi premature, fasilitas harus menyediakan perawatan tingkat III terhadap bayi prematur.
Bila
plasenta parsial atau marjinal tanpa ada perdarahan, bidan harus konsul dengan
dokter obspetri. Perawatan kolabortif mungkin dilakukan dalam beberapa tempat,
bergantung pada pedoman praktek .
Implikasi
pada kehamilan selanjutnya. Kelahiran sesarea sebelumnya meningkatkan resiko
plasenta previa. Pada wanita dengan satu kelahiran sesarea sebelumnya, terdapat
risiko previa 1% sampai 4%; dengan empat atau lebih kelahiran sesarea risiko
meningkat sampai 10% (Gabbe, Niebyl, dan Simpson, 1999).
Penatalaksanaan
plasenta previa juga dapat dilakukan jika:
a.
Konservatif bila:
1) Kehamilan
kurang 37 minggu.
2) Perdarahan
tidak ada atau tidak banyak (Hb dalam batas normal).
3) Tempat
tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15
menit).
Perawatan
konservatif berupa:
1) Istirahat
2) Memberikan
hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia.
3) Memberikan
antibiotik bila ada indikasi.
4) Pemeriksaan
USG, Hb, dan hematokrit.
Bila
selam 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif
maka lakukan mobilisasi. Pasien dipulangkan apabila tidak terjadi perdarahan.
Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan coitus.
b.
Penanganan aktif bila:
1) Perdarahan
banyak tanpa memandang usia kehamilan
2) Usia
kehamilan 37 atau lebih.
3) Anak
mati
Penanganan
aktif berupa:
1) Persalinan
per vaginam
2) Persalinan
per abdominal
Penderita
disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni
dengan keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan plasenta
previa marginalis, plasenta previa letak rendah, dan plasenta previa lateralis
atau marginalis, dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala sudah masuk
PAP dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit perdarahan maka lakukan
amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus per vaginam bila
gagal drips (sesuai dengan ptotap terminasi kehamilan). Bila terjadi perdarahan
banyak, lakukan SC.
c.
Penanganan Pasif
1) Tiap
perdarahan TM III yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah Sakit
tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.
2) Apabila
perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belum cukup 37
minggu atau berat badan janin kurang dari 2500 gram, persalinan dapat ditunda
dengan istirahat, obat-obatan (spasmolitik, progestin).
3) Siapkan
darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan agar tidak premature.
4) Bila
ada anemia transfusi darah dan berikan obat-obatan penambah darah.
Penatalaksanaan
kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin premature tetapi
tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan menciptakan
suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnya bagi ibu maupun janin.
Perawatan di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan
aktivitas fisik, penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya
segera terapi yang tepat, merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan
mencangkup infus larutan elektrolit, transfusi darah, persalinan sesarea, dan
perawatan neonatus oleh ahlinya sejak saat lahir.
Pada
penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh
meskipun relative terjadi kemudian dalam kehamilan adalah migrasi plasenta yang
cukup jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi
permasalahan utama.
Prosedur
yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua
kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk melahirkan
lewat bedah sesarea ada dua:
a.
Persalinan segera janin serta plasenta
yang memungkinkan uterus untuk berkontraksi sehingga perdarahan berhenti.
b.
Persalinan sesarea akan meniadakan
kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang merupakan komplikasi serius
persalinan per vaginam pada plasenta previa totalis serta parsial.
10. Pengaruh
Plasenta Previa
a.
Pengaruh terhadap Kehamilan
1) Karena
terhalang oleh plasenta maka bagian terbawah janin tidak dapat masuk PAP. Kesalahan-kesalahan
letak (sungsang, lintang, atau kepala mengapung)
2) Sering
terjadi partus premature. Rangsangan koagulum darah pada serviks, jika banyak
plasenta yang terlepas, kadar progesterone menurun dan dapat terjadi his.
b. Pengaruh
terhadap Partus
1)
Letak janin yang tidak normal, partus
akan menjadi patologis.
2)
Bila ada plasenta previa lateralis,
ketuban pecah dapat tetjadi prolaps funkuli.
3)
Sering di jumpai insersi primer,
4)
Perdarahan
11. Pemeriksaan
Penunjang
a.
USG untuk diagnosis pasti, yaitu
menentukan letak plasenta
b.
Pemeriksaan darah: hemoglobin, hematocrit
c.
Pemeriksaan in spekulo. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui asal dari perdarahan yang terjadi pada saat
kehamilan, apakah perdarahan tersebut berasal dari ostium uteri eksternum atau
dari kelainan cervix dan vagina. Perdarahan yang berasal dari ostium uteri
eksternum mengindikasikan adanya plasenta previa.
d.
Arteiogravi. Memasukkan zat kontras ke
dalam arteri femoralis. Karena plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka
ia akan banyak menyerap zat kontras ini akan terlihat dalam foto dan juga
lokasinya.
e.
Pemeriksaan Dalam
Bahaya
pemeriksaan dalam:
1) Dapat
menyebabkan perdarahan yang hebat
2) Infeksi
3) Menimbulkan
his, dan kemudian terjadilah partus prematurus.
Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam
:
1)
Pasang infus dan persiapkan donor darah
2)
Pemeriksaan dalam dilakukan di kamar
bedah
3)
Dilakukan secara hati-hati dan lembut
4)
Jangan langsung masuk ke dalam canalis
servikalis tapi raba dulu bantalan antara jari dan kepala janin pada forniks
(uji forniks)
5)
Bila ada darah beku, keluarkan
sedikit-sedikit dan pelan
Kegunaan pemeriksaan dalam pada
perdarahan antepartum
1)
menegakan diagnose
2)
Menentukan jenis dan klasifikasi
plasenta previa
Indikasi
pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum
1)
Perdarahan banyak, >500 cc
2)
Perdarahan berulang (recurrent)
3)
Perdarahan sekali, banyak, HB < 8 g%
4)
His ada dan janin viable
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
klien meliputi, nama, umur, alamat, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Riwayat
Kesehatan
a. Keluhan
Utama
1) Terjadi
perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
2) Sifat
perdarahan:
a) Tanpa
rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
b) Tanpa
sebab yang jelas
c) Dapat
berulang
d) Perdarahan
menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim
b. Riwayat
Obstetri
Memberikan
imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar perawat
dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat
obstetri meliputi:
1) Gravida,
para abortus, dan anak hidup (GPAH)
2) Berat
badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
3) Pengalaman
persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan
4) Jenis
anastesi dan kesulitan persalinan
5) Komplikasi
maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
6) Komplikasi
pada bayi
7) Rencana
menyusui bayi
c.
Riwayat mensturasi
Riwayat
yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP
ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan
TP berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah
tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
d.
Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu, ataukeduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan
pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran
dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat
buruk pada pembentukan organ seksual pada janin.
e.
Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan
penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu,
adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan
sebelumnya harus di dokumentasikan
3. Pemeriksaan
Fisik
a. Pada
inspeksi dijumpai:
1) Perdarahan
pervaginam encer sampi bergumpal
2) Pada
perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
b. Pemeriksaan fisik ibu.
1) Dijumpai
keadaan normal sampai syok.
2) Kesadaran
penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
3) Pada
pemeriksaan dapat dijumpai:
a) Tekanan
darah, nadi, dan pernapasan dalam batas normal.
b) Tekanan
darah turun,nadi dan pernapasan dalam batas normal
c) Daerah
ujung menjadi dingin
d) Tampak
anemis
c. Pemeriksaan
khusus kebidanan.
1) Pemeriksaan
palpasi abdomen.
a) Janin
belum cukup , tinggi fudus uteri sesuai dengan umur hamil.
b) Karena
plasentta di segmen bawah rahim,maka dapat dijumpai kelainan letak janin dalam
rahim dan bagian terendah masih tinggi.
2) Pemeriksaan
denyut jantung janin.
b) Bervariasi
dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim.
3) Pemeriksaan
dalam.
Pemeriksaan dalam dilakukan di atas meja operasi dan
siap untuk segera mengambil tindakan.tujuan pemeriksaan dalam untuk:
a) Menegakkan
diagnosis pasti.
b) Mempersiapkan
tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau hanya memecahkan ketuban.
Hasil
pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar osteum uteri internum.
A. Diagnosa Keperawatan
1.
Penurunan cardiac output berhubungan dengan hipovolemia
2.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan berlebih akibat implantasi
plasenta yang abnormal
3.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
4.
Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan
5.
Ansietas berhubungan dengan efek perdarahan pada
kehamilan
B. Intervensi Keperawatan
Penurunan
cardiac output berhubungan
dengan
hipovolemia
Tujuan: Setelah
dilakukan perawatan 1x24 jam, volume darah intravascular dan cardiac output
dapat diperbaiki
Kriteria Hasil:
- Cardiac
output stabil
- Hipovolemia
teratasi
|
||
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Catat
TTV, TD, perfusi, jumlah perdarahan
|
Pengkajian
yang akurat mengenai status hemodinamik merupakan dasar untuk perencanaan,
intervensi, evaluasi
|
2
|
Kolaborasi:
Pemberian
transfuse darah
|
Untuk
memperbaiki Volume vaskuler
|
3
|
Lakukan tirah baring.
Instuksikan klien untuk menghindari coitus.
|
Perdarahan
dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau
orgasme (yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat merangsang perdarahan.
|
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan perdarahan berlebih akibat implantasi
plasenta yang abnormal
Tujuan:
Setelah
dilakukan 1 x24 jam, masalah
keseimbangan cairan teratasi.
Kriteria Hasil:
-
Perdarahan dapat berhenti
-
Cairan tubuh dapat terpenuhi
|
||
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Evaluasi,
laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah.
|
Perkiraan kehilangan darah
membantu membedakan diagnosis
|
2
|
Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk
menghindari koitus.
|
Perdarahan dapat berhenti dengan
reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme (yang
meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan
|
3
|
Catat
tanda- tanda vital Pengisian kapiler pada dasar kuku, warna membran mukosa
atau kulit dan suhu.
|
Menjamin keadekuatan darah yang
tersedia untuk otak; peninggian panggul menghindari kompresi vena kava.
Posisi semi-fowler memungkinkan
janin bertindak sebagai tampon
|
4
|
Hindari
pemeriksaan rectal atau vagina.
|
Membantu
menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan
darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau
terjadinya syok
|
5
|
Kolaborasi:
pemberian transfuse darah.
|
Dapat
meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total
terjadi.
|
6
|
Posisikan klien
dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semifowler.
Hindari posisi trendelenburg.
|
Untuk memperbaiki
volume vascular
|
Perubahan
perfusi jaringan berhubungan
dengan
hipovolemia
Tujuan:
Setelah dilakukan perawatan 1x24
jam, terjadi peningkatan sirkulasi pada klien.
Kriteria Hasil:
- Hipovolemia
teratasi
- Perfusi
jaringan membaik
|
||
No
|
Rasional
|
Intervensi
|
1
|
Catat
TTV, TD, perfusi, jumlah perdarahan
|
Pengkajian
yang akurat mengenai status hemodinamik merupakan dasar untuk perencanaan,
intervensi, evaluasi
|
2
|
Kolaborasi
:
pemberian
transfuse darah
|
Untuk
memperbaiki volume vascular
|
3
|
Lakukan tirah baring.
Instuksikan klien untuk menghindari coitus
|
Perdarahan dapat
berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme (yang
meningkatkan aktivitas uterus) dapat merangsang perdarahan.
|
Resiko
infeksi berhubungan dengan
perdarahan.
Tujuan:
Setelah
dilakukan perawatn 1x24 jam, tidak terjadi infeksi
Kriteria
Hasil:
- Tidak
terdapat tanda-tanda infeksi
- Terjadinya
infeksi dapat diminimalisir
|
||
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Pantau
tanda atau gejala infeksi (misalnya suhu tubuh)
|
Mendeteksi
dini adanya infeksi
|
2
|
Instrusikan
untuk menjaga hygiene pribadi
|
Hygiene
berpengaruh terhadap perkembangan infeksi
|
3
|
Kolaborasi pemberian
terapi antibiotic bila di perlukan
|
Mengurangi agens
infeksius
|
Ansietas
berhubungan dengan
efek perdarahan pada kehamilan
Tujuan:
Setelah
dilakukan perawatan selama 1x24 jam, klien lebih rileks dan tidak terjadi
ansietas
Kriteria
Hasil:
- Wajah
tenang
- Rileks
- Ansietas
dapat diminimalkan
|
||
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Pantau
tingkat ansietas klien
|
Untuk
mengetahui seberapa besar kebutuhan klien untuk menerima intervensi
|
2
|
Beri dukungan dan
pendidikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan pemahaman dan kerja
sama dengan tetap
memberikan informasi tentang
status janin, mendengar dengan penuh perhatian, mempertahankan
kontak mata dan berkomunikasi dengan tenang, hangat dan empati yang tepat
|
Dukungan
dan informasi dapat mengurangi beban psikologis klien
|
3
|
Pertahankan hubungan
saling percaya dengan
komunikasi terbuka
|
Hubungan
rasa
saling percaya terjalin antara
perawat dan klien
akan membuat klien
mudah mengungkapkan
perasaannya dan mau bekerja sama
|
4
|
Jelaskan tentang
proses perawatan dan prognosa penyakit secara
bertahap
|
Mengerti
tentang proses perawatan dan prognosa penyakit akan memberikan rasa tenang
|
5
|
Identifikasi
koping yang konstruksi dan kuatkan
|
Dengan
identifikasi dan alternatif koping akan membantu klien dalam menyelesaikan
masalahnya
|
6
|
Pertahankan keluarga
tetap mendukung pasien.
|
Dukungan
keluarga sangat dibutuhkan guna untuk memperbaiki keadaan psikologis klien.
|
No comments:
Post a Comment