Friday, July 10, 2020

Kultur Area Madura di Provinsi Jawa Timur tentang Perkimpoian Tradisional Sogugan, di Kabupaten Jember

Kultur Area Madura di Provinsi Jawa Timur tentang Perkimpoian Tradisional Sogugan, di Kabupaten Jember

(Sumber: Supriyanto, Henri.1997. Upacara Adat Jawa Timur. Surabaya: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.)

Daerah Tingkat II (DATI II) Kabupaten Jember

Perkimpoian dengan upacara adat “Sogugan” masih dijumpai dan dilesterikan di daerah Jember bagian Utara. Tradisi Sogugan terkait dengan upacara perkimpoian khususnya aktivitas penyumbang terhadap pemilik hajat menyumbang pemilik hajat. (Jawa –buwuh ata mbecek) ternyata amat beragam masyarakat tertentu sering memberi sumbangan dalam bentuk natura (bahan mentah seperti beras, kelapa, minyak dan lain-lain) tetapi banyak pula dengan cara memberi sumbangan uang. Sogugan yang dimaksud di sini adalah pemberian sumbangan secara khusus, nilai sumbangan melebihi sumbangan pada umumnya. Misalnya lelaki (ayah) pada umumnya menyumbang senilai Rp 25 ribu, sedang sogugan nilai sumbangan di atas Rp 100 ribu, bahkan Rp 500 ribu atau seharga seekor sapi pada waktu itu.

Tradisi yang dilestarikan ialah upacara penyambutan memberi sumbangan secara rinci sebagai berikut; penyumbang biasanya membawa uang (nilai cukup besar) dan membawa “jodhang” (peti kayu, berbentuk panjang, beris makanan, dan biasanya dipikul oleh dua orang). Penyogug (penyumbang) ini disambut pemilik rumah (yang mempunyai hajat ) di pintu depan terop, dengan iringan gamelan kenong tello’ dan seoerang pesinden yang suaranya amat merdu.

Penyumbang dan pemilik rumah biasanya diwakili cacam (juru bicara), di depan terop tersebut terdialog singkat, yang intinya bahwa pihak penyumbang dengna ikhlas, tulus memberi sumbangna demi kelestarian hubungan persaudaraan/ kekeluargaan.

Dialog macam tersebut dilanjutkan dengan upacara serah terimah sumbangan, sambil menari yang diwakili oleh kedua cacam. Iringan music. Gamelan kenong telo’ yang dimaksudkan misalnya gendhing “Walang Kekek, Pelog, Temor, gendhing Gangtung dan gendhing jula-juli Jawa Timuran”. Penghitungan di tempat yang telah ditetapkan, disaksikan oleh macam, pesinden, dan tamu undangan yang lain. Uang sumbangan di simpan di bokor dan dijaga secara khusus. Kadang kala uang sumbangan itu dirangkai pada sebilah bamboo. Semakin besar sumbangan yang diberikan, semakin tinggi status social penyumbang di masyarakat.

Urutan Kegiatan

1) pasangan penganten patah (penengah) duduk di tempat pelaminan. Pemikul gamelan mempersiapkan diri di tempat yang ditentukan pewara (penata cara –MC) siao membacakan deskripsinya tata upacara.

2) Gendhing “Kebo Giro” berbunyi, tanpa penganten pria datang dan upacara memasuki babak “temu manten”. Orang tua kedua belah pihak bertemu dan berjabat tangan, serta duduk di tempat yang telah dipersiapkan dalam komposisi tertentu. Temu penganten dilanjutkan dengan upacara terbakti ke pasangan orang tua (Jawa-sungkeman). Akhirnya pasangan penganten berdampingan duduk di pelaminan.

3) toktok, kode tamu sogugan datang, gamelan kenong tello’ menyambut tamu yang diterima di luar terop. Kedua cacam berdialog, penyerahan uang sumbangan dan jodhang, dengan tari-tarian. Penyumbang dipersilahkan mencari tempat duduk.

4) sambil menuju ke tempat duduk, tamu diiringi cacam masuk ke terop, berjabat tangan dengan kedua pasangan orang tua penganten dan berjabat tangan dengan penganten.

5) Sesudah menikmati hidangan (makan) tamu meminta izin pulang. Penyumbang diiringi pasangan penganten, orang tua penganten, patah, pengiring menuju ke pintu gerbang tarup. Gamelan membunyikan gendhing penutup.

Dengan demikian satu babak upacara adat sogugan telah sempurna.

No comments:

Post a Comment