Asuhan Keperawatan dengan Low Back Pain
Sumber:
 
 
  
  
   
 
 
 
  
  
   
 
 
 
  
  
   
 
 
 
  
  
   
 
 
 
  
  
   
 
 
 
  
  
   
 
 
 
  
  
   
 
 
 
  
  
   
 
 
 
  
  
   
 
 
 
  
  
   
 
 
 
  
  
   
 
 
 
  
  
   
 
 
 
 
   
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
  
   
 
 
 
  
 
     
 
  BAB III 
 
  
  
   
 
    
 
 
 
 
 
 
Sumber:
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar
Keperawatan Medikal 
Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Lukman. Nurna Ningsih.2009.Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Jakarta:
Penerbit Salemba.
1.      Pengertian
Sekitar 80% dari populasi,
seseorang dalam kehidupannya akan mengalami nyeri punggung bawah. Menurut Jones
B yang dikutip oleh Yuliano A, sebanyak 80% populasi orang dewasa dalam rentang
hidupnya akan mengalami cedera punggung bawah. Keterbatasan yang diakibatkan
oleh nyeri punggung bawah pada seseorang sangat berat. Kehilangan produktivitas
akibat nyeri punggung bawah dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar.
Nyeri punggung bawah merupakan penyebab kedua kunjungan ke dokter setelah
penyakit saluran napas atas. Sekitar 12% orang yang mengalami nyeri punggung
bawah menderita Herniasi Nukleus Pulposus atau HNP. Menurut Idyan, Low Back
Pain atau LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Masalah
nyeri puinggang yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering
terjadi pada mahasiswa.
                                     Nyeri punggung bawah adalah perasaan
nyeri di daerah lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering
disertai penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2000). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial.
Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri
adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan
nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain
adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis walaupun sering jika
ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada masalah kehidupan
seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain
adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para
vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis
dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain
dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada muskuloskeletal
seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada
sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
                         Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah
lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai
penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2000). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial.
Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri
adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan
nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain
adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis walaupun sering jika
ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada masalah kehidupan
seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain
adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para
vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis
dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain
dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada muskuloskeletal
seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada
sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa
pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain adalah nyeri kronik
atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya otot
para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus
pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.
Dari beberapa
pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain adalah nyeri kronik
atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya otot
para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus
pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.
2.      Patofisiologi
Kontruksi punggung yang unik
memungkinkan terjadinya fleksibilitas dan member perlindungan terhadap sumsum
tulang belakang. Otot-otot abdominal berperan pada aktivitas mengangkat beban
dan sarana pendukung tulang belakang. Obesitas, masalah struktur, dan
peregangan perlebihanpada sarana pendukung ini menyebabkan nyeri punggung
perubahan degenerasi diskus intervetebra akibat usia menjadi fibrokorbiasa,
L4-L5 DAN L5-S1 mengalami stress mekanis dan menekan sepanjang radiks saraf
tersebut.
Kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastik yang tersusun atas
banyak unit yang kaku atau vertebrae dan unit fleksibel atau diskus intervertebralis
yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen, dan
otot paravertebralis. Konstruksi tersebut memungkin fleksibilitas, sementara
sisi lain tetap melindungi sumsum tulang belakang.
      Keluhan nyeri punggung bawah dan keterbatasan
aktivitas menimbulkan keluhan atau masalah pada klien yang mengalami nyeri
punggung bawah.
3.      Etiologi
Umumnya
nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskoloskeletal. Nyeri terjadi akibat gangguan muskuloskeletal dapat
dipengaruhi oleh aktivitas.
a.       Regangan
lumbosakral akut
b.      Ketidakstabilan
ligamen lumbosakral dan kelemahan otot.
c.       Osteoartritis
tulang belakang.
d.      Stenosis
tulang belakang
e.       Masalah
diskus intervertebralis
f.       Perbedaan
panjang tungkai
g.      Pada
lansia, akibat fraktur tulang belakang, osteoporosis atau metastasis tulang
h.      Penyebab
lain, seperti gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma
abdominal dan masalah psikosomatik.
Faktor resiko
secara fisiologi.
1.     
Umur ( 20 – 50
tahun ).
2.     
Kurangnya
latihan fisik. 
3.     
Postur yang
kurang anatomis.
4.     
Kegemukan.
5.     
Scoliosis
parah.
6.     
HNP.
7.     
Spondilitis.
8.     
Spinal stenosis
( penyempitan tulang belakang ).
9.     
Osteoporosis.
10.   Merokok.
Faktor resiko dari lingkungan.
1.      Duduk terlalu
lama.
2.      Terlalu lama
pada getaran.
3.      Keseleo atau
terpelintir.
4.      Olah raga (
golp,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).
5.      Vibrasi yang
lama.
Faktor resiko dari psikososial.
1.     
Ketidak
nyamanan kerja.
2.     
Depresi.
3.     
Stress.
4.      Manifestasi
Klinik
a.       Keluhan
nyeri punggung akut maupun kronis atau berlangsung lebih dari dua bulan tanpa
perbaikan dan kelemahan.
b.      Nyeri
bila tungkai ditinggikan dalam keadaan lurus, indikasi iritasi serabut saraf.
c.       Adanya
spasme otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang
yang berlebihan)
d.      Hilangnya
lengkungan lordotik lumbal yang normal
e.       Dapat
ditemukan deformitas tulang belakang
5.      Pemeriksaan
Penunjang
a.       Sinar
X vertebra; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi infeksi,
osteoartritis atau skoliosis
b.      Computed
tomography atau CT Scan; berguna untuk mengetahui penyakit yang mendasari,
seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi di sekitar kolumna vertebralis
dan masalah diskus intervertebralis.
c.       Ultrasonografi
atau USG, dapat membantu mendiagnosis penyempitan kanalis spinalis.
d.      Magneting
resonance imaging atau MRI, memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi
tulang belakang
e.       Mielogram
dan diskogram, di mana sejumlah kecil bahan kontras disuntukkan ke diskus
intervertebralis untuk dapat melihat visualisasi sinar. Dapat dilakukan untuk
diskus yang mengalami degenaris atau protrusi diskus
f.       Venogram
epidural, digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperlihatkan adanya pergeseran vena epidural
g.      Elektromiogram
atau EMG dan pemeriksaan hantaran saraf digunakan untuk mengevaluasi penyakit
serabut saraf tulang belakang atau radikulopati
6.      Penatalaksanaan
Sebagian
besar nyeri punggung dapat hilang sendiri dan akan sembuh dalam enam minggu
dengan tirah baring, pengurangan stres, dan relaksasi. Klien harus tetap
ditempat tidur dengan matras yang padat/ kayu penyangga dan tidak membal selama
dua sampai tiga hari. Pergi ke kamar mandi boleh dilakukan, namun kegiatan lain
seperti menerima telepon, mengasuh anak, aktivitas umum yang mengakibatkan
stres sebaiknya dihindari. Klien diposisikan sedemikian rupa sehingga fleksi
lumbal lebih, yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian
kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan klien sedikit menekuk lututnya,
atau berbaring miring dengan lutut dan panggul ditekuk atau posisi melingkar
dengan meletakkan bantal di antara lutut dan tungkai sertai menggunakan sebuah
bantalan di bawah kepala. Hindarkan posisi tengkurap karena akan memperberat
lordosis.
Kadang
klien perlu diberikan penanganan konservatif aktif dan fisioterapi. Traksi
pelvis intermiten dengan beban traksi seberat 7-13 kg memungkinkan penambahan
fleksi lumbal dan relaksasi otot. Fisioterapi ditujukan untuk mengurangi nyeri
dan spasme otot. Hindari terapi kolam bergolak bagi klien dengan masalah
kardiovaskular, karena klien tidak mampu menoleransi vasodilatasi perifer masif
yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas, yang dapat meningkatkan
ketidaknyamanan  akibat pembengkakan pada
stadium akut. Pemberian terapi ini juga perlu dihindari pada klien dengan
kanker dan gangguan perdarahan.
Perlu
diberikan obat-obatan untuk menangani nyeri. Analgetik narkotik untuk memutus
lingkaran nyeri, relaksan otot, dan obat penenang membuat klien rileks, serta
mengurangi otot yang mengalami spasme, sehingga nyeri dapat berkurang. Obat
antiinflamasi diberikan untuk mengurangi nyeri. Penggunaan kortikosteroid
jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan mencegah timbulnya
neurofibrosis, yang terjadi akibat iskemia. Penyokong punggung bawah dan brace
dapat dipakai untuk membatasi gerakan tulang belakang, mengoreksi postur, dan
mengurangi stres pada tulang lumbal bawah.
Transcutanneous
electrical nerve stimulation atau TENS adalah modalitas mengurangi nyeri
noninvasif yang dapat dibawa kemana-mana yang memungkinkan klien berpartisipasi
dalam aktivitas dengan nyaman tanpa obat. Stimulasi saraf elektris transkutan
diperkirakan mengurangi nyeri dengan melampaui input nyeri dan perangsangan
endorfin.
Peningkatan
mobilitas, kekuatan otot, dan kelenturan dapat dicapai melalui latihan bila
klien telah memungkinkan. Latihan dimulai secara bertahap dan ditingkatkan
begitu klien sembuh. Latihan hiperekstensi akan memperkuat otot paravertebralis,
latihan fleksi meningkatkan kekuatan dan gerakan punggung, sedangkan latihan
fleksi isometrik memperkuat otot batang tubuh. Latihan dilakuakn di bawah
pengawasan ahli fisioterapi dan disesuaikan dengan kemampuan klien, setiap
periode latihan selalu dimulai dengan relaksasi.
Teknik
terbaik dalam mengangkat adalah pengangkatan secara diagonal. Kaki memisah atau
terbuka, dengan satu kaki yang dominan sedikit ke depan dari kaki yang lain.
Ini memberikan basis penyangga yang lebar, lebih stabil, lebih bertenaga, dan
lebih kuat. Tekuk lutut dan berjongkok; jaga punggung tetap lurus dan kepala
juga lurus selama mengangkat. Posisi ini memberikan kekuatan yang lebih untuk
otot tungkai yang lebih luas dan menjaga keseimbangan punggung.
Tabel 2 Cara Berdiri, Duduk, Berbaring, Mengangkat
Barang, dan Latihan dengan Benar
| 
   
NO 
 | 
  
   
Posisi 
 | 
  
   
Cara 
 | 
 
| 
   
1 
 | 
  
   
Berdiri 
 | 
  
   
1.      Hindari
  berdiri dan berjalan lama 
2.      Bila
  harus berdiri lama, istirahatkan salah satu kaki pada pijakan kecil atau
  kontak untuk mengurangi terjadi lordosis 
3.      Hindari
  posisi kerja membungkuk ke arah depan 
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
Duduk 
 | 
  
   
1.      Stres
  pada punggung akan lebih besar pada posisi duduk dan pada posisi berdiri 
2.      Hindari
  duduk dalam waktu yang lama 
3.      Duduk
  pada kursi dengan posisi punggung tegak dengan dukungan punggung yang memadai 
4.      Pergunakan
  pijakan kaki untuk memposisikan lutut lebih tinggi dari pinggul bila perlu 
5.      Hilangkan
  rongga pada punggung dengan cara duduk dengan posisi “bokong ke depan” 
6.      Hindari
  ekstensi lutut dan pinggul. Ketika mengendarai mobil, dorong kursi ke depan
  agar terasa nyaman 
7.      Pertahankan
  penyangga punggung 
8.      Lindungi
  terhadap regangan ekstensi; meraih, mendorong, duduk dengan tungkai lurus 
9.      Duduk
  dan berjalan secara bergantian 
 | 
 
| 
   
3 
 | 
  
   
Berbaring 
 | 
  
   
1.      Istirahat
  tubuh pada waktu tertentu, karena kelelahan dapat menyebabkan spasme otot
  punggung 
2.      Letakkan
  papan yang keras di bawah kasur agar dapat mempertahankan kesejajaran tubuh 
3.      Hindari
  tidur tengkurap 
4.      Ketika
  berbaring pada salah satu sisi, letakkan sebuah bantal di bawah kepala dan
  sebuah lagi antara kedua tungkai, yang harus difleksikan pada pinggul dan
  lutut. 
5.      Ketika
  terlentang, gunakan sebuah bantal di bawah lutut untuk mengurang lordosis 
 | 
 
| 
   
4 
 | 
  
   
Mengangkat 
 | 
  
   
1.      Saat
  mengangkat barang, jaga agar punggung tetap lurus dan angkat beban sedekat
  mungkin dengan tubuh. Angkat dengan otot tungkai besar, bukan dengan otot
  punggung. 
2.      Lindungi
  punggung dengan korset penyangga punggung ketika mengangkat barang 
3.      Jongkok
  dan pertahankan punggung tetap lurus bila akna mengambil sesuatu di lantai 
4.      Hindari
  memuntir batang tubuh, mengangkat di atas pinggang dan menjangkau sesuatu
  untuk waktu lama 
 | 
 
| 
   
5 
 | 
  
   
Latihan 
 | 
  
   
1.      Latihan
  harian sangat penting dalam pencegahan masalah punggung 
2.      Berjalan
  di luar rumah dan secara bertahap meningkatkan jarak dan kecepatan berjalan
  sangat dianjurkan 
3.      Lakukan
  latihan punggung yang dianjurkan dua kali sehari, tingkatkan latihan secara
  bertahap 
4.      Hindari
  gerakan melompat 
 | 
 
7.      Pohon
Masalah
| 
     
Regangan
    lumbosakral akut,ketidakstabilan ligament lumbosakral dan kelemahan
    otot,osteoarthritis tulang belakang,stenosis tulang belakang,masalah
    diskus  intervertebra,ketidaksamaan
    panjang tungkai ,lansia(perubahan struktur tulang belakang)gangguan ginjal,masalah
    pelvis,tumor retroperineal,aneurisma abdominal,dan masalah
    psikosomatik,obesitas,stress,dan depresi. 
 | 
   
| 
     
Spasme otot
    paravertebral,iritasi serabut saraf punggung 
 | 
   
| 
     
Nyeri punggung
    bawah 
 | 
   
| 
     
Respon psikologis terhadap nyeri,pengetahuan tentang
    teknik mekanika tubuh melindungi punggung belum optimal 
 | 
   
| 
     
Perasaan
    nyeri,Ketidaknyamanan 
 | 
   
| 
     
Nyeri
    berhubungan dengan masalah muskuloskeletal 
 | 
   
| 
     
Tindakan dekompresi dan stabilisasi 
 | 
   
| 
     
Asuhan
    keperawatan  perioperatif 
 | 
   
| 
     
Port de entree
    luka pasca bedah 
 | 
   
| 
     
Penurunan kemampuan untuk berdiri tegak  dan berjalan 
 | 
   
| 
     
Kerusakan
    mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, dan berkurangnya
    kelenturan 
 | 
   
| 
     
peran
    berhubungan dengan gangguan mobilitas dan nyeri kronik 
 | 
   
| 
     
Kurang
    pengetahuan berhubungan dengan teknik mekanika tubuh melindungi punggung 
 | 
   
| 
     
Resiko
    tinggi infeksi berhubungan dengna pport de entree 
 | 
   
BAB
III
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Klien
diminta untuk menjelaskan tentang nyeri atau ketidaknyaman yang dirasakan,
misalnya lokasi nyeri, beratnya nyeri, durasi nyeri, sifat nyeri, penjalaran,
dan kelemahan tungkai. Bila nyeri punggung merupakan masalah kambuhan perlu
ditanyakan kontrol nyeri yang berhasil dilakukan. Tanyakan juga, bukti bahwa
nyeri punggung memengaruhi gaya hidup. Nyeri trauma di rasakan sehabis
istirahat dari aktivitas.Pada tingkat selanjutnya,terjadi spasme otot
paravertebral (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang
berlebihan)disertai hilangnya lengkung lordotik lumbal.Pada pengkajian
lain,perawat biasanya menemukan adanya hubungan keluarga,lingkungan tempat
tinggal,dan kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah.
Bagaimana pekerjaan dan aktivitas
rekreasi klien. Informasi mengenai nyeri dapat menjadi data dasar untuk
menentukan intervensi dan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga.
Evaluasi juga cara berjalan klien,
mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai, kekuatan motorik, dan
persepsi sensorik, serta ketidaknyamanan yang dialami. Secara umum, gerakan
klien selalu hati-hati, punggung selalu dijaga tetap tidak bergerak, dan kursi
yang dipilih untuk menyokong sebaiknya memiliki 
lengan dengan ketinggian tempat duduk standar. Dapat ditemukan klien
duduk atau berdiri dengan posisi yang tidak biasa, melenggok menjauhi sisi yang
paling nyeri, dan mungkin meminta bantuan untuk melepas pakaian, karena gerakan
punggung akan mengakibatkan rasa tidak nyaman
Pada
pemeriksaan fisik, lakukan pengkajian lengkungan tulang belakang, krista
iliaka, dan simetrisitas bahu. Otot paraspinal dipalpasi, dan catat adanya
spasme serta nyeri tekan. Klien diminta membungkuk ke depan dan ke samping,
catat adanya nyeri dan keterbatasan gerak. Efek keterbatasan gerak terhadap
aktivitas sehari-hari harus dicatat. Kaji terhadap parestesi, kelemahan otot
atau paralisis, nyeri punggung dan tungkai dengan pengangkat tungkai lurus,
misal klien terlentang, tungkai klien diangkat ke atas dengan lutut diluruskan.
Perawat perlu memperhatikan tentang pengkajian cara berjalan, kurvatura dan
mobilitas tulang belakang, kesimetrisan panjang tungkai (penindihan tungkai
pada satu sisi dalam keadaan lurus sering menyebabkan nyeri akibat  iritasi serabut saraf daerah lumbal).Efek
keterbatasan gerak terhadap aktivitas sehari-hari perlu di tentukan .
Pengkajian
psikososial spiritual dilakukan untuk melihat respon emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya,baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.Pengkajian tingkat pengetahuan atau pendidikan klien
mengenai perawatan dan pengobatan lanjutan perlu diperhatikan agar pemenuhan
informasi selanjutnya pada klien dapat terpenuhi
Perlu juga dikaji adanya obesitas
karena dapat menimbulkan nyeri punggung bawah. Demikian pula dengan nutrisi
harus dikaji secara lengkap.
Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pengkajian pasien menurut Arif Mutaqqin  (2008 :
352-358)
terdiri dari :
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada pasien
dengan gangguan sistem persarafan sehubungan dengan HNP bergantung pada bentuk,
lokasi, jenis, injuri, dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya.
Pengkajian keperawatan HNP meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
1.     
 Anamnesis 
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, nomor register, diagnosis medis. HNP terjadi pada umur pertengahan,
kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat
(mengangkat benda berat atau mendorong benda berat).
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri punggung bawah.
      a.     Propocatif/ paliatif 
Adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda
berat).
      b.    Quality/ Quantity
Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat,
mendenyut, seperti  kena api, nyeri
tumpul yang terus-menerus. Kaji penyebaran nyeri, apakah bersifat radikular
atau nyeri acuan (refered pain).
Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri
bertambah hebat karena adanya faktor pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang
batuk atau mengedan, berdiri atau duduk atau jangka waktu yang lama dan nyeri
berkurang bila dibuat istirahat atau berbaring. Sifat nyeri khas dari posisi
berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan menjalar ke bagian belakang
lutut, kemudian ketungkai bawah. Nyeri bertambah bila ditekan didaerah L5-S1
(garis antara dua krista iliaka).
c.       Region
Letak atau lokasi nyeri, minta klien menunjukkan nyeri
dengan setempat-tempatnya sehingga letak nyeri dapat diketahuai dengan cermat.
      d.      Saverity
       Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh
berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan
rasa nyeri dan memperberat nyeri. Aktivitas yang menimbulkan nyeri seperti
berjalan, menuruni tangga, menyapu, dan gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang
sedang diminum seperti analgesik, berapa lama klien menggunakan obat tersebut.
      e.       Time 
       Sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan
atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, semakin lama semakin nyeri.
Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa
tahun).
      2.     
Riwayat Penyakit Saat Ini 
Kaji adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau
mendorong benda yang berat, pengkajian yang dapat meliputi keluhan paraparesis
flisid, parestesia, dan retensi urine. Keluhan pada punggung bawah,
ditengah-tengah area pantat dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Klien
sering mengeluh kesemutan (parastesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun
sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis,
yang juga bisa minimbulkan nyeri pinggang bawah yang keluhannya hampir mirip
dengan keluhan nyeri HNP sangat diperlukan untuk penegakkan masalah klien lebih
komprehensif dan memberikan dampak terhadapintervensi keperawatan selanjutnya.
      3.     
Riwayat Penyakit Dahulu 
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien
pernah menderita tuberkolosis tulang, osteomielitis, keganasan (mieloma
multipleks), dan metabolik (osteoporosis) yang semua penyakt ini sering
berhubungan dengan kejadian dan meningkatkan resiko terjadinya herniasi nukleus
pulposus (HNP). Pengkajian lainnya adalah menanyakan adanya riwayat hipertensi,
riwayat cidera tulang belakang, diabetes melitus, dan penyakit jantung.
Pengkajian ini berguna sebagia data untuk melakukan tindakan lainnya dan
menghindari komplikasi.
      4.     
Riwayat Penyakit Keluarga 
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita
hipertensi dan diabetes militus.
      5.     
Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu
dilakukan untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, dan respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun  dalam masyarakat, apakah klien mengalami
dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan kecacatan, rasa
cemas, rasa ke tidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah
memberikan manifestasi berbeda pada setiap klien yang mengalami gangguan pada
tulang belakang. Semakin lama klien menderita paraparise tersebut, maka makin
akan bermanifestasi pada koping yang tidak efektif.
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh
karena klien mengalami kesulitan dalam beraktivitas mengakibatkan ketidak
mampuan dalam aktivitas ekonomi. Pola persepsi dan konsep diri yang ditemukan
adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah dan tidak
kooperatif, karena klien harus menjalani rawat inap maka perawat harus mengkaji
apakah keadaan iniakan memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya
perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Pengobatan HNP
yang memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga. Perawat juga melakukan pengkajian terhadap
fungsi neurologis dan dampak ganguan neurologisyang akan terjadi pada gaya
hidup individu. Perspektif  keperawatan
dalam mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan
oleh defisit nurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana
pelayanan yang akan mendukung adaptasi klien dengan gangguan neurologis di
dalam sistem dukungan individu.
      6.     
Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada
keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data
dari pengkajian anamnesa. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan perissitem dan
terarah (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada B3 (Brain) dan B6 (Bone) dan
dihubngkan dengan keluhan klien.
       a.        
Keadaan Umum, pada HNP keadaan umum biasanya tidak
mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan padatanda-tanda vital
brakikardi, hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya
paraparise.
B1 (Breating)
jika tidak mengganggu sistem pernapasan biasanya pada pemeriksaan :
       1)        Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak
sesak napas , dan frekuensi pernapasan normal.
       2)        Palpasi, ditemukan taktil fremitus kiri dan kanan.
       3)        Perkusi, ditemukan adanya sura resonan pada seluruh
lapang paru.
       4)        Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi napas tambahan.
B2 (Blood),
bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya kualitas dan
frekuensi nadi normal, tekanan darah normal. Pada auskultasi, tidak ditemukan
bunyi jantung tambahan.
B3 (Brain),
merupakan pemeriksaan fokus yang lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada
sistem yang lain. Inspeksi umum,
kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya anglus, pelvis
miring/asimetris, postur tungkai yang abnormal. Hambatan pada pergerakan
punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak.
       b.        Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya kompos mentis.
       c.         Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental, observasi penampilan klien dan tingkah
lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas
motirik. Status mental klien yang telah lama menderita HNP biasanya mengalami
perubahan.
       d.        Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I,
biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada
kelainan.
Saraf II,
hasil tesketajaman penglihatan biasanya normal.
Saraf III, IV, dan V, klien biasanya mengalami kesulitan mengangkat kelopak
mata, pupil isokor.
Saraf V, pada
klien HNP umumnya tidak ditemukan paralisis pada otot wajah dan refleks kornea
biasanya tidak ada kelainan.
Saraf VII, persepsi pengecapan dalam bats normal, wajah simetris.
Saraf VIII, tidak ditemukannya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik.
Saraf XI, tidak
ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi,
indra pengecapan normal.
       e.         Sistem motorik
      1)   Kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki dan ibu
jari, dan jari lainnya dengan memeinta klien untuk melakukan gerak fleksi dan
ekstensi lalu menahan gerakan tersebut.
      2)      Ditemukan atropi otot pada meleolus atau kaput fibula
dengan membandingkan kanan dan kiri.
      3)      Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada
otot-otot tertentu.
       f.         Pemeriksaan refleks
       1)        Refleks achilles pada HNP L4-L5
negatif.
          2)        Reflek lutut/patella pada HNP lateral di L4-L5
negatif.
       g.        Sistem sensorik
Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu,
rasa dalam dan rasa getar untuk menentukan dermatom yang terganggu sehigga
dapat ditentukan pula radiks yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus
dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak memebingungkan klien.
Palapasi dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasa
nyeri. 
B4 (Bladder),
kaji keadaan urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat
terjadi akibat menurunya perfusi pada ginjal.
B5 (Bowel),
pemenuhan nutrisi kurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang kurang.
Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi
pada mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini dapat menunjukkan adanya
dehidrasi.
B6 (Bone),
adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan karena danya nyeri,
kelemahan,kehilangan sensori, dan mudah lelah menyebabkan masalah  padapola aktivitas dan istirahat. Inspeksi, karvatura yang berlebihan,
pendataran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris,
muskulatur paravertebral atau bokong yang asimetris, postur tungkai yang
abnormal. Adanya kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung,
pelvis dan tungkai selama bergerak. Palapasi,
ketika meraba kolumna vertebratalis, cari kemungkinan adanya deviasi kelateral
antroposterior. Palapsi pada daerah yang ringan rasa nyerinya kearah yang
paling terasa nyeri.
2.      Diagnosa
keperawatan
Berdasarkan
pengkajian diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien yang mengalami
nyeri punggung bawah adalah sebagai berikut.
1.      Nyeri
berhubungan dengan masalah muskuloskeletal
2.      Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, dan berkurangnya
kelenturan
3.      Kurang
pengetahuan berhubungan dengan teknik mekanika tubuh melindungi punggung
4.      Perubahan
peran berhubungan dengan gangguan mobilitas dan nyeri kronik
5.      Perubahan
nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan obesitas
3.      Rencana
Keperawatan
Diagnosis Keperawatan: Nyeri berhubungan dengan
masalah muskuloskeletal
| 
   
Tindakan: 
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan
  selama 3x24 jam, nyeri klien berkurang (skala 0-2) 
Kriteria
  Hasil: 
A.    Klien
  mengalami berkurang atau hilangnya nyeri: 
1.      Istirahat
  dengan nyaman 
2.      Mengubah
  posisi dengan nyaman 
3.      Nyeri
  hilang melalui penggunaan modalitas fisik, teknik psikologis dan meditasi 
4.      Menghindari
  ketergantungan obat 
B.     Tanda-tanda
  vital klien normal 
1.      Suhu:36,5-37,5
  derajat Celsius 
2.      RR:16-24x/menit 
3.      Tekanan
  darah:110-130/70-90mmHg 
4.      Nadi:
  60-90x/menit 
 | 
 ||
| 
   
NO 
 | 
  
   
Intervensi 
 | 
  
   
Rasional 
 | 
 
| 
   
1 
 | 
  
   
Dorong
  klien untuk tirah baring dan perubahan posisi, untuk memperbaiki posisi
  lumbal 
 | 
  
   
Memperbaiki
  posisi lumbal untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien. 
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
Ajarkan
  klien teknik relaksasi untuk mengontrol dan menyesuaikan nyeri 
 | 
  
   
Dengan
  teknik relaksasi untuk mengalihkan perhatian nyeri. 
 | 
 
| 
   
3 
 | 
  
   
Ajarkan
  dan anjurkan untuk melakukan pernapasan diafragma untuk  mengurangi tegangan otot 
 | 
  
   
Dengan
  melakukan pernapasan diafragma dapat mengurangi tegangan otot sehingga klien
  dapat rileks dan nyeri klien berkurang 
 | 
 
| 
   
4 
 | 
  
   
Upayakan
  untuk mengalihkan perhatian klien: membaca, bercakap-cakap, menonton TV 
 | 
  
   
Dengan
  mengalihkan perhatian, nyeri klien yang dirasakan dapat berkurang 
 | 
 
| 
   
5 
 | 
  
   
Berikan
  masase jaringan lunak dengan lembut, untuk mengurangi spasme otot,
  memperbaiki peredaran darah, mengurangi bendungan, dan mengurangi nyeri 
 | 
  
   
Memberikan
  masase pada jaringan lunak dengan lembut dapat memberikan rasa rileks, untuk
  mengurangi spasme otot, memperbaiki peredaran darah, mengurangi bendungan,
  dan mengurangi nyeri 
 | 
 
| 
   | 
  
   
Paham,
  ajarkan, dan bantu klien cara penggunaan TENS, karena dapat menyebabkan
  distritmia 
 | 
  
   
Dengan
  memberikan pemahaman, pengajaran dan bantu klien dapat mengerti tindakan
  keperawatan yang dilakukan pada klien dank lien dapat mendemonstrasikan
  tindakan keperawatan 
 | 
 
| 
   
7 
 | 
  
   
Catat
  respons klien terhadap berbagai modalitas penatalaksanaan nyeri 
 | 
  
   
Dengan
  mencatat respon klien dapat memberikan tindakan klien selanjutnya 
 | 
 
| 
   | 
  
   
Berikan
  obat sesuai order 
 | 
  
   
Dengan
  memberikan obat sesuai order akan memberikan ketepatan terapi yang diberikan
  oleh klien. 
 | 
 
Diagnosis Keperawatan: Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri, spasme otot, dan berkurangnya kelenturan
| 
   
Tujuan:
  setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat mengalami
  mobilitas fisik 
Kriteria
  Hasil 
A.    Klien
  menunjukkan kembalinya mobilitas fisik: 
1)
  kembali ke aktivitas semula secara bertahap, 
2)
  menghindari posisi yang menyebabkan ketidaknyamanan dan spasme otot 
3)
  merencanakan atau jadwal istirahat baring setiap hari 
B.     Tanda-tanda
  vital klien normal 
1)      Suhu:36,5-37,5
  derajat Celsius 
2)      RR:16-24x/menit 
3)      Tekanan
  darah:110-130/70-90mmHg 
4)      Nadi:
  60-90x/menit 
 | 
 ||
| 
   
NO 
 | 
  
   
INTERVENSI 
 | 
  
   
RASIONAL 
 | 
 
| 
   
1 
 | 
  
   
menantau
  secara kontinu mobilitas fisik klien, bergerak dan berdiri 
 | 
  
   
Memantau
  secara kontinu mobilitas akan mengetahui aktivitas klien  
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
Bantu
  klien merubah posisi secara perlahan 
 | 
  
   
Dengan
  merubah posisi klien secara perlahan akan meningkatkan latihan mobilitas
  fisik pada klien 
 | 
 
| 
   
3 
 | 
  
   
Ajarkan
  klien cara yang tepat turun dari tempat tidur, dengan nyeri minimal 
 | 
  
   
Dengan
  memberikan cara yang tepat turun dari tempat tidur, hal ini untuk mencegah terjadinya
  injuri dan nyeri 
 | 
 
| 
   
4 
 | 
  
   
Sampaikan
  dan ingatkan klien tidak boleh melakukan gerakan memutar dan melenggok 
 | 
  
   
Gerakan
  memutar dan melenggok akan meningkatkan nyeri pada klien. 
 | 
 
| 
   
5 
 | 
  
   
Dorong
  klien melakukan ganti posisi, berbaring, duduk, berjalan. Namun tidak boleh
  dalam waktu yang lama/ terus menerus 
 | 
  
   
Dengan
  terus melakukan pergantian posisi berbaring, duduk, berjalan akan
  meningkatkan mobilitas fisik dan mengurangi terjadinya kerusakan integument
  klien 
 | 
 
| 
   
6 
 | 
  
   
Buat
  jadwal periode istirahat berbaring di tempat tidur beberapa kali sehari
  bersama-sama klien. 
 | 
  
   
Dengan
  membuat jadwal periode istirahat berbaring akan memaksimalkan pengurangan
  nyeri pada klien. 
 | 
 
| 
   
7
   
 | 
  
   
Dorong
  klien untuk mematuhi jadwal latihan yang sudah dbuat dan meningkat latihan
  secara bertahap 
 | 
  
   
Dengan
  mematuhi latihan yang dibuat akan memberikan latihan maksimalkan mobilitas
  klien. 
 | 
 
Diagnosis Keperawatan: Kurang pengetahuan
berhubungan dengan teknik mekanika tubuh melindungi punggung
| 
   
Tujuan:
  setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien memahami teknik
  mekanika tubuh melindungi punggung 
A.    Klien
  menunjukkan mekanika tubuh yang memelihara punggung: 
1)
  Perbaikan postur 
2)
  Mengganti posisi sendiri untuk meminimalkan stres pada punggung 
3)
  Memperlihatkan penggunaan mekanika tubuh yang baik 
4)
  Berpartisipasi dalam program latihan 
B.     Tanda-tanda
  vital klien normal 
1)      Suhu:36,5-37,5
  derajat Celsius 
2)      RR:16-24x/menit 
3)      Tekanan
  darah:110-130/70-90mmHg 
4)      Nadi:
  60-90x/menit 
 | 
 ||
| 
   
NO 
 | 
  
   
INTERVENSI 
 | 
  
   
RASIONAL 
 | 
 
| 
   
1 
 | 
  
   
Ajarkan
  klien cara berdiri, duduk, berbaring, dan mengangkat barang dengan benar 
 | 
  
   
Dengan
  mengajarkan klien, klien dapat mendemonstrasikan tindakan keperawatan yang
  diberikan 
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
Menganjurkan
  atau mengganti sepatu/ sandal dengan yang bertumit rendah 
 | 
  
   
Dengan
  menggunakan bertumit rendah akan mengurangi terjadinya cedera pada klien. 
 | 
 
| 
   
3 
 | 
  
   
Anjurkan
  klien untuk mengistirahatkan salah satu kaki, bagi klien yang terpaksa
  berdiri lama untuk mengurangi lordosis lumbal 
 | 
  
   
Dengan
  mengistirahatkan salah satu kaki, klien dapat mengurangi cedera pada klien 
 | 
 
| 
   
4 
 | 
  
   
Anjurkan
  klien untuk melihat postur yang benar melalui cermin; latih postur dada
  membusung dan perut mengempis 
 | 
  
   
Klien
  mengetahui mendemonstrasi dalam memberikan postur yang benar 
 | 
 
| 
   
 5 
 | 
  
   
Jelaskan
  bahwa mengunci lutut saat berdiri dan membungkuk ke depan dalam waktu yang
  lama harus dihindari 
 | 
  
   
Mengunci
  lutut saat berdiri dan membungkuk ke depan dapat memberikan nyeri pada klien 
 | 
 
Diagnosis Keperawatan: Perubahan peran berhubungan
dengan gangguan mobilitas dan nyeri kronik
| 
   
Tujuan:
  setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat kembali
  ke peran semula. 
Kriteria
  Hasil: 
A.    Klien
  menunjukkan kembali ke peran semula 
1)
  Menggunakan teknik menghadapi masalah untuk menyesuaikan diri dengan stres 
2)
  Memperlihatkan berkurangnya ketergantungan kepada orang lain untuk perawatan
  diri 
3)
  Kembali ke pekerjaan bila nyeri punggung bawah sudah sembuh 
4)
  Kembali ke gaya hidup produktif penuh 
B.     Tanda-tanda
  vital klien normal 
1)      Suhu:36,5-37,5
  derajat Celsius 
2)      RR:16-24x/menit 
3)      Tekanan
  darah:110-130/70-90mmHg 
4)      Nadi:
  60-90x/menit 
 | 
 ||
| 
   
NO 
 | 
  
   
INTERVENSI 
 | 
  
   
RASIONAL 
 | 
 
| 
   
1 
 | 
  
   
Bantu
  klien menghadapi stresor spesifik dan belajar bagaimana menghadapi stres
  tersebut. 
 | 
  
   
Klein
  dapat menghadapi stress  dan dapat
  menyesuaikan diri 
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
Membantu
  klien dan keluarga dalam mengidentifikasi kebutuhan ketergantungan yang
  berkepanjangan 
 | 
  
   
Membantu
  klien dapat memberikan kemudahan kepada klien 
 | 
 
| 
   
3 
 | 
  
   
Membantu
  klien dan keluarga mengidentifikasi dan menghadapi alasan yang mendasari
  ketergantungan 
 | 
  
   
Untuk
  memperlihatkan kekurangan ketergantungan pada orang lain 
 | 
 
| 
   
4 
 | 
  
   
Konsultasi
  ke klinik punggung atau klinik nyeri 
 | 
  
   
Dengan
  konsultasi, klien dapat memberikan terapi yang tepat 
 | 
 
| 
   
5 
 | 
  
   
Konseling
  dengan ahli psikoterapi untuk membantu klien kembali ke kehidupan yang
  produktif 
 | 
  
   
Dengan
  diberi konseling dapat memberikan peningkatan mobilitas yang mandiri 
 | 
 
Diagnosis Keperawatan: Perubahan nutrisi lebih dari
kebutuhan berhubungan dengan obesitas
| 
   
Tujuan:
  setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nutrisi klien adekuat 
A.    Kriteria
  Hasil: 
Klien
  mencapai berat badan yang diinginkan. 
1)
  Mengidentifikasi perlunya penurunan berat badan 
2)
  Mengatur sasaran yang masuk akal 
3)
  Berpartisipasi dalam pengembangan rencana penurunan berat badan 
4)
  Mengikuti program penurunan berat badan 
B.     Tanda-tanda
  vital klien normal 
1)      Suhu:36,5-37,5
  derajat Celsius 
2)      RR:16-24x/menit 
3)      Tekanan
  darah:110-130/70-90mmHg 
4)      Nadi:
  60-90x/menit 
 | 
 ||
| 
   
NO 
 | 
  
   
INTERVENSI 
 | 
  
   
RASIONAL 
 | 
 
| 
   
1 
 | 
  
   
Kolaborasi
  penyusunan program penurunan berat badan dan stres pada punggung bawah 
 | 
  
   
Memberikan
  terapi yang tepat kepada klien dalam mengurangi penurunan berat badan 
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
Berikan
  pengawasan terhadap rencana penuruna n berat badan klien 
 | 
  
   
Memberikan
  pengawasan dapat memaksimalkan diit kepada klien 
 | 
 
| 
   
3 
 | 
  
   
Lakukan
  pencatatan setiap pencapaian 
 | 
  
   
Memberikan
  pencatatan untuk memaksimalkan terapi dan tindakan keperawatan yang diberikan 
 | 
 
| 
   
4 
 | 
  
   
Berikan
  semangat dan pujian positif untuk mendorong kepatuhan 
 | 
  
   
Memberikan
  motivasi kepada klien agar dapat kooperatif dalam memberikan tindakan
  keperawatan 
 | 
 
5.      Evaluasi
Pada Diagnosa: Nyeri berhubungan
dengan masalah musculoskeletal
| 
   
DIAGNOSA 
 | 
  
   
EVALUASI 
 | 
 
| 
   
Nyeri
  berhubungan dengan masalah musculoskeletal 
 | 
  
   
S:
  Klien mengatakan tidak merasakan nyeri atau nyeri berkurang 
O: 
Klien
  mengalami berkurang atau hilangnya nyeri: 
1)      Klien
  tampak istirahat denga nyaman 
2)      Klien
  dapat mengubah posisi dengan nyaman 
3)      Nyeri
  klien hilang melalui penggunaan modalitas fisik, teknik psikologis dan
  meditasi 
4)      Klien
  dapat Menghindari ketergantungan obat 
Tanda-tanda
  vital klien normal 
5.      Suhu:36,5-37,5
  derajat Celsius 
6.      RR:16-24x/menit 
7.      Tekanan
  darah:110-130/70-90mmHg 
8.      Nadi:
  60-90x/menit 
A: 
Hentikan
  intervensi apabila criteria hasil terpenuhi, 
 Lanjutkan intervensi apabila criteria hasil
  belum terpenuhi, 
P: 
Lanjutkan
  intervensi 
Hentikan
  Intervensi 
 | 
 
| 
   
Kerusakan
  mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, dan berkurangnya
  kelenturan 
 | 
  
   
S:
  Klien mengatakan dapat bergerak 
O: 
Klien
  menunjukkan kembalinya mobilitas fisik: 
1)
  Klien dapat kembali ke aktivitas semula secara bertahap, 
2)
  Klien menghindari posisi yang menyebabkan ketidaknyamanan dan spasme otot 
3)
  Klien dapat merencanakan atau jadwal istirahat baring setiap hari 
Tanda-tanda
  vital klien normal 
1)      Suhu:36,5-37,5
  derajat Celsius 
2)      RR:16-24x/menit 
3)      Tekanan
  darah:110-130/70-90mmHg 
4)      Nadi:
  60-90x/menit 
A: 
Hentikan
  intervensi apabila criteria hasil terpenuhi, 
 Lanjutkan intervensi apabila criteria hasil
  belum terpenuhi, 
P: 
Lanjutkan
  intervensi 
Hentikan
  Intervensi 
 | 
 
| 
   
Kurang
  pengetahuan berhubungan dengan teknik mekanika tubuh melindungi punggung 
 | 
  
   
S:
  Klien mengatakan  
O: 
Klien
  menunjukkan mekanika tubuh yang memelihara punggung: 
1)
  Klien dapat Perbaikan postur 
2)
  Klien dapat mengganti posisi sendiri untuk meminimalkan stres pada punggung 
3)
  Klien dapat mendemonstarikan atau memperlihatkan penggunaan mekanika tubuh
  yang baik 
4)
  Klien dapat berpartisipasi dalam program latihan 
Tanda-tanda
  vital klien normal 
1)      Suhu:36,5-37,5
  derajat Celsius 
2)      RR:16-24x/menit 
3)      Tekanan
  darah:110-130/70-90mmHg 
4)      Nadi:
  60-90x/menit 
A: 
Hentikan
  intervensi apabila criteria hasil terpenuhi, 
 Lanjutkan intervensi apabila criteria hasil
  belum terpenuhi, 
P: 
Lanjutkan
  intervensi 
Hentikan
  Intervensi 
 | 
 
| 
   
Perubahan
  peran berhubungan dengan gangguan mobilitas dan nyeri kronik 
 | 
  
   
S:
  Klien mengatakan  
O: 
Klien
  menunjukkan kembali ke peran semula 
1)
  Klien dapat menggunakan teknik menghadapi masalah untuk menyesuaikan diri
  dengan stres 
2)
  Klien dapat memperlihatkan berkurangnya ketergantungan kepada orang lain
  untuk perawatan diri 
3)
  Klien dapat kembali ke pekerjaan bila nyeri punggung bawah sudah sembuh 
4)
  Klien dapat kembali ke gaya hidup produktif penuh 
Tanda-tanda
  vital klien normal 
1)      Suhu:36,5-37,5
  derajat Celsius 
2)      RR:16-24x/menit 
3)      Tekanan
  darah:110-130/70-90mmHg 
4)      Nadi:
  60-90x/menit 
A: 
Hentikan
  intervensi apabila criteria hasil terpenuhi, 
 Lanjutkan intervensi apabila criteria hasil
  belum terpenuhi, 
P: 
Lanjutkan
  intervensi 
Hentikan
  Intervensi 
 | 
 
| 
   
Perubahan
  nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan obesitas 
 | 
  
   
S:
  Klien mengatakan  
O: 
Klien
  mencapai berat badan yang diinginkan. 
1)
  Klien dapat mengidentifikasi perlunya penurunan berat badan 
2)
  Klien dapat mengatur sasaran yang masuk akal 
3)
  Klien dapat berpartisipasi dalam pengembangan rencana penurunan berat badan 
4)
  Klien dapat mengikuti program penurunan berat badan 
Tanda-tanda
  vital klien normal 
1)      Suhu:36,5-37,5
  derajat Celsius 
2)      RR:16-24x/menit 
3)      Tekanan
  darah:110-130/70-90mmHg 
4)      Nadi:
  60-90x/menit 
A: 
Hentikan
  intervensi apabila criteria hasil terpenuhi, 
 Lanjutkan intervensi apabila criteria hasil
  belum terpenuhi, 
P: 
Lanjutkan
  intervensi 
Hentikan
  Intervensi 
 | 
 
No comments:
Post a Comment