Etnomedisin, Pandangan Dunia dan Non Barat terhadap Bidang Kesehatan, di Sosiologi Kesehatan
(Sumber/ Source: Mashudi, Sugeng.2012.Sosiologi Keperawatan.Jakarta:EGC.)
(Rewritten by/ Diketik kembali oleh: Dimas Erda Widyamarta.2014. please follow blog/ silahkan ikuti blog: www.ithinkeducation.blogspot.com or www.ithinkeducation.wordpress.com)
- Etnomedisin
Etnomedisin adalah sebuah kajian terhadap
konsep budaya yang terkait dengan kesehata, penyakit, dan kesakitan,
serta system pengobatan tradisional (Andrea Pieroni, Lisa Leimar, dan
Price Ina Vandebroek, 2005) hanya sedikit pengetahuan yang dapat diambil
pada masyarakat nonbarat terkait dengan penyebab suatu penyakit. Mereka
menganggap bahwa seluruh system medis etnomedisin (penyebab, penyakit,
perilaku yang berhubungan dengan keadaan sakit, serta pandangan terhadap
penyakit) dapat dikelompokkan menjadi dua hal yaitu system medis
personalistik dan system medis naturalistic.
- System medis personalistik
System medis personalistik merupakan suatu
system yang menganggap bahwa semua penyakit yang disebabkan oleh
berbagai macam agen aktif, dapat berupa supranatural (makhluk gaib,
dewa), manusia (tukang tenung), dan bukan manusia (hantu, roh leluhur
dan setan). Individu yang mengalami sakit adalah korban dari agen aktif
tersebut.
Tidak semua penganut personalistik
merupakan kelompok minoritas, terioslir, dan jauh dari peradapan modern.
Studi yang dilakukan oleh Glick (1967) pada suku Gimi di dataran tinggi
Nugini menyebutkan bahwa agen penyebab penyakit dapat berupa orang
pintar atau bukan manusia yang senantiasa dipandang sebagai makhluk yang
keras hati yang bertindak karena adanya respons terhadap motif pribadi
yang disadari. Fortune (1932) suku Dobu Melanesia menganggap penyakit
terjadi akibat dari rasa iri hati. Masyarakat Jawa mengakui bahwa
terdapat penyakit yang disebabkan karena ahli tenung, yang bisa dilawan
dengan ahli tenung yang lebih tinggi ilmunya atau dengan meminta orang
suci atau ahli agama untuk menyembuhkan penyakitnya. Suku Maya di
Amerika Tengah memiliki kalender astronomi yang sampai sekarang belum
ada yang menandingi. Dengan ilmu astronomi yang mereka mewarisi dari
nenek moyangnya, mereka mampu memprediksi terjadinya gerhana seribu
tahun yang akan dating. Peradapan yang kompleks mereka miliki sejak
ratusan tahun yang lalu, demikian juga suku di Afrika Barat, suku Aztek
dan Inca memilik peradapan maju yang mereka dapatkan dari nenek moyang
mereka.
- Sistem Medis Naturalistik
System medis naturalistic merupakan suatu
system yang menganggap bahwa semua penyakit yang disebabkan oleh
terganggunya system keseimbangan yang ada dalam tubuh. Individu yang
sehat adalah individu yang memiliki keseimbangan tubuh seperti panas,
dingin dan caran tubuh tidak mengalami gangguan. Komponen antara ying dan yang
pada tubuh individu mengalami keseimbangan, menurut usia dan kondisi
individu dalam lingkungan alamiah dan sosialnya. Apabila terjadi
ketidakseimbangan pada system tubuh tersebut maka individu akan
mengalami sakit.
System medis naturalistic modern hamper
selalu sama antara satu dengan lainnya dalam hal historis. Pengetahuan
mengenai perkembangan da asal usul system tersebut memungkinkan kita
untuk mengetahui lebih banyak bentuk variasi modern dengan tingkat
kejelasan tertentu.
Hamper di semua Negara terdapat berbagai
macam system medis naturalistic. Negara satu dengan lainnya memiliki
jenis yang berbeda. Terdapat tiga system medis naturalistic yang
berkembang pesat saat ini, di antara adalah Ayuwerda dan pengobatan
tradisional Cina (TCM)
- Bentuk Pengobatan Tradisional Peradapan Timur
- Pengobatan Ayuverda (Traditional Indian Medicine/ TIM)
Ayuverda atau Devanagari merupakan system
pengobatan kuno masyarakat asli India. Saat ini, system pengobatan ini
digunakan oleh jutaan orang di India, Nepal, dan Sri Lanka, dan
memengaruhi pengobatan China dan Tbet. Kata “Ayurveda” tatpurusha
merupakan gabungan dari kata ayus berarti “hidup”, “prinsip hidup”, atau
“longlife” dan kata veda, yang merujuk pada suatu system “pengetahuan”.
Jadi, “Ayuverda” dapat diterjemahkan sebagai “ilmu kehidupan”, atau
“pengetahuan tentang kehidupan yang panjang”. Menurut Charaka Samhita,
“hidup” itu sendiri didefinisikan sebagai kombinasi dari rasa, pikiran
dan jiwa, factor yang bertanggung jawab untuk mencegah kerusakan da
kematian.
Menurut perspektif ini, Ayuverda terkait
dengan usaha untuk melindungi “ayus”, yang meliputi sehat sepanjang
hayat dengan tindaka pengobatan yang holistic melibatkan fisik, mental,
social da spiritual (Cooper, 2008).
Ayurveda
menganggap bahwa alam semesta terdiri dari kombinasi dari lima elemen
(pancha mahabhutas). Kelima elemen tersebut adalah akasha (eter), vayu
(udara), teja (api), aap (air) dan perthvi (bumi). Kelima elemen
tersebut ada di semua benda yang ada di alam semesta baik organic maupun
an orgaik. Dalam system biologis, seperti manusia terdapat tiga elemen
kode yang mengatur semua proses kehidupan. Ketiga memaksa (kapha, vata,
dan pitta) yang dikenal sebaga tiga doshas atau tridosha. Doshas terdiri
atas satu atau dua elemen. Vata terdri atas ruang dan udara, pitta api,
dan kapha air dan bumi. Vata dosha memiliki mobilitas dan kecepatan dan
ruang udara; pitta dosha yang metabolis kualitas api; kapha dosha
dengan stabilitas dan kekuatan dari air dan bumi. Tridosha yang mengatur
semua proses fisiologis dan psikologis pada makhluk hidup. Di antara
mereka yang saling menentukan kualitas dan kondisi masing-masing. Ketiga
elemen doshas menciptakan keseimbangan dan kesehatan, sebuah
ketidakseimbangan, baik kelebihan (vriddhi) atau kekurangan (kshaya),
dapat berfungsi sebagai penanda atau gejala suatu penyakit.
- Pengobatan tradisional Cina (Traditional Chinese Medicine)
Pada masa kaisar Kuning, Huang Ti,
pengobatan Cina Kuno sudah mulai dikenal, pengobatan tradisional China
menjelaskan konsep sentral dalam kosmologi Cina, kekuata yin dan yang,
interaksi yin dan yang berada di seluruh gejala alam, termasuk
pembentukan da fungsi tubuh manusia. Keseimbangan antara yin dan yang
ini sangat penting bagi tubuh manusia.
Masyarakat Cina menganggap yin dan yang
sebagai unsure primordial alam semesta yang senantiasa berputar. Unsure
“yang” yang mewakili unsure positif meliputi langit, matahari, api,
panas, kering, cahaya, prinsip laki-laki, bagian luar, kanan, hidup,
tinggi, keagungan baik, indah, kebajikan, aturan, kebahagian, dan
kemiskinan. Perubahan pada kedua unsure ini diikuti dengan perubahan
kondisi tubuh manusia.
Para ahli filsafat Cina mengakui adaya
lima unsure yang terdiri atas api, kayu, logam, air da bumi. Kelima
unsure tersebut erat kaitannya dengan kondisi fisiologis kesehatan
manusia. Angka kelima sekaligus sebagai angka dasar bagi suatu system
yang luas tentang keselarasan numeric, yang terintegrasi pada alam
semesta, termasuk manusia. Berbagai musim, jumlah lubang pada kepala,
berbagai organ tubuh, dan lainnya. Hubunga yang selaras antara manusia,
alam semesta dan kesehatan juga ditemuka pada jumlah hari dalam setahun
dan jumlah titik akupuntur, sejumlah 365.
Salah satu manfaat teknik akupunktur dalam
terapi adalah menguragi nyeri. Namun, mekanisme neuronal pada terapi
akupunktur sampai saat ini masih belum dipahami dan sangat sedikit
informasi tentang Leung et al (2008) dengan menggunakan elecroacpuncture
(EA) pada Tendinomuscular Meridians (TMM) memberikan manfaat mengurangi
nyeri yang sementara. Namun, pengaruh dari lamanya terapi EA yang
menimbulkan efek analgesic dalam pengobatan model khusus ini belum
diketahui. Oleh karena itu, Leung mencoba meneliti pengaruh durasi
electroacupuncture (EA) pada Tendinomuscular Meridians (TMM).
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Leung (2008) menunjukkan durasi dari
elektroakupunktur (EA) memberikan stimulasi berupa efek analgesic panas
yang diukur dengan hot pain visual analog scale (HP Vas). Durasi yang
lebih singkat dari EA, tidak memberikan efek analgesic. Sebaliknya
durasi yang terlalu lama akan memberikan mekanisme panas pada kulit.
Stimulasi EA selama 15 menit ternyata menghasilkan yang optimal.
Selain dapat mengurangi nyeri; teknik
akupunktur dapat diberikan pada pasien hipertensi. Menurut Siswoyo dan
Adi Kusuma (1981) teknik akupunktur mampu menurunkan tekanan darah
secara stabil tapa efek samping dengan cara menusuk jarum halus pada
titik Cu San Li, Tay Yen, Ran Kyu, Fung Ce, Sen Men (diutamakan titik
yang diambila adalah Fung Ce). Teknik ini akan lebih efektif jika
diikuti dengan menggunakan stimulasi elektroakupunktur energy listrik
dengan panjang gelombang kurag dari 30 Hz (disperse wave), beras arus
bolak-balik (alternating current) 0,2 miliamper dan besar tegangan 12
volt, durasi 20 menit dengan frekuensi intervensi 6 kali interval
istirahat 2 hari pada titik permukaan tubuh. Sebelum dilakukan terapi
akupunktur, klien perlu dipersiapkan dalam kondisi psikologi yang tenang
sehingga tidak timbul stress yang dapat berpengaruh pada peningkatan
tekanan darah melalui peningkatan hormone stress (ACTH, katekolamin,
beta endorphin, kortisol).
Tabel: Perbedaan pengobatan tradisional Cina (TCM) dan pengobatan medis barat (Sumber: Robert Yuan da Yuan Lin, 2008)
|
Pengobatan barat |
Pengobatan tradisional China (TCM) |
Tubuh manusia |
Struktur dan fungsi sel, jaringan dan organ tubuh |
Holistic (bio-spiko-sosial-spiritual) |
tujuan |
Mengobati penyakit dan efeknya terhadap system tubuh |
Memulihkan atau mengembalikan homeostatis tubuh; pencegahan sakit |
terapi |
Cepat, sangat efektif pada penyakit yang sifatnya akut |
Bertahap, ditujukan pada penyakit yang sifatnya kronis |
Klien |
Dianggap sebagai satu kelompok perawatan |
Sesuai kebutuhan perawatan |
Dokter/ perawat |
Dokter/ perawatan umum, spesialis, dan ahli laboratorium saling berkolaborasi |
Sebatas hubungan dokter/ perawat dan klien |
- Profesionalisme Perawat
Untuk memahami profesionalisme perawat
yang sesungguhnya, kita harus memahami perkembangan yang pendidikan
keperawatan. Program pendidikan diploma keperawatan yang diselenggarakan
oleh rumah sakit muncul pertama kali di Amerika Serikat pada tahun
1873. Setengah abad berikutnya berkembang menjadi 15 buah pada tahun
1880; 35 pada tahun 1890; 432 pada tahun 1900; dan 1023 pada tahun 1910
(Bullough, 1971). Walaupun jumlah pendidikan diploma keperawatan cukup
banyak, ternyata hal ini belum mencukupi kebutuhan. Selain program
diploma, program pendidikan perawat yang berkembang pada zaman tersebut
adalah program associate dan baccalaureate.
Sejak tahun 1910 sampai 1920 telah
berkembang sekolah keperawatan yang didirikan oleh universitas. Program
baccalaureate dilaksanakan selama empat tahun dengan lulusan bergelar
Bachelor of Science Nursing (BSN). Program pendidikan keperawatan pada
tingkat universitas ini lebih menekan pada konsep berpikir ilmiah.
Adanya pendidikan keperawatan pada universitas menempatkan perawat pada
tingkat professional yang belum pernah diraih pada jenjang pendidikan
sebelumnya. Banyaknya perawat yang menyandang gelar Ph. D., memberikan
tingkat pengetahuan yang lebih baik yang tidak diperoleh pada program
diploma di rumah sakit.
Tipe ketiga pendidikan keperawatan adalah
associate degree program. Program ini dapat ditempuh selama dua tahun,
setingkat akademi. Program associate ini mulai berkembang pada tahun
1952. Walaupun sangat sedikit penelitian yang terkait dengan program
associate ini, program ini memiliki jumlah paling bayak disbanding dua
program sebelumnya (Knopf, 1975).
Rumusan visi Program Studi S1 Keperawatan
UM Surabaya akan menjadikan lulusan perawat yang memiliki kompetensi
intelektual, bermoral dan berbudaya asing, hal ini akan terwujud dengan
meningkatkan kualitas perawat melalui pendidikan lanjutan pada program
Ners. Dengan demikian, kebijakan pemerintah (depkes) tentang
profesionalisasi keperawatan diharapkan akan mengalami perubahan yag
mendasar dalam upaya berpartisipasi aktif menyukseskan program
pemerintah dan berwawasan luas tentang keperawatan.
Era globalisasi akan memberikan efek positif dan negative bagi perawat. Perubahan tersebut di antaranya sebagai berikut.
- Dampak positif akibat perubahan, meliputi:
- Mutu pelayanan keperawatan semakin meningkat.
- Semakian ssuai keahlian perawat
- Kesempata kerja semakin luas
- Dampak negative akibat perubahan, meliputi:
- Persaingan tenaga kesehata semakin ketat
- Perubahan filosofi pelayanan dari social ke komersial
- Semakin sulit memeratakan pelayanan keperawatan
- Tidak sesuanya pelayaan dengan kebutuhan masyarakat
Di
masa depan, pendidikan tinggi keperawatan dihadapkan pada suatu
tantangan dalam meningkatkan lulusannya. Pemerintah melalui Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), selalu berupaya menjaga
kualitas perguruan tinggi dengan memberikan penilaian pada program
pendidikan tinggi, termasuk pendidikan tinggi keperawatan. Pendidikan
tinggi keperawatan yang terakreditasi akan memiliki kualitas berbeda
jika dibandingkan dengan perguruan tinggi terakreditasi. Dibandingkan
dengan pendidikan yang tidak terakreditasi, secara proses pendidikan
tinggi keperawatan yang terakreditasi memiliki proses pembelajaran yang
lebih baik sehingga akan menghasilkan lulusan yang baik pula.
Para lulusan pendidikan tinggi
keperawatan diharapkan memiliki kompetensi professional. Muatan
kurikulum yang terkandung dalam pendidikan tinggi keperawatan harus
berorientasi ke depan, menyesuaikan perubahan yang terjadi dan kebutuhan
masyarakat. Misalnya, bertambahnya jumlah harapan hidup berarti jumlah
lansia akan meningkat, sehingga muatan kurikulum harus terkait dengan
keperawatan gerontik, penyakit kronis, dan home care.
- Hubungan Perawat dan Dokter
Kepekaan berpikir kritis perawat akan
tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan mengaplikasi
konsep teori ke dalam praktik keperawatan. Kolaborasi perawat dan dokter
dalam memberika pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat penting.
Melalui hubungan yang professional akan tercipta lingkungan yang
kondusif sehingga meningkatkan kualitas pelayanan.
Dalam melaksanakan pelayanan asuhan
keperawatan, walaupun perawat telah melakukan tindakan asuhan
keperawatan sesuai produser terkadang masalah belum teratasi atau ketika
mendapatkan kasus langka. Oleh karena itu, guna mengatasi masalah
tersebut seorang perawat harus memiliki strategi meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan. Salah satu upaya yang terbukti efektif untuk
meningkatkan pelayanan keperawatan adalah dengan ronde keperawatan.
Melalui ronde keperawatan, terbuka usaha perawat untuk berkolaborasi
dengan petugas kesehatan lain termasuk dokter.
Tidak semua pasien dapat dilakukan
kegiatan ronde keperawatan. Perawat harus jeli terhadap masalah
keperawatan yang sudah dirumuskan. Sebagai panduan melaksanakan ronde
keperawatan, perawat harus memahami karakteristik pasien yang dapat
digunakan dalam ronde keperawatan. Karakteristik tersebut adalah klien
harus dilibatkan secara langsung, klien sebaga focus kegiatan, PP, PA
dan dokter sebagai konselor melakukan diskusi bersama, konselor
memfasilitasi kreativitas.
No comments:
Post a Comment