Asuhan Keperawatan dengan Low Back Pain
Sumber:
BAB III
Sumber:
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar
Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Lukman. Nurna Ningsih.2009.Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Jakarta:
Penerbit Salemba.
1. Pengertian
Sekitar 80% dari populasi,
seseorang dalam kehidupannya akan mengalami nyeri punggung bawah. Menurut Jones
B yang dikutip oleh Yuliano A, sebanyak 80% populasi orang dewasa dalam rentang
hidupnya akan mengalami cedera punggung bawah. Keterbatasan yang diakibatkan
oleh nyeri punggung bawah pada seseorang sangat berat. Kehilangan produktivitas
akibat nyeri punggung bawah dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar.
Nyeri punggung bawah merupakan penyebab kedua kunjungan ke dokter setelah
penyakit saluran napas atas. Sekitar 12% orang yang mengalami nyeri punggung
bawah menderita Herniasi Nukleus Pulposus atau HNP. Menurut Idyan, Low Back
Pain atau LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Masalah
nyeri puinggang yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering
terjadi pada mahasiswa.
Nyeri punggung bawah adalah perasaan
nyeri di daerah lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering
disertai penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2000). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial.
Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri
adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan
nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain
adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis walaupun sering jika
ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada masalah kehidupan
seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain
adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para
vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis
dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain
dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada muskuloskeletal
seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada
sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah
lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai
penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2000). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial.
Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri
adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan
nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain
adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis walaupun sering jika
ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada masalah kehidupan
seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain
adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para
vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis
dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain
dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada muskuloskeletal
seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada
sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa
pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain adalah nyeri kronik
atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya otot
para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus
pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.
Dari beberapa
pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain adalah nyeri kronik
atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya otot
para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus
pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.
2. Patofisiologi
Kontruksi punggung yang unik
memungkinkan terjadinya fleksibilitas dan member perlindungan terhadap sumsum
tulang belakang. Otot-otot abdominal berperan pada aktivitas mengangkat beban
dan sarana pendukung tulang belakang. Obesitas, masalah struktur, dan
peregangan perlebihanpada sarana pendukung ini menyebabkan nyeri punggung
perubahan degenerasi diskus intervetebra akibat usia menjadi fibrokorbiasa,
L4-L5 DAN L5-S1 mengalami stress mekanis dan menekan sepanjang radiks saraf
tersebut.
Kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastik yang tersusun atas
banyak unit yang kaku atau vertebrae dan unit fleksibel atau diskus intervertebralis
yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen, dan
otot paravertebralis. Konstruksi tersebut memungkin fleksibilitas, sementara
sisi lain tetap melindungi sumsum tulang belakang.
Keluhan nyeri punggung bawah dan keterbatasan
aktivitas menimbulkan keluhan atau masalah pada klien yang mengalami nyeri
punggung bawah.
3. Etiologi
Umumnya
nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskoloskeletal. Nyeri terjadi akibat gangguan muskuloskeletal dapat
dipengaruhi oleh aktivitas.
a. Regangan
lumbosakral akut
b. Ketidakstabilan
ligamen lumbosakral dan kelemahan otot.
c. Osteoartritis
tulang belakang.
d. Stenosis
tulang belakang
e. Masalah
diskus intervertebralis
f. Perbedaan
panjang tungkai
g. Pada
lansia, akibat fraktur tulang belakang, osteoporosis atau metastasis tulang
h. Penyebab
lain, seperti gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma
abdominal dan masalah psikosomatik.
Faktor resiko
secara fisiologi.
1.
Umur ( 20 – 50
tahun ).
2.
Kurangnya
latihan fisik.
3.
Postur yang
kurang anatomis.
4.
Kegemukan.
5.
Scoliosis
parah.
6.
HNP.
7.
Spondilitis.
8.
Spinal stenosis
( penyempitan tulang belakang ).
9.
Osteoporosis.
10. Merokok.
Faktor resiko dari lingkungan.
1. Duduk terlalu
lama.
2. Terlalu lama
pada getaran.
3. Keseleo atau
terpelintir.
4. Olah raga (
golp,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).
5. Vibrasi yang
lama.
Faktor resiko dari psikososial.
1.
Ketidak
nyamanan kerja.
2.
Depresi.
3.
Stress.
4. Manifestasi
Klinik
a. Keluhan
nyeri punggung akut maupun kronis atau berlangsung lebih dari dua bulan tanpa
perbaikan dan kelemahan.
b. Nyeri
bila tungkai ditinggikan dalam keadaan lurus, indikasi iritasi serabut saraf.
c. Adanya
spasme otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang
yang berlebihan)
d. Hilangnya
lengkungan lordotik lumbal yang normal
e. Dapat
ditemukan deformitas tulang belakang
5. Pemeriksaan
Penunjang
a. Sinar
X vertebra; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi infeksi,
osteoartritis atau skoliosis
b. Computed
tomography atau CT Scan; berguna untuk mengetahui penyakit yang mendasari,
seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi di sekitar kolumna vertebralis
dan masalah diskus intervertebralis.
c. Ultrasonografi
atau USG, dapat membantu mendiagnosis penyempitan kanalis spinalis.
d. Magneting
resonance imaging atau MRI, memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi
tulang belakang
e. Mielogram
dan diskogram, di mana sejumlah kecil bahan kontras disuntukkan ke diskus
intervertebralis untuk dapat melihat visualisasi sinar. Dapat dilakukan untuk
diskus yang mengalami degenaris atau protrusi diskus
f. Venogram
epidural, digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperlihatkan adanya pergeseran vena epidural
g. Elektromiogram
atau EMG dan pemeriksaan hantaran saraf digunakan untuk mengevaluasi penyakit
serabut saraf tulang belakang atau radikulopati
6. Penatalaksanaan
Sebagian
besar nyeri punggung dapat hilang sendiri dan akan sembuh dalam enam minggu
dengan tirah baring, pengurangan stres, dan relaksasi. Klien harus tetap
ditempat tidur dengan matras yang padat/ kayu penyangga dan tidak membal selama
dua sampai tiga hari. Pergi ke kamar mandi boleh dilakukan, namun kegiatan lain
seperti menerima telepon, mengasuh anak, aktivitas umum yang mengakibatkan
stres sebaiknya dihindari. Klien diposisikan sedemikian rupa sehingga fleksi
lumbal lebih, yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian
kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan klien sedikit menekuk lututnya,
atau berbaring miring dengan lutut dan panggul ditekuk atau posisi melingkar
dengan meletakkan bantal di antara lutut dan tungkai sertai menggunakan sebuah
bantalan di bawah kepala. Hindarkan posisi tengkurap karena akan memperberat
lordosis.
Kadang
klien perlu diberikan penanganan konservatif aktif dan fisioterapi. Traksi
pelvis intermiten dengan beban traksi seberat 7-13 kg memungkinkan penambahan
fleksi lumbal dan relaksasi otot. Fisioterapi ditujukan untuk mengurangi nyeri
dan spasme otot. Hindari terapi kolam bergolak bagi klien dengan masalah
kardiovaskular, karena klien tidak mampu menoleransi vasodilatasi perifer masif
yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas, yang dapat meningkatkan
ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada
stadium akut. Pemberian terapi ini juga perlu dihindari pada klien dengan
kanker dan gangguan perdarahan.
Perlu
diberikan obat-obatan untuk menangani nyeri. Analgetik narkotik untuk memutus
lingkaran nyeri, relaksan otot, dan obat penenang membuat klien rileks, serta
mengurangi otot yang mengalami spasme, sehingga nyeri dapat berkurang. Obat
antiinflamasi diberikan untuk mengurangi nyeri. Penggunaan kortikosteroid
jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan mencegah timbulnya
neurofibrosis, yang terjadi akibat iskemia. Penyokong punggung bawah dan brace
dapat dipakai untuk membatasi gerakan tulang belakang, mengoreksi postur, dan
mengurangi stres pada tulang lumbal bawah.
Transcutanneous
electrical nerve stimulation atau TENS adalah modalitas mengurangi nyeri
noninvasif yang dapat dibawa kemana-mana yang memungkinkan klien berpartisipasi
dalam aktivitas dengan nyaman tanpa obat. Stimulasi saraf elektris transkutan
diperkirakan mengurangi nyeri dengan melampaui input nyeri dan perangsangan
endorfin.
Peningkatan
mobilitas, kekuatan otot, dan kelenturan dapat dicapai melalui latihan bila
klien telah memungkinkan. Latihan dimulai secara bertahap dan ditingkatkan
begitu klien sembuh. Latihan hiperekstensi akan memperkuat otot paravertebralis,
latihan fleksi meningkatkan kekuatan dan gerakan punggung, sedangkan latihan
fleksi isometrik memperkuat otot batang tubuh. Latihan dilakuakn di bawah
pengawasan ahli fisioterapi dan disesuaikan dengan kemampuan klien, setiap
periode latihan selalu dimulai dengan relaksasi.
Teknik
terbaik dalam mengangkat adalah pengangkatan secara diagonal. Kaki memisah atau
terbuka, dengan satu kaki yang dominan sedikit ke depan dari kaki yang lain.
Ini memberikan basis penyangga yang lebar, lebih stabil, lebih bertenaga, dan
lebih kuat. Tekuk lutut dan berjongkok; jaga punggung tetap lurus dan kepala
juga lurus selama mengangkat. Posisi ini memberikan kekuatan yang lebih untuk
otot tungkai yang lebih luas dan menjaga keseimbangan punggung.
Tabel 2 Cara Berdiri, Duduk, Berbaring, Mengangkat
Barang, dan Latihan dengan Benar
NO
|
Posisi
|
Cara
|
1
|
Berdiri
|
1. Hindari
berdiri dan berjalan lama
2. Bila
harus berdiri lama, istirahatkan salah satu kaki pada pijakan kecil atau
kontak untuk mengurangi terjadi lordosis
3. Hindari
posisi kerja membungkuk ke arah depan
|
2
|
Duduk
|
1. Stres
pada punggung akan lebih besar pada posisi duduk dan pada posisi berdiri
2. Hindari
duduk dalam waktu yang lama
3. Duduk
pada kursi dengan posisi punggung tegak dengan dukungan punggung yang memadai
4. Pergunakan
pijakan kaki untuk memposisikan lutut lebih tinggi dari pinggul bila perlu
5. Hilangkan
rongga pada punggung dengan cara duduk dengan posisi “bokong ke depan”
6. Hindari
ekstensi lutut dan pinggul. Ketika mengendarai mobil, dorong kursi ke depan
agar terasa nyaman
7. Pertahankan
penyangga punggung
8. Lindungi
terhadap regangan ekstensi; meraih, mendorong, duduk dengan tungkai lurus
9. Duduk
dan berjalan secara bergantian
|
3
|
Berbaring
|
1. Istirahat
tubuh pada waktu tertentu, karena kelelahan dapat menyebabkan spasme otot
punggung
2. Letakkan
papan yang keras di bawah kasur agar dapat mempertahankan kesejajaran tubuh
3. Hindari
tidur tengkurap
4. Ketika
berbaring pada salah satu sisi, letakkan sebuah bantal di bawah kepala dan
sebuah lagi antara kedua tungkai, yang harus difleksikan pada pinggul dan
lutut.
5. Ketika
terlentang, gunakan sebuah bantal di bawah lutut untuk mengurang lordosis
|
4
|
Mengangkat
|
1. Saat
mengangkat barang, jaga agar punggung tetap lurus dan angkat beban sedekat
mungkin dengan tubuh. Angkat dengan otot tungkai besar, bukan dengan otot
punggung.
2. Lindungi
punggung dengan korset penyangga punggung ketika mengangkat barang
3. Jongkok
dan pertahankan punggung tetap lurus bila akna mengambil sesuatu di lantai
4. Hindari
memuntir batang tubuh, mengangkat di atas pinggang dan menjangkau sesuatu
untuk waktu lama
|
5
|
Latihan
|
1. Latihan
harian sangat penting dalam pencegahan masalah punggung
2. Berjalan
di luar rumah dan secara bertahap meningkatkan jarak dan kecepatan berjalan
sangat dianjurkan
3. Lakukan
latihan punggung yang dianjurkan dua kali sehari, tingkatkan latihan secara
bertahap
4. Hindari
gerakan melompat
|
7. Pohon
Masalah
Regangan
lumbosakral akut,ketidakstabilan ligament lumbosakral dan kelemahan
otot,osteoarthritis tulang belakang,stenosis tulang belakang,masalah
diskus intervertebra,ketidaksamaan
panjang tungkai ,lansia(perubahan struktur tulang belakang)gangguan ginjal,masalah
pelvis,tumor retroperineal,aneurisma abdominal,dan masalah
psikosomatik,obesitas,stress,dan depresi.
|
Spasme otot
paravertebral,iritasi serabut saraf punggung
|
Nyeri punggung
bawah
|
Respon psikologis terhadap nyeri,pengetahuan tentang
teknik mekanika tubuh melindungi punggung belum optimal
|
Perasaan
nyeri,Ketidaknyamanan
|
Nyeri
berhubungan dengan masalah muskuloskeletal
|
Tindakan dekompresi dan stabilisasi
|
Asuhan
keperawatan perioperatif
|
Port de entree
luka pasca bedah
|
Penurunan kemampuan untuk berdiri tegak dan berjalan
|
Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, dan berkurangnya
kelenturan
|
peran
berhubungan dengan gangguan mobilitas dan nyeri kronik
|
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan teknik mekanika tubuh melindungi punggung
|
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengna pport de entree
|
BAB
III
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Klien
diminta untuk menjelaskan tentang nyeri atau ketidaknyaman yang dirasakan,
misalnya lokasi nyeri, beratnya nyeri, durasi nyeri, sifat nyeri, penjalaran,
dan kelemahan tungkai. Bila nyeri punggung merupakan masalah kambuhan perlu
ditanyakan kontrol nyeri yang berhasil dilakukan. Tanyakan juga, bukti bahwa
nyeri punggung memengaruhi gaya hidup. Nyeri trauma di rasakan sehabis
istirahat dari aktivitas.Pada tingkat selanjutnya,terjadi spasme otot
paravertebral (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang
berlebihan)disertai hilangnya lengkung lordotik lumbal.Pada pengkajian
lain,perawat biasanya menemukan adanya hubungan keluarga,lingkungan tempat
tinggal,dan kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah.
Bagaimana pekerjaan dan aktivitas
rekreasi klien. Informasi mengenai nyeri dapat menjadi data dasar untuk
menentukan intervensi dan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga.
Evaluasi juga cara berjalan klien,
mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai, kekuatan motorik, dan
persepsi sensorik, serta ketidaknyamanan yang dialami. Secara umum, gerakan
klien selalu hati-hati, punggung selalu dijaga tetap tidak bergerak, dan kursi
yang dipilih untuk menyokong sebaiknya memiliki
lengan dengan ketinggian tempat duduk standar. Dapat ditemukan klien
duduk atau berdiri dengan posisi yang tidak biasa, melenggok menjauhi sisi yang
paling nyeri, dan mungkin meminta bantuan untuk melepas pakaian, karena gerakan
punggung akan mengakibatkan rasa tidak nyaman
Pada
pemeriksaan fisik, lakukan pengkajian lengkungan tulang belakang, krista
iliaka, dan simetrisitas bahu. Otot paraspinal dipalpasi, dan catat adanya
spasme serta nyeri tekan. Klien diminta membungkuk ke depan dan ke samping,
catat adanya nyeri dan keterbatasan gerak. Efek keterbatasan gerak terhadap
aktivitas sehari-hari harus dicatat. Kaji terhadap parestesi, kelemahan otot
atau paralisis, nyeri punggung dan tungkai dengan pengangkat tungkai lurus,
misal klien terlentang, tungkai klien diangkat ke atas dengan lutut diluruskan.
Perawat perlu memperhatikan tentang pengkajian cara berjalan, kurvatura dan
mobilitas tulang belakang, kesimetrisan panjang tungkai (penindihan tungkai
pada satu sisi dalam keadaan lurus sering menyebabkan nyeri akibat iritasi serabut saraf daerah lumbal).Efek
keterbatasan gerak terhadap aktivitas sehari-hari perlu di tentukan .
Pengkajian
psikososial spiritual dilakukan untuk melihat respon emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya,baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.Pengkajian tingkat pengetahuan atau pendidikan klien
mengenai perawatan dan pengobatan lanjutan perlu diperhatikan agar pemenuhan
informasi selanjutnya pada klien dapat terpenuhi
Perlu juga dikaji adanya obesitas
karena dapat menimbulkan nyeri punggung bawah. Demikian pula dengan nutrisi
harus dikaji secara lengkap.
Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pengkajian pasien menurut Arif Mutaqqin (2008 :
352-358)
terdiri dari :
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada pasien
dengan gangguan sistem persarafan sehubungan dengan HNP bergantung pada bentuk,
lokasi, jenis, injuri, dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya.
Pengkajian keperawatan HNP meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
1.
Anamnesis
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, nomor register, diagnosis medis. HNP terjadi pada umur pertengahan,
kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat
(mengangkat benda berat atau mendorong benda berat).
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri punggung bawah.
a. Propocatif/ paliatif
Adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda
berat).
b. Quality/ Quantity
Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat,
mendenyut, seperti kena api, nyeri
tumpul yang terus-menerus. Kaji penyebaran nyeri, apakah bersifat radikular
atau nyeri acuan (refered pain).
Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri
bertambah hebat karena adanya faktor pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang
batuk atau mengedan, berdiri atau duduk atau jangka waktu yang lama dan nyeri
berkurang bila dibuat istirahat atau berbaring. Sifat nyeri khas dari posisi
berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan menjalar ke bagian belakang
lutut, kemudian ketungkai bawah. Nyeri bertambah bila ditekan didaerah L5-S1
(garis antara dua krista iliaka).
c. Region
Letak atau lokasi nyeri, minta klien menunjukkan nyeri
dengan setempat-tempatnya sehingga letak nyeri dapat diketahuai dengan cermat.
d. Saverity
Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh
berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan
rasa nyeri dan memperberat nyeri. Aktivitas yang menimbulkan nyeri seperti
berjalan, menuruni tangga, menyapu, dan gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang
sedang diminum seperti analgesik, berapa lama klien menggunakan obat tersebut.
e. Time
Sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan
atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, semakin lama semakin nyeri.
Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa
tahun).
2.
Riwayat Penyakit Saat Ini
Kaji adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau
mendorong benda yang berat, pengkajian yang dapat meliputi keluhan paraparesis
flisid, parestesia, dan retensi urine. Keluhan pada punggung bawah,
ditengah-tengah area pantat dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Klien
sering mengeluh kesemutan (parastesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun
sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis,
yang juga bisa minimbulkan nyeri pinggang bawah yang keluhannya hampir mirip
dengan keluhan nyeri HNP sangat diperlukan untuk penegakkan masalah klien lebih
komprehensif dan memberikan dampak terhadapintervensi keperawatan selanjutnya.
3.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien
pernah menderita tuberkolosis tulang, osteomielitis, keganasan (mieloma
multipleks), dan metabolik (osteoporosis) yang semua penyakt ini sering
berhubungan dengan kejadian dan meningkatkan resiko terjadinya herniasi nukleus
pulposus (HNP). Pengkajian lainnya adalah menanyakan adanya riwayat hipertensi,
riwayat cidera tulang belakang, diabetes melitus, dan penyakit jantung.
Pengkajian ini berguna sebagia data untuk melakukan tindakan lainnya dan
menghindari komplikasi.
4.
Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita
hipertensi dan diabetes militus.
5.
Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu
dilakukan untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, dan respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat, apakah klien mengalami
dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan kecacatan, rasa
cemas, rasa ke tidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah
memberikan manifestasi berbeda pada setiap klien yang mengalami gangguan pada
tulang belakang. Semakin lama klien menderita paraparise tersebut, maka makin
akan bermanifestasi pada koping yang tidak efektif.
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh
karena klien mengalami kesulitan dalam beraktivitas mengakibatkan ketidak
mampuan dalam aktivitas ekonomi. Pola persepsi dan konsep diri yang ditemukan
adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah dan tidak
kooperatif, karena klien harus menjalani rawat inap maka perawat harus mengkaji
apakah keadaan iniakan memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya
perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Pengobatan HNP
yang memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga. Perawat juga melakukan pengkajian terhadap
fungsi neurologis dan dampak ganguan neurologisyang akan terjadi pada gaya
hidup individu. Perspektif keperawatan
dalam mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan
oleh defisit nurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana
pelayanan yang akan mendukung adaptasi klien dengan gangguan neurologis di
dalam sistem dukungan individu.
6.
Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada
keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data
dari pengkajian anamnesa. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan perissitem dan
terarah (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada B3 (Brain) dan B6 (Bone) dan
dihubngkan dengan keluhan klien.
a.
Keadaan Umum, pada HNP keadaan umum biasanya tidak
mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan padatanda-tanda vital
brakikardi, hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya
paraparise.
B1 (Breating)
jika tidak mengganggu sistem pernapasan biasanya pada pemeriksaan :
1) Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak
sesak napas , dan frekuensi pernapasan normal.
2) Palpasi, ditemukan taktil fremitus kiri dan kanan.
3) Perkusi, ditemukan adanya sura resonan pada seluruh
lapang paru.
4) Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi napas tambahan.
B2 (Blood),
bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya kualitas dan
frekuensi nadi normal, tekanan darah normal. Pada auskultasi, tidak ditemukan
bunyi jantung tambahan.
B3 (Brain),
merupakan pemeriksaan fokus yang lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada
sistem yang lain. Inspeksi umum,
kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya anglus, pelvis
miring/asimetris, postur tungkai yang abnormal. Hambatan pada pergerakan
punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak.
b. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya kompos mentis.
c. Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental, observasi penampilan klien dan tingkah
lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas
motirik. Status mental klien yang telah lama menderita HNP biasanya mengalami
perubahan.
d. Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I,
biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada
kelainan.
Saraf II,
hasil tesketajaman penglihatan biasanya normal.
Saraf III, IV, dan V, klien biasanya mengalami kesulitan mengangkat kelopak
mata, pupil isokor.
Saraf V, pada
klien HNP umumnya tidak ditemukan paralisis pada otot wajah dan refleks kornea
biasanya tidak ada kelainan.
Saraf VII, persepsi pengecapan dalam bats normal, wajah simetris.
Saraf VIII, tidak ditemukannya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik.
Saraf XI, tidak
ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi,
indra pengecapan normal.
e. Sistem motorik
1) Kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki dan ibu
jari, dan jari lainnya dengan memeinta klien untuk melakukan gerak fleksi dan
ekstensi lalu menahan gerakan tersebut.
2) Ditemukan atropi otot pada meleolus atau kaput fibula
dengan membandingkan kanan dan kiri.
3) Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada
otot-otot tertentu.
f. Pemeriksaan refleks
1) Refleks achilles pada HNP L4-L5
negatif.
2) Reflek lutut/patella pada HNP lateral di L4-L5
negatif.
g. Sistem sensorik
Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu,
rasa dalam dan rasa getar untuk menentukan dermatom yang terganggu sehigga
dapat ditentukan pula radiks yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus
dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak memebingungkan klien.
Palapasi dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasa
nyeri.
B4 (Bladder),
kaji keadaan urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat
terjadi akibat menurunya perfusi pada ginjal.
B5 (Bowel),
pemenuhan nutrisi kurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang kurang.
Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi
pada mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini dapat menunjukkan adanya
dehidrasi.
B6 (Bone),
adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan karena danya nyeri,
kelemahan,kehilangan sensori, dan mudah lelah menyebabkan masalah padapola aktivitas dan istirahat. Inspeksi, karvatura yang berlebihan,
pendataran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris,
muskulatur paravertebral atau bokong yang asimetris, postur tungkai yang
abnormal. Adanya kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung,
pelvis dan tungkai selama bergerak. Palapasi,
ketika meraba kolumna vertebratalis, cari kemungkinan adanya deviasi kelateral
antroposterior. Palapsi pada daerah yang ringan rasa nyerinya kearah yang
paling terasa nyeri.
2. Diagnosa
keperawatan
Berdasarkan
pengkajian diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien yang mengalami
nyeri punggung bawah adalah sebagai berikut.
1. Nyeri
berhubungan dengan masalah muskuloskeletal
2. Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, dan berkurangnya
kelenturan
3. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan teknik mekanika tubuh melindungi punggung
4. Perubahan
peran berhubungan dengan gangguan mobilitas dan nyeri kronik
5. Perubahan
nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan obesitas
3. Rencana
Keperawatan
Diagnosis Keperawatan: Nyeri berhubungan dengan
masalah muskuloskeletal
Tindakan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, nyeri klien berkurang (skala 0-2)
Kriteria
Hasil:
A. Klien
mengalami berkurang atau hilangnya nyeri:
1. Istirahat
dengan nyaman
2. Mengubah
posisi dengan nyaman
3. Nyeri
hilang melalui penggunaan modalitas fisik, teknik psikologis dan meditasi
4. Menghindari
ketergantungan obat
B. Tanda-tanda
vital klien normal
1. Suhu:36,5-37,5
derajat Celsius
2. RR:16-24x/menit
3. Tekanan
darah:110-130/70-90mmHg
4. Nadi:
60-90x/menit
|
||
NO
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Dorong
klien untuk tirah baring dan perubahan posisi, untuk memperbaiki posisi
lumbal
|
Memperbaiki
posisi lumbal untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien.
|
2
|
Ajarkan
klien teknik relaksasi untuk mengontrol dan menyesuaikan nyeri
|
Dengan
teknik relaksasi untuk mengalihkan perhatian nyeri.
|
3
|
Ajarkan
dan anjurkan untuk melakukan pernapasan diafragma untuk mengurangi tegangan otot
|
Dengan
melakukan pernapasan diafragma dapat mengurangi tegangan otot sehingga klien
dapat rileks dan nyeri klien berkurang
|
4
|
Upayakan
untuk mengalihkan perhatian klien: membaca, bercakap-cakap, menonton TV
|
Dengan
mengalihkan perhatian, nyeri klien yang dirasakan dapat berkurang
|
5
|
Berikan
masase jaringan lunak dengan lembut, untuk mengurangi spasme otot,
memperbaiki peredaran darah, mengurangi bendungan, dan mengurangi nyeri
|
Memberikan
masase pada jaringan lunak dengan lembut dapat memberikan rasa rileks, untuk
mengurangi spasme otot, memperbaiki peredaran darah, mengurangi bendungan,
dan mengurangi nyeri
|
|
Paham,
ajarkan, dan bantu klien cara penggunaan TENS, karena dapat menyebabkan
distritmia
|
Dengan
memberikan pemahaman, pengajaran dan bantu klien dapat mengerti tindakan
keperawatan yang dilakukan pada klien dank lien dapat mendemonstrasikan
tindakan keperawatan
|
7
|
Catat
respons klien terhadap berbagai modalitas penatalaksanaan nyeri
|
Dengan
mencatat respon klien dapat memberikan tindakan klien selanjutnya
|
|
Berikan
obat sesuai order
|
Dengan
memberikan obat sesuai order akan memberikan ketepatan terapi yang diberikan
oleh klien.
|
Diagnosis Keperawatan: Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri, spasme otot, dan berkurangnya kelenturan
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat mengalami
mobilitas fisik
Kriteria
Hasil
A. Klien
menunjukkan kembalinya mobilitas fisik:
1)
kembali ke aktivitas semula secara bertahap,
2)
menghindari posisi yang menyebabkan ketidaknyamanan dan spasme otot
3)
merencanakan atau jadwal istirahat baring setiap hari
B. Tanda-tanda
vital klien normal
1) Suhu:36,5-37,5
derajat Celsius
2) RR:16-24x/menit
3) Tekanan
darah:110-130/70-90mmHg
4) Nadi:
60-90x/menit
|
||
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
menantau
secara kontinu mobilitas fisik klien, bergerak dan berdiri
|
Memantau
secara kontinu mobilitas akan mengetahui aktivitas klien
|
2
|
Bantu
klien merubah posisi secara perlahan
|
Dengan
merubah posisi klien secara perlahan akan meningkatkan latihan mobilitas
fisik pada klien
|
3
|
Ajarkan
klien cara yang tepat turun dari tempat tidur, dengan nyeri minimal
|
Dengan
memberikan cara yang tepat turun dari tempat tidur, hal ini untuk mencegah terjadinya
injuri dan nyeri
|
4
|
Sampaikan
dan ingatkan klien tidak boleh melakukan gerakan memutar dan melenggok
|
Gerakan
memutar dan melenggok akan meningkatkan nyeri pada klien.
|
5
|
Dorong
klien melakukan ganti posisi, berbaring, duduk, berjalan. Namun tidak boleh
dalam waktu yang lama/ terus menerus
|
Dengan
terus melakukan pergantian posisi berbaring, duduk, berjalan akan
meningkatkan mobilitas fisik dan mengurangi terjadinya kerusakan integument
klien
|
6
|
Buat
jadwal periode istirahat berbaring di tempat tidur beberapa kali sehari
bersama-sama klien.
|
Dengan
membuat jadwal periode istirahat berbaring akan memaksimalkan pengurangan
nyeri pada klien.
|
7
|
Dorong
klien untuk mematuhi jadwal latihan yang sudah dbuat dan meningkat latihan
secara bertahap
|
Dengan
mematuhi latihan yang dibuat akan memberikan latihan maksimalkan mobilitas
klien.
|
Diagnosis Keperawatan: Kurang pengetahuan
berhubungan dengan teknik mekanika tubuh melindungi punggung
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien memahami teknik
mekanika tubuh melindungi punggung
A. Klien
menunjukkan mekanika tubuh yang memelihara punggung:
1)
Perbaikan postur
2)
Mengganti posisi sendiri untuk meminimalkan stres pada punggung
3)
Memperlihatkan penggunaan mekanika tubuh yang baik
4)
Berpartisipasi dalam program latihan
B. Tanda-tanda
vital klien normal
1) Suhu:36,5-37,5
derajat Celsius
2) RR:16-24x/menit
3) Tekanan
darah:110-130/70-90mmHg
4) Nadi:
60-90x/menit
|
||
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Ajarkan
klien cara berdiri, duduk, berbaring, dan mengangkat barang dengan benar
|
Dengan
mengajarkan klien, klien dapat mendemonstrasikan tindakan keperawatan yang
diberikan
|
2
|
Menganjurkan
atau mengganti sepatu/ sandal dengan yang bertumit rendah
|
Dengan
menggunakan bertumit rendah akan mengurangi terjadinya cedera pada klien.
|
3
|
Anjurkan
klien untuk mengistirahatkan salah satu kaki, bagi klien yang terpaksa
berdiri lama untuk mengurangi lordosis lumbal
|
Dengan
mengistirahatkan salah satu kaki, klien dapat mengurangi cedera pada klien
|
4
|
Anjurkan
klien untuk melihat postur yang benar melalui cermin; latih postur dada
membusung dan perut mengempis
|
Klien
mengetahui mendemonstrasi dalam memberikan postur yang benar
|
5
|
Jelaskan
bahwa mengunci lutut saat berdiri dan membungkuk ke depan dalam waktu yang
lama harus dihindari
|
Mengunci
lutut saat berdiri dan membungkuk ke depan dapat memberikan nyeri pada klien
|
Diagnosis Keperawatan: Perubahan peran berhubungan
dengan gangguan mobilitas dan nyeri kronik
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat kembali
ke peran semula.
Kriteria
Hasil:
A. Klien
menunjukkan kembali ke peran semula
1)
Menggunakan teknik menghadapi masalah untuk menyesuaikan diri dengan stres
2)
Memperlihatkan berkurangnya ketergantungan kepada orang lain untuk perawatan
diri
3)
Kembali ke pekerjaan bila nyeri punggung bawah sudah sembuh
4)
Kembali ke gaya hidup produktif penuh
B. Tanda-tanda
vital klien normal
1) Suhu:36,5-37,5
derajat Celsius
2) RR:16-24x/menit
3) Tekanan
darah:110-130/70-90mmHg
4) Nadi:
60-90x/menit
|
||
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Bantu
klien menghadapi stresor spesifik dan belajar bagaimana menghadapi stres
tersebut.
|
Klein
dapat menghadapi stress dan dapat
menyesuaikan diri
|
2
|
Membantu
klien dan keluarga dalam mengidentifikasi kebutuhan ketergantungan yang
berkepanjangan
|
Membantu
klien dapat memberikan kemudahan kepada klien
|
3
|
Membantu
klien dan keluarga mengidentifikasi dan menghadapi alasan yang mendasari
ketergantungan
|
Untuk
memperlihatkan kekurangan ketergantungan pada orang lain
|
4
|
Konsultasi
ke klinik punggung atau klinik nyeri
|
Dengan
konsultasi, klien dapat memberikan terapi yang tepat
|
5
|
Konseling
dengan ahli psikoterapi untuk membantu klien kembali ke kehidupan yang
produktif
|
Dengan
diberi konseling dapat memberikan peningkatan mobilitas yang mandiri
|
Diagnosis Keperawatan: Perubahan nutrisi lebih dari
kebutuhan berhubungan dengan obesitas
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nutrisi klien adekuat
A. Kriteria
Hasil:
Klien
mencapai berat badan yang diinginkan.
1)
Mengidentifikasi perlunya penurunan berat badan
2)
Mengatur sasaran yang masuk akal
3)
Berpartisipasi dalam pengembangan rencana penurunan berat badan
4)
Mengikuti program penurunan berat badan
B. Tanda-tanda
vital klien normal
1) Suhu:36,5-37,5
derajat Celsius
2) RR:16-24x/menit
3) Tekanan
darah:110-130/70-90mmHg
4) Nadi:
60-90x/menit
|
||
NO
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Kolaborasi
penyusunan program penurunan berat badan dan stres pada punggung bawah
|
Memberikan
terapi yang tepat kepada klien dalam mengurangi penurunan berat badan
|
2
|
Berikan
pengawasan terhadap rencana penuruna n berat badan klien
|
Memberikan
pengawasan dapat memaksimalkan diit kepada klien
|
3
|
Lakukan
pencatatan setiap pencapaian
|
Memberikan
pencatatan untuk memaksimalkan terapi dan tindakan keperawatan yang diberikan
|
4
|
Berikan
semangat dan pujian positif untuk mendorong kepatuhan
|
Memberikan
motivasi kepada klien agar dapat kooperatif dalam memberikan tindakan
keperawatan
|
5. Evaluasi
Pada Diagnosa: Nyeri berhubungan
dengan masalah musculoskeletal
DIAGNOSA
|
EVALUASI
|
Nyeri
berhubungan dengan masalah musculoskeletal
|
S:
Klien mengatakan tidak merasakan nyeri atau nyeri berkurang
O:
Klien
mengalami berkurang atau hilangnya nyeri:
1) Klien
tampak istirahat denga nyaman
2) Klien
dapat mengubah posisi dengan nyaman
3) Nyeri
klien hilang melalui penggunaan modalitas fisik, teknik psikologis dan
meditasi
4) Klien
dapat Menghindari ketergantungan obat
Tanda-tanda
vital klien normal
5. Suhu:36,5-37,5
derajat Celsius
6. RR:16-24x/menit
7. Tekanan
darah:110-130/70-90mmHg
8. Nadi:
60-90x/menit
A:
Hentikan
intervensi apabila criteria hasil terpenuhi,
Lanjutkan intervensi apabila criteria hasil
belum terpenuhi,
P:
Lanjutkan
intervensi
Hentikan
Intervensi
|
Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, dan berkurangnya
kelenturan
|
S:
Klien mengatakan dapat bergerak
O:
Klien
menunjukkan kembalinya mobilitas fisik:
1)
Klien dapat kembali ke aktivitas semula secara bertahap,
2)
Klien menghindari posisi yang menyebabkan ketidaknyamanan dan spasme otot
3)
Klien dapat merencanakan atau jadwal istirahat baring setiap hari
Tanda-tanda
vital klien normal
1) Suhu:36,5-37,5
derajat Celsius
2) RR:16-24x/menit
3) Tekanan
darah:110-130/70-90mmHg
4) Nadi:
60-90x/menit
A:
Hentikan
intervensi apabila criteria hasil terpenuhi,
Lanjutkan intervensi apabila criteria hasil
belum terpenuhi,
P:
Lanjutkan
intervensi
Hentikan
Intervensi
|
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan teknik mekanika tubuh melindungi punggung
|
S:
Klien mengatakan
O:
Klien
menunjukkan mekanika tubuh yang memelihara punggung:
1)
Klien dapat Perbaikan postur
2)
Klien dapat mengganti posisi sendiri untuk meminimalkan stres pada punggung
3)
Klien dapat mendemonstarikan atau memperlihatkan penggunaan mekanika tubuh
yang baik
4)
Klien dapat berpartisipasi dalam program latihan
Tanda-tanda
vital klien normal
1) Suhu:36,5-37,5
derajat Celsius
2) RR:16-24x/menit
3) Tekanan
darah:110-130/70-90mmHg
4) Nadi:
60-90x/menit
A:
Hentikan
intervensi apabila criteria hasil terpenuhi,
Lanjutkan intervensi apabila criteria hasil
belum terpenuhi,
P:
Lanjutkan
intervensi
Hentikan
Intervensi
|
Perubahan
peran berhubungan dengan gangguan mobilitas dan nyeri kronik
|
S:
Klien mengatakan
O:
Klien
menunjukkan kembali ke peran semula
1)
Klien dapat menggunakan teknik menghadapi masalah untuk menyesuaikan diri
dengan stres
2)
Klien dapat memperlihatkan berkurangnya ketergantungan kepada orang lain
untuk perawatan diri
3)
Klien dapat kembali ke pekerjaan bila nyeri punggung bawah sudah sembuh
4)
Klien dapat kembali ke gaya hidup produktif penuh
Tanda-tanda
vital klien normal
1) Suhu:36,5-37,5
derajat Celsius
2) RR:16-24x/menit
3) Tekanan
darah:110-130/70-90mmHg
4) Nadi:
60-90x/menit
A:
Hentikan
intervensi apabila criteria hasil terpenuhi,
Lanjutkan intervensi apabila criteria hasil
belum terpenuhi,
P:
Lanjutkan
intervensi
Hentikan
Intervensi
|
Perubahan
nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan obesitas
|
S:
Klien mengatakan
O:
Klien
mencapai berat badan yang diinginkan.
1)
Klien dapat mengidentifikasi perlunya penurunan berat badan
2)
Klien dapat mengatur sasaran yang masuk akal
3)
Klien dapat berpartisipasi dalam pengembangan rencana penurunan berat badan
4)
Klien dapat mengikuti program penurunan berat badan
Tanda-tanda
vital klien normal
1) Suhu:36,5-37,5
derajat Celsius
2) RR:16-24x/menit
3) Tekanan
darah:110-130/70-90mmHg
4) Nadi:
60-90x/menit
A:
Hentikan
intervensi apabila criteria hasil terpenuhi,
Lanjutkan intervensi apabila criteria hasil
belum terpenuhi,
P:
Lanjutkan
intervensi
Hentikan
Intervensi
|
No comments:
Post a Comment