Friday, June 19, 2020

Asuhan Keperawatan dengan Polisemia

Asuhan Keperawatan dengan Polisemia

Sumber:

Doenges Marilynn E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi II. Jakarta Buku Kedokteran. EGD.
Soeparman, Sarwono waspadil.(1996). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta Gaya Baru.
Brunner and Suddarth.200. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3. EGC : Jakarta
Http:// www.medicastore.com/ penyakit/ 314/polisitemia_vera.html.
Http://www. Buku ajar asuhan keperawatan/polisitemia/.com
http://kupukupudanpelangi.blogspot.com/2009/06/herpes-dan-jus-pel










1. Konsep Dasar Penyakit Polisitemia

1.1 Pengertian
Polisitemia berasal dari bahasa Yunani: poly (banyak), cyt (sel), dan hemia (darah). Jadi, polisitemia berarti peningkatan jumlah sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit) di dalam darah.
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang.
Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah merah. Orang dengan polisitemia memiliki peningkatan hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel darah merah di atas batas normal melebihi 6 juta/ mm atau hemoglobinnya melebihi 18 g/dl.
Ada dua jenis utama polisitemia: polisitemia vera( primer) dan polisitemia sekunder. Polisitemia vera (yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "polisitemia benar") juga dikenal sebagai suatu jenis polisitemia primer. Primer berarti bahwa polisitemia tidak disebabkan oleh gangguan lain.  Polisitemia Primer: Dalam polisitemia primer peningkatan sel darah merah adalah karena masalah yang melekat. Polisitemia primer dikarenakan sel benih hematopoietik mengalami proliferasi berlebihan tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan kadar eritropoietin rendah. Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi karena rangsangan eritropoietin yang adekuat. Polisitemia vera adalah contoh polisitemia primer. Jumlah sel darah merah atau eritrosit manusia umumnya berkisar antara 4 hingga 6 juta per mikroliter darah. Jumlah ini yang terbanyak dibandingkan dengan sel darah lainnya. Namun, jumlah sel darah merah bisa melebihi batas normal. Kondisi ini dikenal dengan sebutan polisitemia vera.
Polisitemia sekunder: Jenis ini, proliferasi eritrosit disertai peningkatan kadar eritropoietin. Jadi, berbanding terbalik dengan polisitemia primer. Peningkatan massa sel darah merah lama kelamaan akan mencapai keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin kembali ke batas normal. Contoh polisitemia sekunder fisiologis adalah hipoksia. Polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap faktor-faktor lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti tumor hati, tumor ginjal atau sindroma Cushing.
                  Penyebab, gejala, dan perawatan dari dua kondisi yang berbeda-beda. Polisitemia Vera lebih serius dan dapat mengakibatkan komplikasi kritis lebih dari polisitemia sekunder. Sel darah tubuh diproduksi di sumsum tulang ditemukan di beberapa tulang,seperti tulang paha. Biasanya produksi sel darah diatur oleh tubuh sehingga jumlah sel darah baru dibuat untuk menggantikan sel-sel darah yang lama karena mereka mati. Dalam polisitemia, proses ini tidak normal karena berbagai penyebab dan menghasilkan terlalu banyak sel darah merah dan kadang-kadang sel-sel darah lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.

1.2 Etiologi
1.      Polisitemia primer
Polisitemia Primer terjadi di sekitar 2 pada setiap 100.000 orang. Penyebabnya tidak diketahui. Namun, polisitemia ini hadir saat lahir, biasanya disebabkan oleh kelainan genetik warisan yang abnormal menyebabkan tingkat tinggi prekursor sel darah merah.
2.      Polisitemia sekunder
polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap faktor-faktor lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti:
a.     Tumor hati,           
b.     Tumor ginjal atau sindroma Cushing
c.      Peningkatan eritropoietin (EPO) produksi, baik dalam respon terhadap hipoksia kronis (kadar oksigen rendah) atau dari tumor mensekresi eritropoietin
d.      Perilaku, gaya hidup, seperti merokok, tinggal di tempat yang tinggi, penyakit paru-paru parah, dan penyakit jantung.
Bila ada kekurangan oksigen, tubuh merespon dengan memproduksi lebih banyak sel darah merah yang membawa oksigen ke sel-sel tubuh.





1.3 Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang predominan pada polisitemia vera adalah sebagai akibat dari :
1. Hiperviskositas
Peningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang kemudian akan menyebabkan :
·           Penurunan kecepatan aliran darah (shear rate), lebih jauh lagi akan menimbulkan eritrostasis sebagai akibat penggumpalan eritrosit.
·           Penurunan laju transpor oksigen
Kedua hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan. Berbagai gejala dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ sasaran (iskemia/infark) seperti di otak, mata, telinga, jantung, paru, dan ekstremitas.
2. Penurunan shear rate
Penurunan shear rate akan menimbulkan gangguan fungsi hemostasis primer yaitu agregasi trombosit pada endotel. Hal tersebut akan mengakibatkan timbulnya perdarahan, walaupun jumlah trombosit >450 ribu/mL. Perdarahan terjadi pada 10-30% kasus PV, manifestasinya dapat berupa epistaksis, ekimosis, dan perdarahan gastrointerstinal.
3. Trombositosis (hitung trombosit >400.000/mL).
Trombositosis dapat menimbulkan trombosis. Pada PV tidak ada korelasitrombositosis dengan trombosis. Trombosis vena atau tromboflebitis dengan emboli terjadi pada 30-50% kasus PV.
4. Basofilia (hitung basofil >65/mL)
Lima puluh persen kasus PV datang dengan gatal (pruritus) di seluruh tubuh terutama setelah mandi air panas, dan 10% kasus polisitemia vera datang dengan urtikaria suatu keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya kadar histamin dalam darah sebagai akibat adanya basofilia. Terjadinya gastritis dan perdarahan lambung terjadi karena peningktana kadar histamin.
5. Splenomegali
Splenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien polisitemia vera. Splenomegali ini terjadi sebagai akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.
6. Hepatomegali
Hepatomegali dijumpai pada kira-kira 40% polisitemia vera. Sebagaimana halnya splenomegali, hepatomegali juga merupakan akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.
7. Laju siklus sel yang tinggi
Sebagai konsekuensi logis hiperaktivitas hemopoesis dan splenomegali adalah sekuestasi sel darah makin cepat dan banyak dengan demikian produksi asam urat darah akan meningkat. Di sisi lain laju filtrasi gromerular menurun karena penurunan shear rate. Artritis Gout dijumpai pada 5-10% kasus polisitemia vera.
8. Difisiensi vitamin B12 dan asam folat.
Laju silkus sel darah yang tinggi dapat mengakibatkan defisinesi asam folat dan vitamin B12. Hal ini dijumpai pada + 30% kasus PV karena penggunaan/ metabolisme untuk pembuatan sel darah, sedangkan kapasitas protein tidak tersaturasi pengikat vitamin B12 (UB12 – protein binding capacity) dijumpai meningkat pada lebih dari 75% kasus. Seperti diketahui defisiensi kedua vitamin ini memegang peranan dalam timbulnya kelainan kulit dan mukosa, neuropati, atrofi N.optikus, serta psikosis.
9. Muka kemerah-merahan (Plethora )
Gambaran pembuluh darah dikulit atau diselaput lendir, konjungtiva, hiperemis sebagai akibat peningkatan massa eritrosit.
10. Keluhan lain yang tidak khas seperti : cepat lelah, sakit kepala, cepat lupa, vertigo, tinitus, perasaan panas.
11. Manifestasi perdarahan (10-20 %), dapat berupa epistaksis, ekimosis, perdarahan gastrointestinal menyerupai ulkus peptikum. Perdarahan terjadi karena peningkatan viskositas darah akan menyebabkan ruptur spontan pembuluh darah arteri. Pasien Polisitemia Vera yang tidak diterapi beresiko terjadinya perdarahanwaktu operasi atau trauma.

1.4 Penatalaksanaan
Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat menyembuhkan pasien. Yang dapat dilakukan hanya mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup pasien.
Tujuan terapi yaitu:
1.  Menurunkan jumlah dan memperlambat pembentukan sel darah merah (eritrosit)
2.  Mencegah kejadian trombotik misalnya trombosis arteri-vena, serebrovaskular,thrombosis vena dalam, infark miokard, oklusi arteri perifer, dan infark pulmonal.
3.  Mengurangi rasa gatal dan eritromelalgia ekstremitas distal.


Prinsip terapi
1.  Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus (individual) dan mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi.
2.  Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/ polisitemia yang belum terkendali.
3.  Menghindari pengobatan berlebihan (over     treatment)
4.  Menghindari obat yang mutagenik, teragenik dan berefek sterilisasi pada pasien usia muda.
5.  Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau kemoterapi sitostatik.
Pada pasien di atas 40 tahun bila didapatkan:
a. Trombositosis persisten di atas 800.00/mL, terutama jika disertai gejala trombosis
b.  Leukositosis progresif
c.  Splenomegali yang simtomatik atau menimbulkan sitopenia problematik
d. Gejala sistemis yang tidak terkendali seperti pruritus yang sukar dikendalikan, penurunan berat badan atau hiperurikosuria yang sulit diatasi.

1. Terapi PV
a.      Flebotomi
       Flebotomi adalah terapi utama pada PV. Flebotomi mungkin satu-satunya bentuk pengobatan yang diperlukan untuk banyak pasien, kadang-kadang selama bertahun-tahun dan merupakan pengobatan yang dianjurkan. Indikasi flebotomi terutama pada semua pasien pada permulaan penyakit,dan pada pasien yang masih dalam usia subur.Pada flebotomi, sejumlah kecil darah diambil setiap hari sampai nilai hematokrit mulai menuru. Jika nilai hematokrit sudah mencapai normal, maka darah diambil setiap beberapa bulan, sesuai dengan kebutuhan. Target hematokrit yang ingin dicapai adalah <45% pada pria kulit putih dan <42% pada pria kulit hitam dan perempuan.
b.      Kemoterapi Sitostatika/ Terapi mielosupresif
       Yaitu agen yang dapat mengurangi sel darah merah atau konsentrasi platelet. Tujuan pengobatan kemoterapi sitostatik adalah sitoreduksi.  Lebih baik menghindari kemoterapi jika memungkinkan, terutama pada pasien uisa muda. Terapi mielosupresif dapat dikombinasikan dengan flebotomi atau diberikan sebagai pengganti flebotomi. Kemoterapi yang dianjurkan adalah Hidroksiurea (dikenal juga sebagai hidroksikarbamid) yang merupakan salah satu sitostatik golongan obat antimetabolik karena dianggap lebih aman, tetapi masih diperdebatkan tentang keamanan penggunaan jangka panjang. Penggunaan golongan obat alkilasi sudah banyak ditinggalkan atau tidak dianjurkan lagi karena efek leukemogenik dan mielosupresi yang serius. Walaupun demikian, FDA masih membenarkan klorambusil dan Busulfan digunakan pada PV. Pasien dengan pengobatan cara ini harus diperiksa lebih sering (sekitar 2 sampai 3 minggu sekali). Kebanyakan klinisi menghentikan pemberian obat jika hematokrit: pada pria < 45% dan memberikannya lagi jika > 52%, pada wanita < 42% dan memberikannya lagi jika > 49%.
c.       Fosfor Radiokatif (P32)
       Isotop radioaktif (terutama fosfor 32) digunakan sebagai salah satu cara untuk menekan sumsum tulang. P32 pertama kali diberikan dengan dosis sekitar 2-3mCi/m2 secar intravena, apabila diberikan per oral maka dosis dinaikkan 25%. Selanjutnya jika setelah 3-4 minggu pemberian pertama P32 Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 10-12 minggu.
        Jika diperlukan dapat diulang akan tetapi hal ini jarang dibutuhkan.Tidak mendapatkan hasil, selanjutnya dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis pertama, dan diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.
d.       Kemoterapi Biologi (Sitokin)
       Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada polisitemia vera terutama untuk mengontrol trombositemia (hitung trombosit . 800.00/mm3). Produk biologi yang digunakan adalah Interferon (Intron-A, Roveron-) digunakan terutama pada keadaan trombositemia yang tidak dapat dikendalikan. Kebanyakan klinisi mengkombinasikannya dengan sitostatik Siklofosfamid (Cytoxan).




2. Pengobatan pendukung
1.   Hiperurisemia diobati dengan allopurinol 100-600 mg/hari oral pada pasien dengan penyakit yang aktif dengan memperhatikan fungsi ginjal.
2.   Pruritus dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, jika diperlukan dapat diberikan Psoralen dengan penyinaran Ultraviolet range A (PUVA).
3.   Gastritis/ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptor  H2.
4.    Antiagregasi trombosit Analgrelide turunan dari Quinazolin.
5.   Anagrelid digunakan sebagai substitusi atau tambahan ketika hidroksiurea tidak memberikan toleransi yang baik atau dalam kasus trombositosis sekunder (jumlah platelet tinggi). Anagrelid mengurangi tingkat pembentukan trombosit di sumsum. Pasien yang lebih tua dan pasien dengan penyakit jantung umumnya tidak diobati dengan anagrelid.

2. Pohon Masalah
2.1 Patofisiologi
Terdapat 3 jenis polisitemia yaitu relatif (apparent), primer, dan sekunder.
1.  Polisitemia relatif berhubungan dengan dehidrasi. Dikatakan relatif karena terjadi penurunan volume plasma namun massa sel darah merah tidak mengalami perubahan.
2.    Polisitemia primer disebabkan oleh proliferasi berlebihan pada sel benih hematopoietik tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan kadar eritropoietin rendah. Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi karena rangsangan eritropoietin yang kuat.
3.    Polisitemia sekunder, dimana proliferasi eritrosit disertai peningkatan kadar eritropoietin. Peningkatan massa sel darah merah lama kelamaan akan mencapai keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin kembali normal. Contoh polisitemia ini adalah hipoksia.
Mekanisme terjadinya polisitemia vera (PV) disebabkan oleh kelainan sifat sel tunas (stem cells) pada sumsum tulang. Selain terdapat sel batang normal pada sumsum tulang terdapat pula sel batang abnormal yang dapat mengganggu atau menurunkan pertumbuhan dan pematangan sel normal. Bagaimana perubahan sel tunas normal jadi abnormal masih belum diketahui.
Progenitor sel darah penderita menunjukkan respon yang abnormal terhadap faktor pertumbuhan. Hasil produksi eritrosit tidak dipengaruhi oleh jumlah eritropoetin. Kelainan-kelainan tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan DNA yang dikenal dengan mutasi.Mutasi ini terjadi di gen JAK2 (Janus kinase-2) yang memproduksi protein penting yang berperan dalam produksi darah.
Pada keadaan normal, kelangsungan proses eritropoiesis dimulai dengan ikatan antara ligan eritropoietin (Epo) dengan reseptornya (Epo-R). Setelah terjadi ikatan, terjadi fosforilasi pada protein JAK. Protein JAK yang teraktivasi dan terfosforilasi, kemudian memfosforilasi domain reseptor di sitoplasma. Akibatnya, terjadi aktivasi signal transducers and activators of transcription (STAT). Molekul STAT masuk ke inti sel (nucleus), lalu mengikat secara spesifik sekuens regulasi sehingga terjadi aktivasi atau inhibisi proses trasnkripsi dari hematopoietic growth factor.Pada penderita PV, terjadi mutasi pada JAK2 yaitu pada posisi 617 dimana terjadi pergantian valin menjadi fenilalanin (V617F), dikenal dengan nama JAK2V617F. Hal ini menyebabkan aksi autoinhibitor JH2 tertekan sehingga proses aktivasi JAK2 berlangsung tak terkontrol. Oleh karena itu, proses eritropoiesis dapat berlangsung tanpa atau hanya sedikit hematopoetic growth factor.
Terjadi peningkatan produksi semua macam sel, termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. Volume dan viskositas darah meningkat. Penderita cenderung mengalami thrombosis dan pendarahan dan menyebabkan gangguan mekanisme homeostatis yang disebabkan oleh peningkatan sel darah merah dan tingginya jumlah platelet.
Thrombosis dapat terjadi di pembuluh darah yang dapat menyebabkan stroke, pembuluh vena, arteri retinal atau sindrom Budd-Chiari. Fungsi platelet penderita PV menjadi tidak normal sehingga dapat menyebabkan terjadinya pendarahan. Peningkatan pergantian sel dapat menyebabkan terbentuknya hiperurisemia, peningkatan resiko pirai dan batu ginjal.

Mekanisme yang diduga untuk menyebabkan peningkatan poliferesi sel induk hematopoietik adalah sebagai berikut:
1.  Tidak terkontrolnya poliferesi sel induk hematopoietik yang bersifat neoplastik
2. Adanya faktor mieloproliferatif abnormal yang memepengaruhi poliferasi sel induk hematopoietik normal.
3. Peningkatan sensivitas sel induk hematopoietik terhadap eritropoitin, interlaukin,1,3 GMCSF dan sistem cell faktor.


Adapun perjalanan klinis polisitemia yaitu :
       a. Fase eritrositik atau fase polisitemia.
Fase ini merupakan fase permulaan. Pada fase ini didapatkan peningkatan jumlah eritrosit yang dapat bertanggung jawab 5-25 tahun. Pada fase ini dibutuhkan flebotomi secara teratur untuk menggendalikan viskositas darah dalam batasan normal.
b. Fase brun out (terbakar habis) atau spent out (terpakai habis ).
Dalam fase ini kebutuhan flebotomi menurun sangat jauh atau pasien memasuki priode panjang yang tampaknya seperti remisi, kadang-kadang timbul anemia tetapi trombositosis dan leokositosis biasanya menetap.
c. Fase mielofibrotik
Jika terjadi sitopenia dan splenomegali progresif, manifestasi klinis dan perjalanan klinis menjadi serupa dengan mielofibrosis dan metaplasia mieliod. Kadang- kadang terjadi metaplasia mieloid pada limpa, hati, kelenjar getah bening dan ginjal.
d. Fase terminal
Pada kenyataannya kematian pasien dengan polisitemia vera diakibatkan oleh komplikasi trombosis atau perdarahan. Kematian karena mielofibrosis terjadi pada kurang dari 15%. Kelangsungan hidup rerata (median survival) pasien yang diobati berkisar anatara 8 dan 15 tahun, sedangkan pada pasien yang tidak mendapatkan pengobatan hanya 18 bulan. Dibandingkan dengan pengobatan flibotomi saja, resiko terjadinya leukemia akut meningkat 5 kali jika pasien diberi pengobatan fosfor P32 dan 13 kali jika pasien mendapatkan obat sitostatik seperti klorambusil.














2.2  Pathway
 


































BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POLISITEMIA

A.   Pengkajian

1. Identitas  klien
(Meliputi :nama,umur,alamat,nomorregister,pekerjaan,pendidikan,agama)
2. Keadaan dan keluhan utama
(Apa yang menjadi keluhan utama yang dirasakan klien saat kita lakukan yaitu pucat,cepat lelah,takikardi,palpitasi,dan takipnoe)
3. Riwayat penyakit dahulu
-adanya penyakit kronis seperti penyakit hati,ginjal
-adanya perdarahan kronis/adanya episode berulangnya perdarahan kronis
-adanya riwayat penyakit hematology,penyakit malabsorbsi.
4. Riwayat penyakit keluarga
-Adanya riwayat penyakit kronis dalam keluarga yang berhubungan dengan status penyakit yang diderita klien saat ini
-adanya anggota keluarga yang menderita sama dengan klien
-adanya kecendrungan keluarga untuk terjadi anemia
5. Riwayat penyakit sekarang
-apa yang dirasakan klien saat ini yang berhubungan dengan status penyakit yang dideritanya(anemia)
6. Data sosial,psikologis dan agama
-Keyakinan klien terhadap budaya dan agama  yang mempengaruhi kebiasaan klien dan pilihan pengobatan misal penolakan transfusi darah
-adanya depresi
7. Data kebiasaan sehari-hari
a.      Nutrisi
-   Penurunan masukan diet
-   masukan diet rendah protein hawan
-   kurangnya intake zat makanan tertentu:vitamin b12,asam folat

b.   Aktivitas istirahat
- frekuensi dan kualitas pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
c.     Eliminasi BAK dan BAB
- Frekuensi,warna,konsistensi dan bau
8. Pemeriksaan Fisik
a.  Sistim Sirkulasi
Gejala :
-   riwayat kehilangan darah kronis
-   riwayat endokarditis infektif kronis
   palpitasi
Tanda:             
- Tekanan darah : Peningkatan sistolik dengan diastolic stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
-  Disritmia:abnormalitas EKG misal:depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T jika terjadi takikardia.
-  Denyut nadi : takikardi dan melebar
-  Ekstremitas : Warna pucat pada kulit dan membran mukosa (konjongtiva,mulut, faring, bibir dan dasar kuku)
-  Sklera : Biru atau putih seperti mutiara.
-  Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi)
- Kuku : Mudah patah.
- Rambut : Kering dan mudah putus.
b. Sistim Neurosensori
Gejala:
-  sakit kepala,berdenyut,pusing,vertigo,tinnitus,ketidakmampuan berkosentrasi
-  imsomnia,penurunan penglihatan dan adanya bayangan pada mata
-   kelemahan,keseimbangan buruk,kaki goyah,parestesia tangan /kaki
-  sensasi menjadi dingin
Tanda:
-  Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
-  Mental : tak mampu berespon.
-  Oftalmik : Hemoragis retina.
-  Gangguan koordinasi.
c. Sistim Pernafasan
Gejala:
 - napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas
Tanda :
- Takipnea,ortopnea, dan dispnea
     d. Sistim Nutrisi
Gejala:
- penurunana masukan diet,masukan protein hewani rendah
- nyeri pada mulut atau lidah,kesulitan menelan(ulkus pada faring)
- mual muntah,dyspepsia,anoreksia
- adanya penurunan berat badan
Tanda:
- Lidah tampak merah daging
- Membran mukosa kering dan pucat.
- Turgor kulit : buruk, kering, hilang elastisitas.
 - Stomatitis dan glositis.
- Bibir : Selitis(inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah)
     e. Sistim Aktivitas/ Istirahat
Gejala:
-  Keletihan,kelemahan,malaise umum
-  kehilamgan produktivitas,penurunan semangat untuk bekarja
-  toleransi terhadap latihan rendah
 - kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
Tanda:
- Takikardia/takipnea,dispnea pada bekerja atau istirahat.
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.
- Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
- Ataksia,tubuh tidak tegak
f.  Sistim Seksualitas
Gejala:
 - hilang libido(pria dan wanita)
 - impoten
   Tanda:
  -Serviks dan dinding vagina pucat
g. Sistem keamanan dan nyeri
Gejala:
   - riwayat pekarjaan yang terpapar terhadap bahan kimia
      - riwayat kanker
      - tidak toleran terhadap panas dan dingin
      - transfusi darah sebelumnya
      - gangguan penglihatan
      - penyembuhan luka buruk
 - sakit kepala dan nyeri abdomen samar
Tanda:
-Demam rendah, menggigil, dan berkeringat malam.
-Limfadenopati umum
-Petekie dan ekimosis.
-Nyeri abdomen samar dan sakit kepala.


B. DIAGNOSA KEPERWATAN
1.    Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel tubuh.
2.    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang menurun
3.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supplai oksigen dan kebutuhan/kelelahan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1)    Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel tubuh.
·         Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam Px menunjukkan perfusi ade  kuat  .
·         KH       : tanda vital stabil, membrane merah muda, pengisian kapiler baik
·         Intervensi
1.    Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler dan warna kulit atau membrane mukosa.
R/         : Memberikan informasi tentang derajat/ keadikuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan interfensi
2.     Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
R/         : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler kecuali bila ada hipotensi
3.    Kaji pernafasan, auskultasi bunyi napas
R/         : Dispnea, gemericik menunjukkan adanya peningkatan kompensasi jantung untuk pengisian kapiler
4.    Awasi pemeriksaan Laboratorium : Hb,Ht, Jumlah SDM, GDA
R/         : Kenyamanan pasien akan kebutuhan rasa hangat harus seimbang untuk mengindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi (penurunan perfusi organ
5.    Berikan transfusi darah (SDM darah lengkap/ packed, produk darah sesuai dengan indikasi).  Awasi ketat untuk komplikasi tranfusi
R/         : Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan ataupun respon terhadap terapi. Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan
2)    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang menurun
·         Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan nutrisi pasien tercukupi
·         KH       : peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal, tidak mengalami tanda malnutrisi, menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk menigkatkan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
·         Intervensi        :
1.    Kaji riwayat nutrisi
R/         : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan interfensi
2.    Mengobservasi intake nutrisi pasien, timbang berat badan setiap hari.
R/         : Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan nutrisi, mengawasi penurunan
3.    Berikan diet halus, rendah serat, menghindari makanan panas, pedas atau terlalu asam sesuai indiksi bila perlu berikan suplemen nutrisi
R/         : Meningkatkan nafsu makan dan intake oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan infeksi. Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi intake makanan yang dapat ditoleransi pasien, meningkatkan masukan protein dan kalori.
4.    Kolaborasi dengan ahli gizi.
R/         : Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
5.    Pantau pemeriksaan Lab : Hb, Ht, BUN, Albumin, Protein, Transferin, Besiserum, B12, Asam folat.
R/         : Meningkatkan efektivitas program pengobatan termasuk sumber diet nutrisi yang diperlukan.

3)    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supplai oksigen dan kebutuhan/kelelahan
·         Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ada peningkatan toleransi aktivitas.
·         KH       : menujukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi misalnya: nadi, pernafasan dan pertahanan darah dalam rentang normal.
·         Intervensi        :
1.    Kaji kemampuan klien untuk aktivitas, catat adanya kelemahan
R/         : Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan
2.     Awasi dan kaji TTV selama dan sesudah aktivitas, catat respon terhadap tingkat aktivitas seperti denyut jantung, pusing, dispnea, takipnea.
R/         : Manifestasi kardiopolmunal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen ade kuat ke jaringan.
3.    Berikan bantuan dalam aktivitas dan libatkan keluarga
R/         : Meningkatkan harga diri pasien.
4.    Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, tingkatkan aktivitas sesuai toleransi dengan tehnik penghematan energi serta menghentikan aktivitas jika palpitasi, nyeri dada, napas pendek, atau terjadi pusing.
R/         : Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki tonus otot, dengan membatasi adanya kelemahan, serta menghindari terjadinya regangan/ stress kardiopolmonal yang dapat menimbulkan dekompensasi/ kegagalan.








BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Polisitemia adalah suatu keadaan yang menghasilkan tingkat peningkatan sirkulasi sel darah merah dalam aliran darah. Orang dengan polisitemia memiliki peningkatan hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel darah merah di atas batas normal melebihi 6 juta/ mm atau hemoglobinnya melebihi 18 g/dl. Ada dua jenis utama polisitemia: polisitemia vera( primer) dan polisitemia sekunder. Polisitemia vera (yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "polisitemia benar") juga dikenal sebagai suatu jenis polisitemia primer. Primer berarti bahwa polisitemia tidak disebabkan oleh gangguan lain.  Polisitemia Primer: Dalam polisitemia primer peningkatan sel darah merah adalah karena masalah yang melekat dalam proses produksi sel darah merah.  Polisitemia sekunder: polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap faktor-faktor lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti tumor hati, tumor ginjal atau sindroma Cushing.
Terapi yang dilakukan tergantung dari penyebab dasar dari polisitemia tersebut. Polisitemia sendiri diterapi dengan cara mengurangi atau mengeluarkan darah dari dalam tubuh sampai dengan jumlah hematokrit berada di dalam batas normal. Apabila penyebab polisitemia tidak diketahui, maka yang diperlukan adalah monitor teratur.

B.   SARAN
Guna sempurnanya makalah kami ini,kami sangat mengaharapkan kritik dan saran dari Rekan-rekan kelompok lain serta dari Dosen Pembimbing.











BAB III
Asuhan Keperawatan Kasus Polisitemi

Kasus
Ny.B (55) tahun sudah tiga hari terbaring lemas di rumah. Sebelumnya ia mengeluh cepat lelah saat beraktifitas, sakit kepala,mual muntah, dan berkurangnya penglihatan. Kemudian pada tanggal 20 Agustus 2014 jam 08.05 keluarga ny.B membawanya ke Rs. Sejahtera , setalah dilakukan pemeriksaan didapat  Td 140/95 mmHg, Nadi 110X/mnt, RR18X/mnt,S normal, hasil lab. Menunjukkan Hb 16gr/dL, hematokrit 63% ,leusitosis dan trombositosi dan adanya peningkatan volume darah.

A. Pengkajian

1.    Identitas klien
Nama              : ny.B
Umur               : 55 Thn
Alamat             : Ds, Bg
No. Reg           : 55678
Pekerjaan        : Wiraswasta
Agama             : Islam
MRS                : 29 Agustus 2014
Dx. Medis        : Polisitemia Vera
2.     Keluhan Utama
Saat MRS                   : Klien mengeluh cepat lelah saat melakukan aktivitas dan pusing.
Saat pengkajian          : klien mengatakan pusing.
3.     Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum di bawa ke rumah sakit  Sejahtera saat ini keluarga pasien mengatakan klien sudah tiga hari sakit di rumah ,mengeluh cepat lelah saat melakukan aktivitas, pusing, lemas, pucat dan ketika melihat sesuatu tampak tidak jelas. Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit. Setelah tiga hari tidak menemukan tanda-tanda kesembuhan pada klien , keluarga segera membawanya ke rumah sakit Sejahtera pada tanggal 20 Agustus 2014 jam 08.05 WIB. Dan setelah dilakukan pemeriksaan klien menderita sakit polisitemia vera dan di haruskan di rawat di R. Anggrek.
4.    Riwayat penyakit Dahulu
Klien mengatakan belum pernah menderita sakit apapun sebelumnya.
5.     Riwayat penyakit Keluarga
Klien dan keluarga mengatakan belum pernah merasakan keluhan seperti yang klien rasakan saat ini.
6.    Riwayat psikososial
a)   Persepsi dan Harapan Klien terhadap masalahnya
Klien merasakan tanda-tanda sakit , tetapi klien tidak mengetahui sakitnya dan cara mengatasinya.
b)    Persepsi dan harapan keluarga terhadap masalah klien
Keluarga klien berharap cepat sembuh dari penyakitnya
c)    Pola interaksi dan komunikasi
klien berkomunikasi dengan baik dan menggunakan bahasa campuran ( jawa dan indonesia)
d)    Pola pertahanan
Klien selalu bercerita tentang keadaanya saat merasakan sakit kepada keluarganya, biasanya klien mengatasi keluhan sakitnya dengan membeli obat di apotik.
e)    Pola nilai dan kepercayaan
Klien mengatakan aktivitas ibadahnya terganggu karena sakit yang dideritanya.
f)     Pengkajian Konsep Diri
1.    Ideal diri                 : klien  menganggap bahwa dirinya ibu yang baik bagi anak-anaknya dan istri yang baik bagi suaminya
2.    Peran diri               : Klien merupakan seorang istri dan ibu dari 2 anaknya
3.    Gambaran diri       : Klien menganggap dirinya memiliki postur sedang dengan warna kulit sawo matang dan mampu menerima perubahan pada dirinya setelah sakit
4.     Harga diri             : klien merasa di sayang sama keluarganya karena di rawat dengan baik saat sakit.




7.    Genogram
 








           
            Keterangan :
 

            = Perempuan Meninggal
            
= Laki-laki meninggal
 

= Perempuan
 

= Laki-laki
Oval: K
 

= Klien

            = Garis keturunan
            = Garis Perkawinan

            = Tinggal satu rumah









8.     Pola kasehatan Sehari-hari
a. pola Nutrisi
• Di rumah       : sebelum sakit klien tidak teratur makan, makan dengan menu yang sederhana, tidak terlalu menghiraukan hygine. Setelah menderita sakit klien menolak jika di beri makanan oleh keluarga, makan agar dan susu yang tidak dihabiskan.
• Di Rs             : setelah di rawat sampai saat pengkajian klien makan bubur, susu , dan agar-agar yang selalu tidak dihabiskan. Makan yang di beri dari Rs tidak di makan sama sekali.
b. Pola eliminasi
• Di rumah       : sebelum sakit klien BAB 1X sehari dan BAK 3X sehari, setelah sakit klien hanya BAB 1X dan BAB 3X sehari.
Di Rs                 : saat di pengkajian klien mengatakan belum BAB dan terpasang kateter 500 liter dan sedikit ad darah di urine.
c. Pola istirahat
• Di rumah       : sebelum sakit istirahat klien terpenuhi ±8 jam sehari ,saat sakit istirahat klien berkurang karena rasa sakitnya.
• Di Rs             : saat pengkajiaan klien mengatakan tidak nyenyak saat tidur karena lingkungan yang asing dan ramai.
d. Pola aktifitas
• Di rumah       : sebelum sakit klien beraktifitas normal, setelah sakit klien mengeluh cepat lelah saat melakukan aktifitas, dan beraktifitas dengan bantuan keluarga.
• Di Rs             : saat di rumah sakit semuaaktifitas klien di bantu oleh keluarga.
9.    Pemeriksaan Fisik
1. Breath         : terdapat  takipnea dan dispnea
2. Blood           : TD: 140/95 mmHg, N: 110x/menit ( Takikardi), sakit kepala, CRT kembali >3 detik
3. Brain            : tidak ada masalah, Kesadaran Compos mentis, GCS 456
4. Bladder        : tidak ada masalah
5. Bowel          : tidak ada masalah
6. Bone            : adanya kelemahan, KO   4-4-4-4.


10.   Pemeriksaan Penunjang
Nama komponen
Hasil
Nilai normal
Eritrosit
6,5 jt/ml darah
4,0-5,5 jt/ml darah
Leukosit
13.500/ ml darah
4000-11000 /ml darah
Trombosit
473,000 /ml darah
150,000-400,000 /ml darah
Hematokrit
63%
36-48%
Hemoglobin
16 ,5 gr/ 100 ml
12-16 gr/100 ml

11.  Penatalaksanaan
1)    Infus RL 20 tpm
2)    flebotomi






















ANALISA DATA
Nama  : ny,B
Ruang : R. anggrek
No.reg : 55678

No.
Tgl , jam
Kelompok Data
Masalah
etiologi
1.











2.
29/8/14, jam 10.00










29/8/14
Jam 14.00
S : -klien mengatakan cepat lelah saat beraktivitas.


O : - RR :
      - klien terlihat lemah
      - KO 4-4-4-4
      - eritrosit 6,5 jt/ml
      - pucat
      - terpasang infus

S : - klien mengatakan mual dan muntah.

O : - mukosa kering
      - terlihat lemas
      - turgor normal          kembali >3 dtk
      - terpasang infus
      - lemas
      - pucat

Intoleransi aktivitas










Nutrisi kurang dari kebutuhan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan atau kelelahan







intake yang menurun










DAFTAR MASALAH
Nama  : ny, B
Ruang : R.anggrek
No.reg : 55678

NO
Tgl muncul
Masalah keperawatan
Tgl teratasi
TTD
1






2.
29/08/2014






29/08/2014
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan atau kelelahan


Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang menurun



















RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supplai oksigen dan kebutuhan/kelelahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ada peningkatan toleransi aktivitas.
KH       : menujukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi misalnya: nadi, pernafasan dan pertahanan darah dalam rentang normal.
Intervensi        :
Kaji kemampuan klien untuk aktivitas, catat adanya kelemahan
R/        : Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan
 Awasi dan kaji TTV selama dan sesudah aktivitas, catat respon terhadap tingkat aktivitas seperti denyut jantung, pusing, dispnea, takipnea.
R/        : Manifestasi kardiopolmunal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen ade kuat ke jaringan.
Berikan bantuan dalam aktivitas dan libatkan keluarga
R/        : Meningkatkan harga diri pasien.
Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, tingkatkan aktivitas sesuai toleransi dengan tehnik penghematan energi serta menghentikan aktivitas jika palpitasi, nyeri dada, napas pendek, atau terjadi pusing.
R/        : Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki tonus otot, dengan membatasi adanya kelemahan, serta menghindari terjadinya regangan/ stress kardiopolmonal yang dapat menimbulkan dekompensasi/ kegagalan.













2.    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang menurun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan nutrisi pasien tercukupi
KH       : peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal, tidak mengalami tanda malnutrisi, menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk menigkatkan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi        :
Kaji riwayat nutrisi
R/        : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan interfensi
Mengobservasi intake nutrisi pasien, timbang berat badan setiap hari.
R/        : Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan nutrisi, mengawasi penurunan
Berikan diet halus, rendah serat, menghindari makanan panas, pedas atau terlalu asam sesuai indiksi bila perlu berikan suplemen nutrisi
R/        : Meningkatkan nafsu makan dan intake oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan infeksi. Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi intake makanan yang dapat ditoleransi pasien, meningkatkan masukan protein dan kalori.
Kolaborasi dengan ahli gizi.
R/        : Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Pantau pemeriksaan Lab : Hb, Ht, BUN, Albumin, Protein, Transferin, Besiserum, B12, Asam folat.
R/        : Meningkatkan efektivitas program pengobatan termasuk sumber diet nutrisi yang diperlukan.







CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama  : ny,B
Ruang : R.anggrek
No.reg : 55678

NO
Tgl/jam
Tindakan keperawatan
TT
1
29/08/2014
1
a. mengobsevasi TTV
N : 97X/ mnt
RR: 18X/ mnt
TD: 130/85 mmHg
S: 37 C
b. membantu memberi makanan sedikit tapi sering
Respon : klien tidak kooperatif karena anoreksia
c. mengobservasi frekwensi nafas
Respon : RR 18X/mnt dan tidak terdapat suara tambahan
d. membantu memberikan minuman air putih 2-3 l/hari
e. memantau pola tidur
Respon : klien kooperatif
f. membatasi aktifitas klien
respon : klien kooperatif
g. Mengobsevasi hasil lab.
Respon : Eritrosit 6 juta/ml darah,Hematokrit 63%, Hemoglobin 16 gram/100 ml darah, leukosit 12,000/ml darah, trombosit 466,000/ml darah
h. membantu memberikan terapi
respon : klien kooperatif

2
30/08/2014
14.00
a. memantau jumlah intake dan output
Respon : klien kooperatif
b. mengganti infus
Respon : klien mngatakan iya
c. menganjurkan klien minum air putih 2-3 l/hari
Respon : klien memahami
d. memberikan makanan yang mudah dikunyah
Respon : klien tidak kooperatif karena mual muntah
e. membantu memberikan obat anti emetik (anti mual)
Respon : klien kooperatif
f. mengobservasi TTV
N: 98x/mnt
RR: 20x/mnt
S :37 C
TD: 140/95 mmHg
g. mengobservasi pemeriksaan lab.
Respon : Eritrosit 6,5 juta/ml darah,Hematokrit 63%, Hemoglobin 16,5 gram/100 ml darah, leukosit 13,500/ml darah, trombosit 473,000/ml darah
g. memberikan obat antiemetik kolaborasi dokter
respon : klien kooperatif
h. membantu memberikan terapi
respon : klien  kooperatif




























CATATAN PERKEMBANGAN
Nama  : ny,B
Ruang : R.anggrek
No.reg : 55678

NO
Dx
Tgl/jam
Perkembangan
TTD
1

S : -Klien mengatakan lebih sehat dan lebih kuat
       - klien mengatakan lebih bebas bergerak
       - klien mampu memenuhi kebutuhan pribadinya secara mandiri

O : - Klien terlihat mampu mmemenuhi kebutuhan pribadinya sendiri
      - TD : 130/75 mmHg
      - N : 86X/mnt
      - RR : 16X/ mnt
      - S :37 C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

2

S : -Klien tidak merasakan mual dan muntah lagi
      - Klien mengatakan nafsu makan meningkat

O : - Klien terlihat lebih sehat
      - Nafsu makan meningkat
      - Mukosa bibir lembab
      - Klien tidak terlihat pucat
      - Tidak ada tanda-tanda mual muntah

A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi





No comments:

Post a Comment