Asuhan Keperawatan dengan Anemia Aplastik
Sumber:
Sumber:
Fakultas Kedokteran
UI. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta : Media Aesculapcus
Suparman &
Waspadji. 2003. Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI
Arif Muttaqin. 2009. Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Salemba
Medika
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Konsep
Dasar Penyakit
a. Pengertian
Anemia aplastik merupakan keadaan
yang disebabkan berkurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti
eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel
hematopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan
sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang).
Anemia aplastik merupakan keadaan yang
disebabkan oleh penurunan pada prekusor sel-sel dalam sumsum tulang dan
penggantian sumsum dengan lemak
Anemia aplastik adalah keadaan yang
disebabkan berkurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit,
leukosit dan trombosit akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam
sumsum tulang ( Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2)
b. Etiologi
Anemia
aplastik sering diakibatkan oleh radiasi dan paparan bahan kimia. Akan tetapi,
kebanyakan pasien penyebabnya adalah idiopatik, yang berarti penyebabnya tidak
diketahui. Anemia aplastik dapat juga terkait dengan infeksi virus dan penyakit
lain.
Klasifikasi
faktor penyebab Anemia Aplastik :
1. Faktor
congenital : sindrom
fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali,
strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
2.
Faktor didapat
a. Bahan Kimia : Benzena, Insektisida, Senyawa Aa, Au,
Pb.
b. Obat : Kloramfenikol, Mesantoin
(antikolvusan), Pribenzamin (antihistamin), obat sitostatiska (myleran,
methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan sebagainya), obat anti tumor
(nitogen mustard), anti microbial.
c. Radiasi : sinar roengten,
radioaktif.
d. Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia
dan lain – lain.
e. Infeksi: tuberculosis milier, hepatitis dan lain –
lain
f. Penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
c. Manifestasi
Klinis
Tanda gejala yang dialami pada penderita
anemia aplastik
a. Lemah dan
mudah lelah
b. Granulositopenia
dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi
c. Trombositopenia
menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit (ekimosis)
d. Pucat dan
pusing
e. Anoreksia
f. Peningkatan
tekanan sistolik, takikardia
g. Penurunan
pengisian kapiler
h. Sesak, demam,
purpura
i. Peteqie
j. Hepatosplenomegali,
limfadenopati
d. Penatalaksanaan
Secara
garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri dari atas beberapa terapi
sebagai berikut :
1.Terapi Kausal
Terapi
kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan pemaparan
lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui. Akan tetapi, hal ini
sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas atau penyebabnya tidak dapat
dikoreksi.
2.Terapi
Suportif
Terapi
suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitopenia.
Adapun bentuk terapi adalah sebagai berikut:
a. untuk mengatasi infeksi
1. Hygiene mulut
2. Identifikasi sumber infeksi serta
pemberian antibiotik yang tepat dan akurat.
3. Transfusi granulosit konsertat di
berikan pada sepsis
berat.
b. Usaha untuk mengatasi anemia
Berikan
tranfusi packet red cell (PRC) jika hemoglobin <7 gr/dL tanda payah jantung
atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10 g% tidak perlu
sampai normal karena akan menekan eritropoesis internal.
c. Usaha untuk mengatasi perdarahan
Berikan transfusi konsertat
trombosit jika terdapat pendarahan mayor atau trombosit < 20.000/mm3
3. Terapi untuk memperbaiki
fungsi sumsung tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsung tulang adalah sebagai
berikut :
a. Anabolik steroid , dapat
diberikan oksimetolon atau stanal dengan dosis 2-3 mg/kgBB/hari. Efek terapi
tampak setelah 6-8 minggu. Efek samping yang dialami berupa virilisasi dan
gangguan fungsi hati.
b. Kortikosteroid dosis rendah sampai
menengah
c. GM-CSF atau G-CSF dapat diberikaan
untuk meningkatkan jumlah neutrofil
4. Terapi Definitif
Terapi Definitif merupakan terapi yang
dapat memberikan kesembuhan jangka panjang. Terapi Definitif untuk anemia
aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai berikut :
a.Terapi imunosupresif
1. Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte globuline (ATG) dapat menekan proses immunologis.
2. Terapi Imunosupresif lain yaitu pemberian
metilprednison dosis tinggi.
b. Transplanstasi sumsum tulang
Transplanstasi sumsum tulang
merupakan terapi definitif yang memberikan
harapan kesembuhan, tetapi biayanya mahal.
2. WOC
(Pohon Masalah)
idiopatik
|
Pengaruh
obat (factor sekunder
|
Factor
kongenital
|
Disfungsi
Sumsum Tulang Belakang
|
Penurunan
Sel darah (pansitopenia)
|
Eritrositopenia
|
granulositopenia
|
Trombositopenia
|
HCO2
|
Penurunan Sel O2
|
Lemah,
pucat, takikardia, dispnea
|
Gangguan nutrisi
|
Gangguan aktivitas
|
Pola nafas
tidak efektif
|
Fagosit
menurun
|
Limposit
menurun
|
Badan
panas, suhu tubuh meningkat, infeksi lain
|
Infeksi /
proses inflamasi
|
Perdarahan
kulit
|
Petekie,
ekimosis
|
Deficit volume cairan
|
Resiko cedera
|
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Anamnesa
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia aplastik, serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan
klien dan menghambat proses penyembuhan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa
keturunan, dan anemia aplastik yang cenderung diturunkan secara genetik.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala :
1. Keletihan kelemahan, malaise umum
2. Kehilangan produktivitas : penurunan
semangat untuk bekerja
3. Toleransi terhadap latihan rendah
4. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat
lebih banyak
Tanda :
1. Takikardia atau takipnea : dispnea, pada bekerja atau istirahat
2. Letargi, menarik diri, apatis, lesu,
dan kurang tertarik pada sekitarnya
3. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
4. Ataksia, tubuh tidak tegak
b. Sirkulasi
Gejala :
1. Riwayat kehilangan darah kronis, mis
: perdarahan GI kronis
2. Riwayat endokarditis kronis
3. Palpitasi (takikardia kompensasi)
Tanda :
1. TD:peningkatan sistolik dengan diastolik
stabil dan tekanan nadi melebar : hipotensi postural
2. Disritmia ; abnormalitas EKG, misal,
deperesi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia
3. Ektremitas (warna) : pucat pada kulit
dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan
; pada pasien kulit hitam , pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan); kulit
seperti berlilin, pucat (aplastik, AP)
4. Pengisian
kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokontriksi
kompensasi)
5. Kuku : mudah
patah, berbentuk seperti sendok (koiloinika)
6. Rambut : kering,
mudah putus, menipis ; tumbuh uban secara premature
c. Integritas Ego
Gejala : Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, missal ;
penolakan transfuse darah
Tanda : Depresi
d. Eliminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
Hematemesis, feses dengan darahsegar melena.
Diare atau Konstipasi
Penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi Abdomen
e. Makanan / cairan
Gejala
: Penurunan masukan diet
Nyeri mulut atau lidah,kesulitan menelan
(ulkus dan faring)
Mual muntah,dyspepsia, anoreksia
Adanya penurunan berat badan
Tanda
: Lidah tampak merah daging/ halus
Membran mukosa kering ; pucat
Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut
atau hilang elastisitasnya
Stomatitis dan glositis
f. Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, berdenyut,
pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi, insomnia, penurunan
penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan,
keseimbangan buruk, kaki goyah ; parastesia tangan atau kaki ; klaudikasi
sensasi menjadi dingin.
Tanda : Peka rangsang, gelisah,
depresi, cenderung tidur, apatis
Mental : tak mampu berespons lambat dan
dangkal
Oftalmik : hemoragis retina
Epistaksis, perdarahan dari lubang-lubang
Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa
getar dan posisi, tanda
Romberg positif, paralisis.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri
abdomen samar, sakit kepala
h. Pernapasan
Gejala : Riwayat TB, Abses paru. Napas pendek, pada
istirahat dan aktivitas
Tanda : Takipnea, ortopnea, dan dispnea
i.Keamanan
Gejala :
1. Riwayat
pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, missal ; benzene, insektisida,
fenilbutazon, naftalen.
2. Riwayat
terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan.
3. Riwayat
kanker,terapi kanker.
4. Tidak toleran
terhadp dingin atau panas.
5. Tranfusi
darah sebelumnya.
6. Gangguan
penglihatan.
7. Penyembuhan
luka buruk,sering infeksi.
Tanda :
1. Demam rendah,
menggigil,berkeringat malam.
2. Limfadenopati
umum.
3. Petekiie dan
ekimosis.
J. Sexualitas
Gejala :
1.
Perubahan aliran menstruasi missal: menoragia
atau amenore.
2.
Hilang libido (pria dan wanita).
3.
Impoten.
Tanda :
1. Servik dan
dinding vagina pucat
K. Hyegiene
Tanda :
kurang bertenaga,penampilan tak rapi
L. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala :
1. Kecenderungan
keluarga untuk anemia (DB/AP)
2. Penggunaan
antikonvulsan masa lalu/saat ini,antibiotic,agen kemoterapi (gagal sumsum
tulang),aspirin, obat antiinflamasi, atau antikogulan.
3. Penggunaan
alcohol kronis.
4. Adanya/berulangnya
episode pendarahan aktif
5. Riwayat
penyakit hati,ginjal; masalah hematologi;penyakit seliak atau penyakit
malabsorsi lain;enteritis regional;manifestasi cacing pita
B. Diagnosa
Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/ nutrient ke sel.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi
nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan).
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan
masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang
terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber
informasi.
C. Intervensi Keperawatan
1.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/ nutrient ke sel.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24
jam Peningkatan perfusi
jaringan
KH : Klien menunjukkan perfusi adekuat,
misalnya tanda vital stabil. Membran mukosa merah muda, pengisian kapiler baik,
haluaran urine adekuat ; mental seperti biasa
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Awasi tanda vital kaji pengisian
kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
|
Memberikan informasi tentang
derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan
intervensi.
|
Tinggikan
kepala tempat tidur sesuai toleransi.
|
Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan
oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan
: kontraindikasi bila ada hipotensi.
|
- Awasi upaya pernapasan ; auskultasi
bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
|
Dispnea, Gemericik
menununjukkan GJK karena regangan jantung lama/ peningkatan kompensasi curah
jantung.
|
- Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
|
Iskemia
seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
|
Kaji untuk
respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung.
|
Dapat
mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau defisiensi
vitamin B12
|
Catat keluhan rasa dingin. Pertahankan suhu
lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi
|
Vasokontriksi (ke organ vital) menurunkan
sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat harus seimbang
dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi
(penurunan perfusi organ)
|
Hindari penggunaan bantalan
penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan termometer
|
termoreseptor jaringan dermal dangkal
karena gangguan pksigen
|
Awasi pemeriksaan laboratorium.
Misal : Hb/Ht dan jumlah SDM dan GDA
|
Mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan pengobatan/ respon terhadap terapi
|
Berikan SDM darah lengkap / packed
red cell. Produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk komplikasi
transfusi
|
Meningkatan jumlah sel pembawa
oksigen. Memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan
|
Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi
|
Memaksimalkan transport oksigen ke
jaringan
|
Siapkan intervensi pembedahan
sesuai indikasi
|
Transplantasi sumsum tulang di
lakukan pada kegagalan sumsum tulang/anemia aplastik
|
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : Dapat mempertahankan /meningkatkan
ambulasi/aktivitas
KH : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
(termasuk aktivitas sehari-hari)
menunjukkan penurunan tanda intolerasi
fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang
normal (Misal : TD :120/80, RR: 18X/Menit, Nadi : 85X/Menit, Suhu : 36,5
)
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan
tugas/ AKS normal. Catat laporan kelelahan, keletihan dan kesulitan
menyelesaikan tugas
|
Mempengaruhi pilihan intervensi atau
bantuan
|
Kaji kehilangan/ gangguan keseimbangan
gaya jalan. Kelemahan otot
|
Menunjukkan perubahan neurologi karena
defisiensi vit. B12. Mempengaruhi keamanan pasien resiko cidera
|
Awasi TTV selama dan
sesudah aktivitas. Catat respon terhadap tingkat aktivitas, Misal :
peningkatan denyut jantung/ tekanan darah disritmia.Pusing dispnea, tachipnea
dsb.
|
Manifestasi kardiopulmonal dari upaya
jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan
|
Berikan
lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila di indikasikan. Pantau dan
batasi pengunjung, telepon dang gangguan berulang tindakan yang tak
direncanakan
|
Meningkatkan
istirahat untuk menurunkan kebutuhan O2 tubuh dan menurunkan regangan jantung
dan paru
|
Ubah
posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
|
Hipotensi
postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing berdenyut dan
peningkatan resiko cidera
|
Prioritaskan
jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Pilih periode
istirahat dengan periode aktivitas
|
Mempertahankan
tingkat energi dan meni ngkatkan regangan pada sistem jantung dan pernapasan
|
|
Membantu
bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri
|
Rencanakan
kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien anggap
perlu. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi
|
Meningkatkan
secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki tonus otot
atau stamina tanpa kelemahan. Meningkatkan harga diri dan rasa terkonrol
|
Gunakan
teknik penghematan energi, Misal : mandi dengan duduk. Duduk untuk melakukan
tugas-tugas
|
Mendorong
pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah
kelemahan
|
Anjurkan
pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi nyeri dada, napas pendek,
kelemahan atau pusing terjadi
|
Regangan/ stress kardiopulmonal berlebihan/ stress dapat
menimbulakn dekompensasi/ kegagalan
|
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x24 jam nutrisi pasien terpenuhi
KH : Menunjukkan peningkatan BB yang
stabil dengan nilai laboratorium normal, tidak mengalami tanda malnutrisi,
menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/
mempertahankan berat badan yang sesuai
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji riwayat nutrisi termasuk
makanan yang disukai
|
Mengidentifikasikan defisiensi,
menduga kemungkinan intervensi
|
Observasi dan catat masukan makanan
pasien
|
Mengawasi masukan kalori atau
kualitas kekurangan konsumsi makanan
|
Timbang berat badan setiap hari
|
Mengawasi penurunan BB atau
efektifitas intervensi nutrisi
|
Berikan makan sedikit dan frekuensi
sering dan/ atau makan diantara waktu makan
|
Makan sedikit dapat menurunkan
kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster
|
Observasi dan catat kejadian mual/
muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan
|
Gejala GI dapat menunjukkan efek
anemia (hipoksia) pada organ
|
Berikan dan bantu hiegiene mulut
yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk
penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa
oral luka
|
Meningkatkan nafsu makan dan
pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan
infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan dan nyeri hebat
|
Konsultasikan pada ahli gizi
|
Membantu dalam membuat rencana diet
untuk memenuhi kebutuhan individual
|
Pantau pemeriksaan laboratorium,
misal ;Hb/Ht,BUN, albumin, protein, transferin, besi serum, B12, Asam folat,
TIBC, elektrolit serum
|
Meningkatkan efektivitas program
pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan
|
Berikan obat sesuai indikasi. Misal
; Vitamin dan suplemen mineral, Misal; sianokobalamin (Vit. B12), Asam folat
(Flovite), Asam askorbat (Vit.C)
|
Kebutuhan penggantian tergantung
pada tipe anemia dan/ atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yang
diidentifikasi
|
Berikan besi dextran (IM/IV)
|
Diberikan sampai defisit
diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau
terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian
oral menjadi efektif
|
Tambahan besi oral, misal ; fero
sulfat (feosol), feroglukonat (fergon)
|
Mungkin berguna pada beberapa tipe
anemia defisiensi besi
|
Asam hidroklorida (HCl)
|
Mempunyai sifat absorpsi Vit.B12
selama minggu pertama terapi
|
Antijamur atau pencuci mulut
anestesik jika diindikasi
|
Mungkin diperlukan pada adanya
stomatitis, glositis untuk meningkatkan penyembuhan jaringan mulut dan
memudahkan masukan
|
Berikan diet halus, rendah serat,
menghindari makanan pedas, atau terlalu asam sesuai indikasi
|
Bila ada lesi oral, nyeri dapat
membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi pasien
|
Berikan suplemen nutrisi. Misal ;
Ensure, Isocal
|
Meningkatkan masukan protein dan
kalori
|
4.
Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit
(respons inflamasi tertekan).
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
KH : mengidentifikasi perilaku untuk
mencegah atau menurunkan risiko infeksi, meningkatkan penyembuhan luka,bebas
drainase purulen atau eritema, dan demam.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Tingkatkan cuci tangan yang baik
oleh pemberi perawatan dan pasien
|
Mencegah kontaminasi silang/
kolonisasi bakterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik dapat
berisiko akibat flora normal kulit
|
Pertahankan teknik aseptik ketat pada
prosedur/ perawatan
|
Menurunkan risiko kolonisasi/
infeksi bakteri
|
Berikan perawatan kulit, perianal
dan oral dengan cermat
|
Menurunkan risiko kerusakan kulit/
jaringan dan infeksi
|
Dorong perubahan posisi/ ambulasi
yang sering, latihan batuk, napas dalam
|
Meningkatkan ventilasi semua segmen
paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia
|
Tingkatkan masukan cairan adekuat
|
Membantu dalam pengenceran sekret
pernapasan unruk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh
(misal : pernapasan danm ginjal)
|
Pantau/ batasi pengunjung. Berikan
isolasi bila memungkinkan.
|
Membatasi pemajanan inflamasi/
infeksi. Perlindungan isolasi dapat dibutuhkan pada anemia aplastik, bila
respons imun sangat terganggu.
|
Pantau suhu, catat adanya menggigil
dan takikardia dengan atau tanpa demam
|
Adanya proses inflmasi/ infeksi
membutuhkan evaluasi/ pengobatan
|
Amati eritema/ cairan luka
|
Indikator infeksi lokal. Catatan:
pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan
|
Ambil spesimen untuk kultur/
sensitivitas sesuai indikasi
|
Membedakan adanya infeksi,
mengidentifikasi patogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan
|
Berikan antiseptik topikal
;antibiotik sistemik
|
Mungkin digunakan secara propilaktik
untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi lokal
|
5.
Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi dan neurologist.
Tujuan : mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit
KH : mempertahankan integritas kulit,
mengidentifikasi factor risiko atau perilaku individu untuk mencegah cidera
dermal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
kaji integritas
kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat lokal, eritema,
eskoriasi
|
Kondisi kulit di pengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi.
Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak
|
Ubah posisi secara periodic dan pijat permukaan tulang bila pasien
tidak bergerak atau di tempat tidur
|
Meningkatka sirkulasi ke semua area kulit, membatasi iskemia jaringan
atau mempengaruhi hipoksia seluler
|
Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun
|
area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan organism patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara
berlebihan dan meningkatkan iritasi
|
Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif
|
Meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis
|
Gunakan alat pelindung, missal keranjang, kasur tekanan udara/ air,
pelindung tumit atau siku, dan bantal sesuai indikasi
|
Mengindari kerusakan kulit dengan mencegah atau menurunkan tekanan
terhadap permukaan kulit
|
6.
Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan
proses pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : Mengembalikan fungsi normal usus
KH : membuat atau kembali pola normal dari fungsi
usus, menunjukkan perubahan perilaku atau pola hidup, yang diperlukan sebagai
penyebab, factor pemberat
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi, dan jumlah
|
Membantu mengidentifikasi penyebab atau factor pemberat dan intervensi
yang tepat
|
Auskultasi bunyi usus
|
Bunyi usus secara umum meningkat pda diare dan menurun pada konstipasi
|
Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan atau
cairan
|
Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam
mengidentifikasi defisiensi diet
|
Dorong masukan cairan 2500-3000 ml per hari dalam toleransi jantung
|
Membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan
membantu mempertahankan status hidrasi pada diare.
|
Hindari makanan yang membentuk gas
|
Menurunkan distress gastric dan distensi abdomen
|
Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan dalam
kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap
defekasi bila terjadi diare
|
Mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan
Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya
sepanjang tractus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang
bekerja sebagai perangsang untuk defekasi
|
Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang dengan tinggi
serat dan bulk.
|
Mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi
|
Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau
enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan
|
Menurunkan motilitas usus bila konstipasi terjadi
|
Berikan obat anti diare. Missal : defenosilat, hidroclorida dengan
atropia atau lomotil dan obat pengabsorpsi air. Missal : melamucil
|
Menurunkan motilitas usus bila diare
|
7.
Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/ mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit,
prosedur diagnostic, dan rencana pengobatan
KH : Menyatakan pemahaman proses penyakit,
prosedur diagnostic dan rencana pengobatan, mengidentifikasi factor penyebab,
melakukan tindakan yang perlu atau perubahan pola hidup.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa
terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia
|
Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang
tempat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatakn kerjasama dalam program
terapi
|
Tinjau tujuan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic
|
Ansietas atau takut tentang ketidaktahuan meningkatkan tingkat
stress,yang selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan tentang apa
yang diperkirakan menurunkan ansietas.
|
Jelaskan bahwa darah diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan
memperburuk anemia
|
Ini sering merupakan kekuatiran yang tidak di ungkapakan yang dapat
memperkuat ansietas pasien
|
Tinjau perubahan diet yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan diet
khusus (ditentukan oleh tipe anemia atau defisieni)
|
Daging merah. Hati, kuning telur dan sayuran hijau, biji bersekam dan
buah yang dikeringkan adalah sumber besi. Sayuran hijau, hati, dan buah asam
adalah sumber asam folat dan vit. C (meningkatkan absorbs besi)
|
Kaji sumber-sumber (misal ; keuangan dan memasak)
|
Sumber tidak adekuat dapat mempengaruhi kemampuan untuk membuat atau
menyiapkan makanan yang tepat
|
Dorong untuk menghentikan merokok
|
Menurunkan ketersediaan oksigen dan menyebabkan vasokontriksi
|
Instruksikan dan peragakan pemberian mandiri preparat besi oral
|
Penggantian besi biasanya membutuhkan waktu 3-6 bulan, sementara
injeksi Vit. B12 mungkin perlu untuk selama hidup pasien.
|
Diskuksikan pentingnya hanya meminum obat yang diresepkan
|
Kelebihan dosis obat besi dapat menjadi toksik
|
Sarankan minum obat dengan makan atau segera setelah makan
|
Besi paling baik di absorbsi pada saat lambung kosong. Namun garam besi
merupakan iritan lambung dan dapat menyebabkan dyspepsia, diare, dan distensi
abdomen bila di minum saat lambung kosong.
|
Encerkan preparat cair (lebih baik dengan sari jeruk) dan diberikan
dengan sedotan
|
Besi yang tak dilarutkan dapat menempel di gigi. Asam askorbat
meningkatkan absorbs besi
|
Peringatkan bahwa feses dapat tampak hitam kehijauan.
|
Pengeluaran besi berlebihan akan mengbah warna feses
|
Tekankan pentingnya memelihara kebersihan mulut
|
Suplemen besi tertentu (missal ; feosol) dapat meninggalkan sisa pda
gigi dan gusi
|
Pemberian obat Z-Track
|
Mencegah ekstravasasi (kebocoran) dengan nyeri yang menyertai
|
Gunakan jarum terpisah untuk mengambil obat dan injeksi
|
Obat dapat mewarnai kulit
|
Peringatkan tentang kemungkinan reaksi sistemik missal ; kemerahan pada
wajah, muntah, mual, miagia dan diskusikan pentingnya melaporkan gejala
|
Kemungkinan efek samping terapi memerlukan evaluasi ulang untuk pilihan
dan dosis obat
|
Diskuksikan peningkatan kerentanan terhadap infeksi, tanda atau gejala
yang memerlukan intervensi medis. Missal ; demam, sakit tenggorokan, eritema
atau luka basah, urun berkabut, rasa terbakar saat defekasi
|
Penurunan produksi leukosit potensial risiko untuk infeksi. Catatan :
cairan purulen, bukan bentuk abses granulosit
|
Identifikasi masalah keamanan , missal: olahraga kontak, konstipasi,
penggunaan pencukur elektrik, sikat gigi halus
|
Menurunkan risiko perdarahan dari jaringan yang rapuh
|
Telaah kebersihan mulut pentingnya perawatan gigi teratur
|
Efek anemia atau lesi oral dan atau suplemen besi meningkatkan risiko
infeksi atau bakterimia
|
Intruksikan untuk menghindari produk aspirin
|
Meningkatkan kecenderungan
perdarahan
|
No comments:
Post a Comment