Asuhan Keperawatan dengan Pankreatitis
Sumber:
Batu empedu alkohol infeksi (virus)edema spingter oddy
Aktivasi tripsin dalam pankreas
Penyumbatatan terjadi
protolitik di pankreas iritasi
refluk PANKREATITIS
inflamasi
leukosit
duodenum
duktus
pankreatikus
edema pankreas inflamasi
distensi
abdomen
mual-muntah
anoreksia
intake menurun resti dehidrasi
BB turun syok hipovolemi
Sumber:
Doenges, Marilyn E, Moorhouse, Mary Frances, dan Geissler,
Alice C.1992. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi
3. Jakarta : EGC
Fakultas Kedokteran UI. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta: Media Aesculaplus.
Engran, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.
Sabiston. 1994. Buku
Ajar Bedah. Jakarta. EGC.
BAB I
KONSEP DASAR
PENYAKIT
1.1 DEFINISI
Pankreatitis adalah radang pankreas
yang disertai oleh manifestasi local dan sistemik dan kebanyakan bukan
disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus melainkan akibat autodigesti oleh
enzim pankreas yang keluar dari asinus ke parenkim pankreas, selanjutnya enzim
ini merembes ke organ sekitarnya.
Pankreatitis
akut merupakan kedaruratan gastrointestinal yang sering ditemukan di klinik ( kapita selekta kedokteran, edisi 3, hal.498
)
Pada
penkreatitis kronik, terjadi kerusakan parenkim dan sistem duktus pankreas yang
berpulih dan disertai fibrosis. Patogenesisnya tidak jelas walaupun ketagihan
alkohol sering manjadi penyebabnya ( Buku
ajar Ilmu Bedah, edisi 3, hal. 716 )
1.2 ETIOLOGI
Tidak selalu mudah menentukan penyebab
suatu episode pankreatitis akut, namun pada dasarnya dapat diakibatkan oleh
infeksi, baik virus maupun bakteri, batu saluran empedu, alkohol atau
obat-obatan tertentu, sedangkan sebanyak 30% tak diketahui penyebabnya. Laporan
pengamatan di Indonesia, terjadinya pankreatitis akut sebagai komplikasi demam
berdarah dengue (DBD) atau demam tifoid merupakan suatu tanda prognosis yang
buruk karena sering diikuti keterlibatan atau kegagalan multiorgan, seperti
gagal ginjal akut atau gagal napas akut.
Faktor etiologi
pankreatitis akut
a.
Batu
saluran empedu
Pembentukan
batu bisa menyebabkan batu duktus koledokus tersangkut setinggi ampullla,
sehingga menyebabkan trauma atau obstruksi duktus pankreatikus atau regurgitasi
empedu ke dalam pankreas karena ‘’saluran bersama” tersumbat
b.
Infeksi
virus atau bakteri
Infeksi virus telah dihubungkan dengan
pankreatitis akut, khususnya gondongan dan infeksi Cox-sackie, peningkatan
sepintas amilase serum bukanlah merupakan hal yang luar biasa selama gondongan.
Penyakit virus lain seperti penyakit mononukleosis dan sitomegalovirus telah
dicurigai, tetapi tidak terbukti sebagai faktor etiologi.
c.
Alkoholisme
berat
Sebagian besar pasien pankreatitis akut mempunyai riwayat
minum alkohol berat atau penyalahgunaan alkohol yang bermakna akhir-akhir ini,
penelitian berskala besar menunjukkan bahwa 55-65% pankreatitis akut menyertai
alkoholisme, tetapi faktor ini bervariasi tergantung pada lokasi dan sifat
populasi yang berlaku. Patofisiologi pankreatitis yang diinduksi oleh alkohol
tetap belum jelas. Sarles memperlihatkan perkembangan peningkatan sekresi
pankreas yang mengikuti pemberian etanol menahun dan melihat perkembangan presipitan protein dalam duktus
pankreatikus, yang bisa menyebabkan obstruksi duktulus. Meknisme lain yang
mungkin mencakup pperkembangan peningkta permeabiitas eptel duktulus setelah
minum etanol, yang memungkingkan aliran enzim pankeas ke aam parenkim
sekeliingnya, dan efek menyebabkan hipersekresi asini menetap dan kemudian menimbulkan
cdra duktus. Setelah timbi pankreas akut, episode berulang pankreatitis yang
menyertai alkohol lazim ditemukan, jika pemaskan alkohol tidak dihentikan
secara total.
d.
Obat,
seperti steroid,
diuretik tizaid
Sejumlah obat telah terlibat dalam pekembangan
penkreatitis akut, tetapi tak satupun terbukti menyebabkan penyekit ini.
Pemberian steroid khususnya pada anak-anak dan dewasa muda berulang kali
ditemukan bersamaan dengan pankreatitis, tetapi sering kondisi yang menyebabkan
diberikannya steroid juga mungkin merupakan faktornya. Kombinasi penggunaan
steriod dan azatioprin setelah transplantasi ginjal dapat bertanggung jawab
bagi tinggianya insidens pankreatitis post taransplantasi ginjal.
e.
Hiperlipidemia,
terutama Fredericson tipe V
Ada hubungan kuat antara hiperplidemia dengan
perkembangan pankreatitis dan pasien dengan bentuk kelainan terlazim ( tipe IV
) atau hipertrigliseridemia mempunyai insidens pankreatitis sekitar 15%.
f.
Hiperkalsemia
Hiperkalsemia karena hiperparatiroidisme telah diduga
sebagai penyebab pankreatitis dan sengatan spesies khusus kalajengking yang
endemik di trinidad dan venezuela, triyus trinitatis, sering diikuti oleh
pankraetitis akut.
g.
Asidosis
metabolik
h.
Uremia
i.
Imunologi,
seperti lupus eritematous
j.
Pankreatitis
gestasional karena ketidakseimbangan hormonal
k. Defisiensi protein
l. Toksin
m. Lain-lain, seperti gangguan
sirkulasi, stimulasi vagal
faktor
etiologi yang biasa menyertai perkembangan pankreatitis kronik mencakup
penyalahgunaan alkohol, tetapi peradangan kronik dan fibrosis mungkin akibat
bermacam-macam faktor, termasuk trauma penyakit saluran empedu dan
hiperkalsemia.
Fibrosis
progresif menyebabkan perubahan bentuk parenkim, dengan hilangnya jaringan
asinus, pengurangan jumlah pulau langerhans, gangguan suplai vaskuler yang normal
dan perubahan bentuk atau obliterasi berbagai bagian susunan duktulus.
Kriteria gagal
organ
·
Syok
TD sistolik <90 mmHg
·
Insufisiensi
pulmonal PaO2
< 60 mmHg
·
Insufisiensi
renal
Kreatinin > 2 mg/dl
·
Pendarahan
gastrointestinal Jumlah
> 500ml/24 jam
1.3 PATOFISIOLOGI.
Mekanisme yang pasti tentang bagaimana
enzim-enzim yang dibuat oleh pankreas menjadi teraktivasi untuk melakukan otodigesti
kelenjar telah lama diteliti tetapi masih belum diketahui. Beberapa teori mengemukakan
bahwa agen toksik, seperti alcohol dan obat-obat dapat mengubah mekanisme pankreas
dalam mensekresi enzim, sehingga menyebabkan ativasi premature. Teori lainnya mengemukakan bahwa refluksisi duodenum yang
mengandung enzim teraktivasi memasuki duktus pankreas dan menyebabkan peradangan. Obstruksi pada duktus biliari dapat menyebabkan peningkatan tekanan dan pecahnya duktus pankreatik, aktivasi enzim-enzim eksokrin pankreas, atau refluks empedu dan getah duodenum kedalam pankreas. Mengesampingkan bagaimana enzim-enzim tersebut teraktivasi, kerusakan karena enzim terhadap sel-sel pankreas (sel-selasinus)
merupakan hasil dari proses penyakit. Dengan makin
banyaknya sel pankreatik yang rusak, makin banyak enzim pencernaan yang
dilepaskan, menyebabkan siklus berulang terhadap kerusakan pankreas. Tripsinogen, fosfolipase Adanelastase telah dikemukakan sebagai enzim utama yang bertanggungjawab untuk proses otodigestif.
Pankreatitis akut
diklasifikasikan berdasarkan gradasi yang
ditemukan dalam pankreas. Dalam bentuk ringan, terdapat area-area nekrosis lemak
di dalam dan di sekitar sel-sel pankreas bersama dengan edema interstitial.
Tidak terjadi nekrosis pankreas yang jelas. Bentuk pankreatitis ringan ini dapat
berkembang menjadi bentuk yang lebih parah dengan nekrosis lemak yang meluas di
dalam dan di sekitar pankreas, nekrosis selular pankreatik dan hemoragi di
dalam pankreas.
Pada sebagian besar
pasien, pankreatitis akut dapat sembuh spontan dalam 5 sampai 7 hari, dengan fungsi
endokrin dan eksokrin pankreas kembali normal. Sebaliknya, pankreatitis berat dapat
mengenai setiap sistem organ di dalam tubuh.
1.4 MANIFESTASI KLINIS
Pada pankreatitis akut, pasien datang dengan keluhan nyeri perut hebat,
melintang, dan tembus sampai ke bagian punggung. Biasanya disertai muntah. Rasa
nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen, umumnya tidak dapat diatasi dengan
obat analgesik biasa. Tidak jarang pasien datang dengan kembung atau mengarah
ke tanda-tanda ileus paralitik. Pada fase lanjut, pasien datang dalam keadaan
sindrom syok atau dengan hemodinamik yang tidak stabil.
Padapankretitis kronik, pasien datang
dengan nyeri abdomen yang menetap, yang biasanya terlokalisir pada mid
epigastrium dan bisa menembus ke daerah torako lumbalis posterior. Nyeri
biasanya mantap dan mungkin dicetuskan dengan makan atau mungkin timbul sebagai
krisis nyeri hebat terpisah yang menyertai peminum alkohol berat. Walaupun mual
dan muntah bisa timbul, tetapi terdapat hemodinamik yang kurang stabil
dibandingkan dengan yang terlihat pada pankreastits akut.
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Scan CT
b. Ultrasound
abdomen
c. Endoskopi
d. Aspirasijarumpenunjuk
CT
e. Foto abdomen
f. Pemeriksaanseri
GI atas
g. Amylase serum
h. Amylase urine
i. Lipase serum
j. Bilirubin
serum
k. Fosfatasealkalin
l. Albumin dan
protein serum
m. Kalsium serum
n. Kalium
o. Trigliserida
p. Darahlengkap
q. Glukosa serum
1.6 PENATALAKSANAAN
Terapi, baik medis
maupun bedah harus dilakukan pada waktu yang tepat untuk mencegah kegagalan multiorgan
yang umumnya bersifat fatal. Pada kasus dengan gagal multiorgan menetap atau hemodinamik
tidak stabil, sebaiknya ditangani oleh tim multidisiplin dan pasien dirawat di
ruang intensif.
Terapi medis yang dilakukan meliputi:
a. Pemberian cairan
dan nutrisi parenteral. Dilakukan pemasangan pipa nasogastric untuk mengistirahatkan
pankreas, dan mengatasi gejala ileus paralitik.
b. Pengobatan komplikasi
sistemik yang terjadi. Untuk nekrosis pankreas yang terinfeksi, dianjurkan obat
penetrasi tinggi kejaringan pankreas seperti siprofloksasin, ofloksasin, dan imipinem.
Pemberian profilaksis pada nekrosis aseptic belum terbukti bermanfaat.
c. Terapisimtomatis.
Bila perlu diberikan petidin 50-100 drip/24 jam. Dapat diberikan somatostatin
250 ug/jam pada kasus akut berat.
Bila pada minggu kedua tidak ditemukan kemajuan,
kemungkinan telah terjadi nekrosis yang luas, baik steril maupun infeksi.
Apalagi bila disertai leukosit >20.000/UI. Sebaiknya dilakukan tomografi
computer dan aspirasi untuk kultur mikrobiologi. Bila hasilnya positif, harus segera
dilakukan pembedahan.
1.7 POHON MASALAH
pankreas
NYERI
|
Resti infeksi
|
Kekurangan
volume cairan
|
Nutrisi;
kebutuhan kurang dari tubuh
|
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
A.
DATA
DASAR PENGKAJIAN PASIEN
a.
Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (nyeri akut); hipotensi dan takikardia
(syok hipovolemik atau toksemia),Edema, asites.
Gejala : Kulit
pucat, dingin,berkeringat(vasokonstriksi/perpindahan cairan); ikterik
(inflamasi /obstruksi duktus koledukus); warna biru-hijau kecoklatan di sekitar umbilicus (tanda cullen) dari
akumulasi darah (pancreatitis hemoragi).
b.
Integritas ego
Tanda : Agitasi,gelisah,distress,ketakutan.
c.
Eliminasi
Gejala :
Diare,muntah.
Tanda ; Sakit abdomen,distensi dan nyeri lepas
;kekakuan.Bising usus menurun/tak ada (penurunan peristaltic/ileus),Warna urine
gelap atau coklat,berbusa (empedu),Feses busuk,keabu-abuan, dan tak berbentuk
(steatore), Poliuria (terjadi DM).
d.
Makananataucairan
Gejala : Tidak toleran terhadap makanan, anoreksia,
muntah menetap, muntah-muntah.Penurunan berat badan
e.
Neurosensori
Tanda : Bingung, agitasi.Tremor kasar pada ekstremitas
(hipokalemia).
f.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri abdominal dalam berat yang tak
berhubungan, biasanya terlokasi pada epigastrium dan periumbilikal tetapi dapat
menyebar ke punggung. Timbulnya dapat tiba-tiba dan sering berhubungan dengan
minuman keras atau makan terlalu banyak.
Tanda : Dapat meringkuk dengan kedua tangan diatas
abdomen.
g.
Pernapasan
Tanda : Takipnea, dengan/tanpa dispnea. Penurunan
kedalaman pernapasan dengan tindakan menekan/tegang.Rales pada kedua basal
(efusi pleural).
h.
Keamanan
Tanda : Demam.
i.
Seksualitas
Tanda : Kehamilan (trimester ketiga ) dengan perpindahan
abdomen dan penenkanan pada traktus bilier
B.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
a.
Skan
CT : Menemukan luasnya edema dan nekrosis.
b.
Ultrasound
abdomen : Untuk mengidentifikasi inflamasi pancreas, abses, pseudositis, karsinoma,
obstruksi traktus bilier.
c.
Endoskopi
: penggambaran duktus pancreas berguna untuk diagnose fistula, penyakit
obstruksi bilier, dan striktur/anomaly duktus pancreas.
d.
Aspirasi
jarum penunjuk CT : menentukan adanya infeksi.
e.
Foto
abdomen : Dapat menunjukan dilatasi lubang usus besar berbatasan dengan
pancreas atau factor pencetus intraabdomen lain, adanya udara bebas
intraperitoneal disebabkan oleh perforasi/pembentukan abses,kalsifikasi
pancreas.
f.
Pemeriksaan
seri GI atas : Sering menunjukan bukti pembesaran pancreas/inflamasi.
g.
Amylase
serum : Meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pancreas (kadar normal
tidak menyingkirkan penyakit)
h.
Amylase
urine : Meningkat dalam 2-3 hari setelah timbul serangan.
i.
Lipase
serum : Biasanya meningkat bersama amylase,tetapi tetap tinggi lama.
j.
Bilirubin serum : Terjadi peningkatan umum
k.
Fosfatase
alkalin : Biasanya meningkat bila pancreatitis disertai oleh penyakit bilier
l.
Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan
permeabilitas kapiler dan transudasi cairan kearea ekstrasel).
m.
Kalsium serum : hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari
setelah timbul penyakit (biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai
nekrosis pankreas).
n.
Kalium : hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari
gaster; hiperkalemia dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan,
asidosis, insufisiensi ginjal.
o.
Trigliserida : kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan
mungkin agen penyebab pankreatitis akut.
p.
LDH/AST (SGOT) : mungkin meningkat lebih dari 15x normal
karena gangguan bilier dalam hati.
q.
Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80%
pasien. Hb mungkin menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat
(hemokonsentrasi) sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan kedalam
pankreas atau area retroperitoneal.
r.
Glukosa serum : meningkat sementara umum terjadi
khususnya selama serangan awal atau akut. Hiperglikemi lanjut menunjukkan
adanya kerusakan sel beta dan nekrosis pankreas dan tanda aprognosis buruk. Urine
analisa; amilase, mioglobin, hematuria dan proteinuria mungkin ada (kerusakan
glomerolus).
s.
Feses : peningkatan kandungan lemak (seatoreal)
menunjukkan gagal pencernaan lemak dan protein (Dongoes, 2000).
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.
Diagnosa
: nyeri akut
Dapat di hubungkan dengan :
a.
Obstruksi
pancreas,duktus bilier.
b.
Kontaminasi
kimia pada permukaan peritoneal oleh eksudat pancreas/autodigestive oleh
pancreas.
c.
Meluasnya
inflamasi ke saraf pleksus retroperitonieal.
Kemungkinan
dibuktikan oleh :
a.
Keluhan
nyeri
b.
Focus
pada diri sendiri,wajah meringis,perilaku distraksi/tegang.
c.
Respon
autonomic, gangguan tonus otot.
Kriteria hasil pasien
akan :
a.
Mengatakan
nyeri hilang/terkontrol.
b.
Mengikuti
program terapeutik.
c.
Menunjukkan
penggunaan metode yang menghilangkan nyeri.
TINDAKAN /
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Selidiki
keluhan verbal nyeri, lihat lokasi dan intensitas khusus (skala 0-10). Catat
factor-faktor yang meningkatkan dan menghilangkan nyeri.
|
Nyeri
berat sering merupakan gejala utama pada pasien dengan pancreatitis kronis.
Nyeri tersembunyi pada kuadran kanan atas menunjukkan keterlibatan kepala
pancreas. Nyeri pada kuadran kiri atas diduga keterlibatan ekor pancreas.
Nyeri terlokalisir menunjukkan terjadinya pseudokista atau abses.
|
Pertahankan
tirah baring selama serangan akut. Berikan lingkungan tenang.
|
Menurunkan
laju metabolic dan rangsangan/sekresi GI, sehingga menurunkan aktivitas
pancreas
|
Berikan
pilihan tindakan nyaman; dorong teknik relaksasi; aktivitas hiburan.
|
Meningkatkan
relaksasi dan memampukan pasien untuk memfokuskan perhatian
|
Pertahankan
lingkungan bebas makanan berbau.
|
Rangsangan
sensori dapat mengaktifkan enzim pancreas,meningkatkan nyeri
|
Berikan
analgesic pada waktu yang tepat.
|
Nyeri
berat/lama dapat meningkatkan syok dan lebih sulit hilang.memerlukan dosis
obat lebih besar yang dapat mendasari masalah/komplikasi dan dapat
memperberat depresi pernapasan.
|
Pertahankan
perawatan kulit, khususnya pada adanya aliran cairan dari fistula dinding
abdomen
|
Enzim
pancreas dapat mencerna kulit dan jaringan dinding abdomen, menimbulkan luka
bakar kimiawi.
|
Kolaborasi
Berikan
obat sesuai indikasi:
a.
Analgesik narkotik, contoh meperidin
(demerol)
b.
Sedatif,contoh
diazepam (valium);antispasmodik, contoh atropin.
c.
Antasida contoh milanta, maalox, amphogel, riopan
d.
Simetidin (tagamet); ranitidin (santac)
|
a.
Meperidin
biasanya efektif pada penghilangan nyeri dan lebih disukai dari pada morfin,
yang dapat menunjukkan efek samping spasme bilier- pankreas. Blok
paravertebral telah digunakan untuk meningkatkan kontrol nyeri lama. Catatan: pasien yang
mengalami episode pankreatitis berulang atau kronis mungkin sulit untuk
menangani karena mereka menjadi aditif terhadap pemberian narkotik untuk
mengontrol nyeri .
b.
Mempunyai potensi kerja narkotik untuk meningkatkan istirahat
dan menurunkan spasme otot/duktus, sehingga menurunkan kebutuhan metabolik,
skresienzim
c.
Menetralisi rasa gaster untuk menurunkan produksi enzim
pankreas dan menurunkan insiden perdarahan GI atas
d.
Penurunan sekresi
HCI menurunkan rangsangan pankreas dan nyeri karenanya
|
Tidak memberikan makanan dan cairan sesuai indikasi
|
Membatasi/menurunkan pengeluaran enzim pankreas dan nyeri
|
Pertahankan penghisapan gaster, bila menggunakan
|
Mencegah akumulasi sekresi enzim yang dapat merangsang
aktivitas pankreas
|
Siapkan untuk invensi bedah bola diindikasikan
|
Bedah eksplorasi mungkin diperlukan pada adanya nyeri/
komplikasi yang tak hilang pada bilier
|
2.
Diagnosa
Keperawatan : resiko tinggi infeksi
Faktor
risiko meliputi :
a.
Tidak
adekuatnya pertahanan utama stasis cairan tubuh, gangguan penstaltik perubahan
pH pada sekresi
b.
Penekanan
imun
c.
Defisiensi
nutrisi
d.
Kerusakan
jaringan kronis
Kemungkinan dibuktikan oleh:Tidak
dapat diterapkan adanya tranda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa actual.
Hasil yang diharapkan/
kriteria evaluasi pasien akan :
a.
Meningkatkan waktu penyembuhan bebas
tanda infeksi
b.
Tidak
demam
c.
Berpartisipasi
pada aktivitas untuk menurunkan resiko infeksi
TINDAKAN /
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Gunakan
teknik aseptik ketet bila mengganti balutan bedah ataunbekerja dengan infus
kateter/ selang, drein. Ganti balutan dengan cepat
|
Membatasi
sumber infeksi, dimna dapat menimbulkan sepsis pada pasien tentang. Catatan:
penelitian menunjukkan komplikasi infeksi bertanggung jawab terhadap 80%
kematian sehubungan dengan pankreatitis
|
Tekankan
mencuci tangan dengan
baik
|
Menurunkan
risiko kontaminasi silang
|
Observasi
frekuensi dan karakteristik pernapasan, bunyi napas. Catat adanyanbatuk dan
produksi sputum
|
Akumulasi
cairan dan keterbatasan mobilisasi mencetuskan infeksi pernapasan dan
atelektasis. Akumulasi cairan asites dapat menyebabkan peningkayan diafragma
dan pernapasan abdomen dangkal
|
Dorong
perubahanposisi sering, napas dalam, dan batuk . Bantu untuk ambulasi secepat
mungkin bila stabil
|
Meningkatkan
ventilasi segmen paru dan meningkatkan mobilitas sekresi
|
Obervasi
tanda infeksi
a.
Demam
dan distres pernapsan berhubungan dengan ikterik
b.
Peningkatan
nyeri abdomen , kekakuan nyeri tekan, penurunan/tak ada bising usus
|
a.
Ikterik
kolestatik dan penurunan fungsi paru muyngkin tanda pertama sepsis dari
organisme gram negatif
b.
Diduga
peritonitis
|
Kolaborasi
Ambil
spesimen kultur, contoh darah, luka, urine, sputum, atau aspirat pankreas
|
Mengidentifikasi
adanya infeksi dan organismen penyebab
|
Berikan
terapi antibiotik sesuai indikasi:
a.
Sefalosporin,
contoh sefoksitin natrium (mefoxin); aminoglikosida plus contoh gentamisin
(garamycin); tobramisisn( nebicin)
b.
Siapkan
intervensi bedah bila perlu
|
a.
Antibiotik
spektrum luas secara umum dianjurkan untuk sepsis. Namun terapi akan
didasari pada kultur organisme khusus
b.
Abses
mungkin secara bedah dikeluarkan dengan reseksi jaringan nekrotik. Selang
dapat dimasukan untuk irigasi antibiotik dan pengaliran debris pankreas.
Pseudokista (dan
selama beberapa minggu) mungkin dialirkan risiko dan insiden infeksi/ruptur
|
3. Diagnosa keperawatan
: Resiko tinggi terhadap, Kekurangan
volume cairan
Dapat dihubungkan dengan :
a. Kehilangan berlebihan:
muntah, penghisapan gaster
b. Peningkatan ukuran
dasar vaskuler (vasodilatasi, efekkinin)
c. Transudasi pada
area ketiga, pembentukan asites
d. Gangguan
proses pembekuan pendarahan
Kemungkinan dibuktikan oleh : [tidak dapat diterapkan adanya
tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa actual ]
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien akan
:
a. Mempertahankan
hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, turgor kulit baik,
pengisisan kapiler cepat, nadi perifer kuat
b. secara
individual mengeluarkan jumlah urine adekuat
TINDAKAN / INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Awasi
TD dan ukur CVP bila ada.
|
Perpindahan
cairan (pindah ke area ketiga) perdarahan, dan menghilangkan vasodilator
(kinin) dan faktor depresan jantung yang dipicu oleh iskemia pankreas dapat
menyebabkan hipertensi berat. Penuruna curah jantung/perfusi organ buruk
sekunder terhadap episode hipotensi
dapat mencetuskan luasnya komplikasi sistemik.
|
Ukur
masukan dan haluaran termasuk muntah/aspirasi gaster, diare. Hitung keseimbangan
cairan 24 jam.
|
Indikator
kebutuhan penggantian/ keefektifan
terapi.
|
Catat
warna dan karakter drainase gaster juga pH dan adanya darah.
|
Risiko
perdarahan gaster tinggi.
|
Timbang
berat badan sesuai indikasi. Hubungkan dengan perhitungan keseimbangan cairan
|
Penurunan berat badan menunjukkan
hipovolemia; namun edema, retensi cairan dan asites mungkin ditunjukkan oleh
peningkatan atau berat badan stabil,meskipun pada adanya kehilanganotot
|
Catat
turgor kulit, kulit/membran mukosa, kering, keluhan haus
|
Indikator
fisiologi lanjut dari dehidrasi .
|
Observasi
/ catat edema periver dan dependen. Ukur lingkar abdomen bila ada asites
|
Perpindahan cairan / edema terjadi
akibat peningkatan permeabilitas faskuler, retensi natrium, dan penurunan
tekanan osmotik koloid pada kompartemen intrvaskuler. Catatan : kehilangan
cairan (perpindahan) lebih besar dari 6L/24jam dipertimbangkan tanda
prognosis buruk
|
Selidiki
perubahan sensorik, contoh : bingung, respon lambat.
|
Perubahan
mungkin berhubungan dengan hipovolemia, hipoksia, ketidak seimbangan
elektrolit, atau delirium (pada pasien dengan pankreatitis akut sekunder
terhadap pemasukan alkohol berlebihan) penyakit pankreas berat dapat
menyebabkan psikosi toksik.
|
Auskultasi
bunyi jantung, catat frekuensi dan irama. Awasi /catat perubahan irama .
|
Perubahanjantung/disritmia
dapat menunjukkan hipovolemia dan/atau ketidakseimbangan elektrolit, umumnya
hipokalemia/hipokalasemia. Hiperkalemia dapat terjadi akibat nekrosis
jaringan, asidosis, dan gagal ginjal dan mencetuskan disritmia letal bila
tidak diperbaiki. Gallop S3 disertai JVD dan bunyi gemericik diduga gagal
jantung/edema paru. Catatan : Komplikasi kardiovaskuler umum dan termasuk IM,
perikarditis, dan efusi perikardial dengan/tanpa tamponade
|
Lihat
kulit untuk adanya petekie, hematoma
|
KID dapat diawali dengan keluarnya protease pankreas
aktif kedalam sirkulasi. Paling sering mempengaruhi organ ginjal, kulit dan paru-paru.
|
Kolaborasi
Berikan penggantian cairan sesuai indikasi, contoh cairan
garam faal, albumin, produk darah, dekstran
|
Pilihan cairan pengganti kurang penting pada kecepatan
dan keadekuatan perbaikan volume. Cairan garam faal dan albumin dapat digunakan
untuk mengikatkan mobilisasi cairan kembali kedalam area vaskuler. Dekstran dengan
berat molekul rendah kadang-kadang digunakan untuk menurunkan risiko disfungsi
ginjal dan edema paru sehubungan dengan pankreatitis.
|
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh hb/ht,
protein, albumin, elektrolit, BUN, kreatinin, osmolalitas urine dan natrium,
pemeriksaan koagulasi
|
Mengidentifikasi deficit/ kebutuhan penggantian dan terjadinya
komplikasi, contoh ATN,KID
|
Ganti elektrolit, contoh natrium, kalium, klorida,
kalsium sesuai indikasi
|
Penurunan pemasukan oral dan hilang berlebihan mempengaruhi
keseimbangan elektrolit /asam-basa, yang perlu mempertahankan fungsi seluler/organ
|
Siapkan/bantu
untuk lavase peritoneal, hemodialisa peritoneal
|
Membuang bahan
kimia toksik/enzim pankreas dan memungkinkan untuk perbaikan lebih cepat dari
abnormalitas metabolic pada kasus berat, tak sembuh dari pankreatitis akut
|
4. Diagnosa keperawatan
: nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Dapat dihubungkan dengan :
a. Muntah,
penurunan masukan oral
b. Pembatasan
diet
c. Kehilangan enzim
pencernaan dan insulin (sehubungan dengan obstruksi aliran pankreas atau nekrosis/autodigestive
)
Kemungkinan dibuktikan oleh :
a. Keluhan pemasukan
makanan tidak adekuat
b. Enggan makan,
keluhan gangguan sensasi pengecap, kurang tertarik pada makanan
c. Penurunan berat
badan
d. Tonus otot buruk
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan :
a. Menunjukkan peningkatan
berat badan
b. Tidak mengalami
tanda malnutrisi
c. Menunjukkan perilaku,
perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan
normal
TINDAKAN /
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Kaji
abdomen, catat adanya/ karakter bising usus, distensi abdomen, dan keluhan
mual
|
Distensi
abdomen dan atoni usus sering terjadi, mengakibatkan penurunan/tak adanya
bising usus. Kembalinya bising usus dan hilangnya gejala menunjukkan kesiapan
untuk penghentian aspirasi gaster (selng NGT)
|
Berikan
perawatan oral
|
Menurunkan
rangsangan muntah dan inflamasi/iritasi membran mukosa kering sehubungan
dengan dehidrasi dan bernapas dengan
mulut bila NGT dipasang
|
Bantu
pasien dalam pemilihan makanan/cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan
pembatasan bia diet dimulai
|
Kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan
pada pemenuhan kebutuhan saat ini untuk regenerasi jaringan dan penyembuhan
|
Observasi
warna/konsistensi/jumlah feses. Catat konsistensi lembek/bau busuk
|
Steatorea
terjadi karena pencernaan lemak tak sempurna
|
Catat
tanda peningkatan haus dan berkemih atau perubahan mental dan ketajaman
visual
|
Mewaspadakan
terjadinya hiperglikemia karena peningkatan pengeluaran glukagon (kerusakan
sel alfa) atau penurunan pengeluaran insulin ( kerusakan sel beta)
|
Tes
urine untuk gula dan aseton
|
Deteksi
dini pada penggunaan glukosa tak adekuat dapat mencegah terjadinya
ketoasidosis
|
Kolaborasi
Pertahankan
status puasa dan penghisap gaster pada fase akut
|
Mencegah
rangsangan dan pengeluaran enzim pankreas (sekretin) bila kimus dan asam HCL
masuk ke duodenum
|
Awasi glukosa
serum
|
Indikator
kebutuhan insulin karena hiperglikemia sering terjadi meskipun tidak selalu
pada kadar cukup tinggi untuk menghasilkan ketoasidosis
|
Berikan
hiperalimentasi dan lipid, bila diindikasikan
|
Pemberian
Ivkalori, lipid, adan asam amino harus diberikan sebelum penurunan
nutrisi/nitrogen memburuk
|
Mulai
pemasukan oral dengan cairan bening dan diet lanjut secara perlahan untuk
memberikan diet tinggi protein, tinggi karbohidrat bila di indikasikan
|
Pemberian
makan oral terlalu dini pada penyakit berat dapat mengeksaserbasi
gejala.Kehilanganfungsi pankreas/penurunan produksi insulin memerlukan diet
diabetik
|
Berikan
trigliserida rantai sedang (contoh MCT, portagen)
|
MCT
memberikan kalori/nutrien tambahan yang tidak memerlukan enzim pankreas untuk
pencernaan / absorpsi
|
Berikan
obat sesuai indikasi
a.
Vitamin
A D E K
b.
Penggantian
enzim contoh pankreatin (viokase), pankrelipase (cotazym)
c.
Antikolinegrik,
contoh metanhelin bromida (banthine)
|
a.
Kebutuhan
penggantian seperti metabolisme lemak terganggu, penurunan absorpsi/
penyimpangan vitamin larut dalam lemak
b.
Digunakan
pada pankreatitis untuk memperbaiki defisiensi untuk meningkatkan pencernaan
dan absorpsi nutrien
c.
Diperkirakan
menurunkan sekresi pankreas dan gaster dengan penekanan mekanisme vagal dan
penurunan motilitas
|
No comments:
Post a Comment