2.1.Pilihan
Kata
Berbahasa,
terutama dalam bentuk tulisan tidak hanya menyusun kata-kata dalam setiap
kalimat yang kita ucapkan atau tuliskan, melinkan harus dipilih kata-kata yang
tepat, jelas, dan cermat. Memilih kata-kata yang bersifat umum dan mudah
dimengerti. Menghindari pemakaian kata-kata sulit dan kata-kata asing.
Kata-kata seperti: prospek, aspek, stagnasi, vetakompli, konjugasi, follow up,
komplin, dan sebagainya sebaiknya dihindari. Perhatikan contoh kalimat berikut.
Berdasarkan teknik administrative dan
teknik operasional, maka …….dan seterusnya.
Sebaiknya ditulis:
Ditinjau dari segi administrative dan
hasil kerja, maka….. dan seterusnya.
Disamping yang
teah dibahas di atas, penulisan kata, pemakaian kata yang lazim , pemakaian kata
yang cermat, pemakaian ungkapan idiomatic, ungkapan penghubung, dan penggunaan kata
khusus harus digunakan dan ditulis dengan benar.
a. Penulisan
kata
Penulisan
kata-kata seperti Pebruari, Nopember, Senen, Jum’at, merubah, pertanggung
jawab, faham, dan sebagainya, berdasarkan tata ejaan yang berlaku sekarang
(EYD) tidak dibenarkan. Kata-kata tersebut seharusnya dituliskan: Februari,
November, Senin, Jumat, mengubah, pertanggungjawaban, paham, dan sebagainya.
Demikian pula penulisan kwitansi, formil, prosen, sistim, praktek, apotik,
analisa, hipotesa, subyek, obyek, dan sebagainya. Kata-kata tersebut seharusnya
dituliskan kuitansi, formal, persen, sistem, praktik, apotek, analisis,
hipotesis, subjek, objek, dan sebagainya.
b. Kata
yang Lazim
Penulisan bahasa keilmuan sebaiknya
digunakan kata-kata yang sudah lazim di masyarakat, yaitu kata-kata yang sudah
dikenal. Contohnya memakai kat masukan bukan kata input, sukucadang bukan
sparepart, usaha patungan bukan joint venture, pendekatan bukan approach,
peringkat bukan ranking, lokakarya bukan work shop, dan sebagainya.
c.
Kata yang Cermat
Kata-kata yang dipakai harus dipilih
secara cermat, artinya kata-kata yang digunakan itu tepat dan sesuai dengan
pwsan yang inin disampaikan. Misalnya kata kencing sama dengan buang air kecil,
mengaso sama dengan beristirahat. Contoh kata-kata tersebut maknanya memang
boleh sama, tetapi nuansa pemakaiannya berbeda.
d.
Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatik adalah ungkapan yang
sudah senyawa betul. Oleh karena itu tidak boleh ditambah atau dikurangi. Yang
tergolong ungkapan idiomatik antara
lain: sesuai dengan, berhubung dengan, bertalian dengan, terbuat dari, terdiri
atas, tidak berbeda dengan, disebabkan oleh, dan sebagainya.
e.
Ungkapan Penghubung
Ungkapan penghubung bertugas menghubungkan
kata-kata intrakalimat maupun antarkalimat. Perhatikan contoh di bawah ini.
1)
Dalam rapat itu akan
dibicarakan berbagai masalah, baik yang menyangkut konsolidasi ke dalam maupun
yang meyangkut konsolidasi ke luar.
2)
Kami mihin dikirimi
bahan-bahan seperti semen, pasir, kayu, semen merah, batu bara merah, dan
sebagainya.
3)
Yang harus anda siapkan
adalah hal-hal sebagai berikut.
f.
Kata Khusus
Kata-kata khusus yang dimaksud antara
lain kami dan kita, secepat mungkin, agar supya, demi untuk, dan sebagainya.
1)
kami dan kita
Kata kami dan kita adalah bentuk jamak
dari saya. Kata kami digunaan jika lawan bicara tidak termasuk dalam
pembicaraan, sedsngkan kata kita sebaliknya. Contoh: Kami bangsa Indonesia,
dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Mari kita selesaikan masalah
ini dengan kepala dingin.
2)
secepat mungkin dan
selekas mungkin
Kedua pasangan kata di atas merupakan
bentukan bahasa Indonesia dari bahasa asing. Bentukan yang benar adalah
secepat-cepatnya dan selekas-lekasnya.
3)
agar supaya dan demi untuk
Agar supaya dan demi untuk sering
digunakan dalam berbahasa Indonesia. Penggunaan kedua pasang kata ini merupakan
penggunaan kata yang berlebihan sebab pengertian agar sama dengan supaya, dan
demi sama dengan untuk. Karena itu, sebaiknya dipakai salah satu saja.
Misalnya: Kami
mohon agar hal itu segera diselesaikan.
atau
Kami mohon supaya hal itu
segera diselesaikan.
2.2.Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang
sangat penting dalam penyampaian gagasan dan merupakan sarana penyampai gagasan
yang lengkap dan utuh. Satuan bahasa yang lebih kecil dari kalimat, misalnya
kelompok kata, tidak dapat dipakai sebagai alat penyampai gagasan yang utuh
karena tidak menampung gagasan yang lengkap.
Pengarang misalnya, dalam menyampaikan
gagasannya bergantung pada efektivitas kalimat-kalimat yang dibuatnya.
Pengarang akan berhasil jika mampu membuat karangan dengan kalimat-kalimat yang
apik (well formed) yang dapat menampung gagasan yang disampaikan sehingga
gagasannya tergambar secara jelas dan lengkap dalam pikiran pembaca persis
seperti yang disampaikannya. Kalimat-kalimatnya tepat sasaran, meninggalkan
pengaruh, dan menimbulkan pesan. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif.
Untuk menyusun kalimat efektif perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu
kekompakan dan kesatuan, kehematan, kevariasian, kesejajaran, dan penekanan.
Adapun penjelasannya sebagai berikut.
a.
Kekompakan dan Kesatuan
Kalimat dikataan kompak da nada kesatuan jika
dalam satu kalimat hanya terkandung satu pokok pikiran atau gagasan. Kesatuan
gagasan ini terlihat pada kehadiran fungsi subjek (S), predikat (P), objek (O),
dan dapat pula dilengkapi dengan fungsi pelengkap (Pel), serta keterangan (K).
Jadi sebuah kalimat yang kompak dan mengandung kesatuan, setidaknya mengandung
unsur S, P, O serta masing-masing unsur fungsi kalimat terlihat dengan jelas.
Ketidakjelasan kedudukan masing-masing fungsi itu membawa dampak kekaburan
makna kalimat.
Contoh:
(1)
Menteri hukum dan
perundang-undangan sedang menertibkan semua produk hukum masa lalu dengan
segera.
Kalimat (1) ini jelas maknanya sebab hubungan
antara fungsi S (Menteri hukum dan perundang-undangan) dengan P (sedang
menertibkan), dan antara P dengan (semua produk hukum masa lalu) beserta K
(dengan segera) terjalin secara baik. Kekompakan hubungan masing-masing unsur
fungsi itu membentuk kepaduan makna kalimat. Bandingkan dengan kalimat (2) dan
(3) di bawah ini.
(2)
Dalam menulis surat
bahasa Indonesia sudah lazim menggunakan kata pendahuluan sebagai pengantar isi
surat.
(3)
Untuk pengangkutan pupuk
dari lini 2 ke lini diserahkan kepada Puskud.
Makna kalimat (2) di atas sangat kabur, sebab
tidak jelas apa atau siapakah sudah lazim menggunakan kata pendahuluan sebagai
kata pengantar isi surat . ketidakhadiran fungsi S pada kalimat (2) menyebabkan kesatuan gagasan kalimat itu
tidak tampak. Untuk itu, kehadiran kata kita (misalnya) sebagai S kalimat
tersebut dapat mengendalikan kesatuan gagasannya. Perhatikan kalimat (4) di
bawah ini.
(4) Dalam
menulis surat bahasa Indonesia, kita sudah lazim menggunakan kata pendahuluan
sebagai pengantar isi surat.
Meskipun kelihatan komunikatif, kesatuan
gagasan kalimat (3) tetap tidak terbentuk, sebab gagasan pokok yang didukung
oleh fungsi S tidak tampak secara jelas. Agar kalimat tersebut efektif, kata
depan untuk sebelum S harus dihilangkan. Perhatikan kalimat (5) berikut.
(5) Pengangkutan
pupuk dari lini 1 ke lini 2 diserahkan kepada Puskud.
b. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif meliputi kehematan pemakaian
kata, frasa, atau unsur kalimat lainnya yang tidak diperlukan. Unsur-unsur yang
bisa dihemat meliputi pengulangan bagian-bagian kalimat, pemakaian hiponimi,
dan pemadatan kelompok kata menjadi kata.
1) Pengulangan
bagian-bagian kalimat
Ketika menghubungkan beberapa kalimat tunggal mejadi kalimat
majemuk, kita sering mengulang kata-kata yang sama yang menduduki fungsi yang
sama. Pengulangan semacam ini tidak perlu. Perhatikan contoh berikut.
(6) Pencari
kerja itu segera membuat surat lamaran setelah dia tahu ada lowongan pekerjaan
dimuat di Koran harian.
(7) Hasan
menulis surat itu kemudian mengirimkan sendiri surat itu ke kantor pos.
Kalimat
(6) dan (7) diperbaiki menjadi kalimat (8) dan (9) di bawah ini.
(8) Pencari
kerja itu segera membuat surat lamaran setelah tahu ada lowongan pekerjaan
dimuat di Koran harian.
(9) Hasan
menulis surat itu kemudian mengirimkannya sendiri ke kantor pos.
2) Pemakaian
hiponimi
Hiponim merupakan kata-kata yang maknanya sudah tercakup
dalam kata kelompoknya. Kata mawar misalnya sudah mengandung makna ‘kelompok
bunga’, kata Senin sudah mengandung makna ‘hari’, dan sebagainya. Itulah
sebabnya kalimat (10), (11), dan (12) akan lebih efektif bila kata-kata yang
tercetak miring dihilangkan.
(10) Gadis
itu sedang menanam bunga mawar di
halaman.
(11) Pertemuan
itu akan berakhir pada hari Senin
pecan depan.
(12) Saya
akan pergi ke Australia pada bulan Agustus tahun depan.
3) Pemadatan
kelompok kata menjadi kata
Kelompok kata yang panjang sering memiliki padanan yang lebih
singkat dan hemat. Perhatikan kelompok kata berikut.
menjadi sebab > menyebabkan
mengambil keputusan > memutuskan
melakukan penguraian > menguraikan
apa yang kita tuntut > tuntutan kita
menyatakan persetujuan > menyetujui
Dalam hubungan kalimat, bandingkan antara kalimat (13) dan (14)
di bawah ini.
(13) Mahasiswa
sering diberi predikat sebagai tulang punggung bangsa dan Negara, suatu
predikat yang harus diberi penafsiran dan diberi makna secermat-cermatnya.
(14) Mahasiswa
sering diberi predikat tulang punggung bangsa dan Negara, suatu predikat yang
harus ditafsirkan dan dimaknai secara cermatnya.
c. Kevariasian
Kevariasian bentuk-bentuk kalimat untuk menjaga keseimbangan
antara jumlah kalimat panjang dan kalimat pendek, kalimat aktif dan pasif,
kalimat langsung dan tak langsung, kalimat berita, Tanya, dan perintah; serta
kevariasian dalam mengawali kalimat, misalnya ada yang dimulai dengan subjek,
predikat, atau keterangan. Kevariasian struktur kalimat dengan awal yang
berbeda-beda ini sangat baik untuk menonjolkan gagasan sentral kalimat. Variasi
panjang dan pendek kalimat dalam sebuah wacana akan memberikan kesempatan
kepada pembaca untuk berpikir. Perhatikan contoh di bawah ini.
(15) Para
mahasiswa berkumpul di ruang khusus membicarakan tugas-tugas yang diberikan
dosen.
(16) Mereka
berdiskusi
Untuk menghindari kebosanan pembaca, kadang
dimunculkan variasi kalimat aktif dan pasif secara berurutan, misalnya pada
kalimat (17) dan (18) berikut.
(17) Pada
hari raya Idul Adha yang lalu Haji Malik menyembelih lima ekor kambing.
(18) Disamping
itu disembelih seekor lembu jantan.
Variasi
antara kalimat tunggal dan kalimat majemuk
atau kalimat sederhana dan kalimat kompleks dalam suatu wacana dapat
diamati pada contoh di bawah ini.
(19) Menilai
sebuah buku berarti memberi saran kepada pembaca untuk atau menerima kehadiran
buku ini.
(20) Oleh
sebab itu, sebuah buku harus dinilai secara keseluruhan.
d. Kesejajaran
Pemakaian kata, kelompok kata, atau bentuk kata di dalam
kalimat harus dijaga kesejajarannya. Bila suatu gagasan ditempatkan dalam
struktur kata benda (misalnyabentuk pe-an), maka kata-kata atau kelompok kata
yang lain menduduki fungsi gramatikal yang sama harus ditempatkan ke dalam kata
benda dalam bentuk ini. Begitu pula sebaliknya, bila suatu gagasan ditempatkan
ke dalam struktur kata kerja (bentuk di-kan, me-kan), kelompok kata yang lain
menduduki fungsi gramatikal yang sama dinyatakan ke dalam kata kerja benuk itu.
Contohnya seperti berikut.
(21) Setelah
diproduksi dan dipak, barang itu tinggal dipasarkan ke daerah-daerah.
(22) Seorang
insinyur telah memecahkan masalah itu dengan caranya sendiri kemudian membuat
alatnya dan masyarakat tinggi membeli dan memakainya.
e. Penekanan
Penekanan bertujuan untuk menegaskan
gagasan yang dianggap penting pada bagian-bagian tertentu. Ada beberapa cara
untuk memberikan penekanan terhadap gagasan utama yang ingin disampaikan oleh
penulis. Perhatikan uraian berikut.
1) Posisi
kalimat
Urutan umum pola kalimat bahasa Indonesia
adalah subjek, predikat, objek, dan keterangan (SPOK). Tetapi apabila penulis
ingin memberikan penekanan bagian-bagian tertentu, ia tinggal menempatkan
bagian yang ditekankan itu ke posisi awal kalimat. Contoh kalimatnya di bawah
ini.
(23) Peristiwa
itu terjadi kemarin di depan rumahku.
(24) Kemarin
peristiwa itu terjadi di depan rumahku.
(25) Di
depan rumahku peristiwa itu terjadi kemarin.
2) Urutan
logis
Penekanan bagian kalimat dapat juga
ditempuh dengan menyusun secara logis informasi yang ada dalam kalimat. Urutan
dapat berlangsung secara kronologis sesuai dengan proses, atau secara bertahap
semakin memuncak pada informasi yang lebih penting, seperti contoh di bawah ini
dan bandingkan.
(26) Kegiatan
niaga antara lain meliputi penawaran, pemasaran, pengiriman pesanan, dan
penagihan.
(27) Sepulang
sekolah Budi langsung tidur, bangun tidur makan, kemudian baru mandi.
3) Pemakaian
repetisi
Repetisi adalah
pengulangan bagian-bagian kalimat tertentu yang dianggap penting di dalam
kalimat yang merupakan efek penekanan gagasan.
Contoh:
(28) Dalam
pembiayaan harus ada kesinambungan antara pemerintah dengan swasta,
kesinambungan domestic dengan luar negeri, dan kesinambungan perbankan dengan
lembaga keuangan nonbank.
(29) Pembangunan
tidak hanya berdimensi ekonomi tetapi juga berdimensi politik,brdimensi sosial,
dan berdimensi kultur.
2.3. Paragraf
Paragraf
atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat kalimat
menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan
adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam
paragraf membicarakan satu gagasan. Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam
paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Pada
umumnya paragraf terdiri atas lebih dari satu kalimat. Atau dapat dikatakan
bahwa alinea pada umumnya terdiri atas beberapa kalimat. Dari fungsi dan
kandungannya, kalimat dalam alinea dapat dipilah-pilah menjadi kalimat topik,
kalimat pengembangan, kalimat penutup, dan kalimat penghubung.
2.3.1 Ciri Paragraf
(1)
Ada kesatuan gagasan
Paragraf dinyatakan memiliki
kesatuan gagasan apabila seluruh uraian penunjang terpusat pada satu gagasan
utama. Kalimat-kalimat menggambarkan hubungan dan menunjukkan ikatan untuk
mendukung gagasan utama. Contoh:
(30)
(1) Dibanding
palnet-planet lain yang dikenal dalam tata surya, Sedna dikenal sebagai planet
terdingin dan terjauh. (2) Menurut peneliti Mike Brown dan timnya, temperatus
Sedna mencapai minus 400 derajat Fahrenheit. (3) Temperatur itu sama dengan
minus 240 derajat Celcius. (4) Jaraknya juga yang paling jauh dari yang pernah
ditemukan, yakni 13 milyar kilometer dari matahari. (5) Jarak itu sama dengan
tiga kali jarak matahari ke Pluto, planet yang selama ini dianggap paling jauh
(Insani,2004:24)
Paragraf diatas sudah memnuhi
syarat kesatuan. Gagasan pokok pargraf terletak pada kalimat (1). Kalimat (2)
dan (3) menjelaskan mengenai suhu di planet Sedna. Kalimat (4) dan (5)
menjelaskan jarak planet Sedna.
(2)
Menyatu
Hubungan gramatikal dan semantis
antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam suatu paragraf harus menyatu.
Hubungan gramatikal dan Semantis ditandai dengan pengulangan bagian kalimat,
penggunaan kata ganti, penggunaan sinonim, pemanfaatan kata yang berantonim,
dan sebagainya.
(3) Cukup
pengembangannya
Paragraf yang cukup
pengembangannya adalah paragraf yang menyediakan secara cukup kebutuhan minimal
kalimat penjelas sehingga tema yang telah dirumuskan tercapai.
(4)
Bergaya paparan
Gaya penyajian paragraf pada
bahasa Indonesia ilmiah adalah paparan. Gaya paparan ini berfokus pada
pemberian informasi, penjelasan, keterangan, atau pemahaman. Gaya paparan ini
tidak bermaksud meyakinkan orang, membuktikan pendapat, membujuk pembaca, maupun
bercerita.
2.3.2 Pola Pengembangan Paragraf
Pola
pengembangan paragraf dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
(1)
Pengembangan dengan
analisis penalaran
Pengembangan dengan analisis
penalaran ini dilakukan dengan penautan secara deduktif antara satu kalimat
dengan kalimat yang lain. Metode ini merupakan panduan umum pengembangan
paparan dan argumen.
1)
Pengurutan gagasan
yang logis
Dalam menulis,
sering penulis dihadapkan pada ide yang amat menarik penting, berguna, praktis,
atau sangat bernilai.
2)
Penghubungan
sebab-akibat
Paragraf
dengan pengembangan sebab-akibat ini tepat digunakan untuk melakukan eksplenasi
dan argumentasi tentang sebab-sebab sebuah akibat terjadi.
3)
Pemrosesan
Paragraf
pemrosesan dikembangkan dengan penjelasan sebuah proses terjadi.
4)
Pendefinisian
Pendefinisian
dilakukan untuk memberikan penjelasan pada satu konsep. Definisi yang paling
lazim digunakan dalam karya keilmuan adalah definisi objektif yang diawali
dengan menyebutkan kosakata umum konsep yang didefinisikan yang kemudian diikuti
dengan ciri-ciri khusus konsep tersebut.
(2)
Pengembangan dengan
ilustrasi
Pengembangan
dengan ilustrasi sering memanfaatkan logika induktif untuk melakukan eksplenasi
terhadap gagasan pokok paragrafnya.
1)
Pencotohan
Pengembangan
dengan contoh dilakukan dengan menyebutkan contoh secara lengkap untuk
memperjelas proposisi yang disampaikan.
2)
Pembandingan dan
penentangan
Pembandingan
mengacu pada pencarian persamaan kedua objek, sedangkan penentangan berfokus
pada penemuan beragam perbedaannya.
3)
Pengisahan
Pengisahan
dilakukan sebagai pendukung proposisi yang telah dinyatakan. Pengisahan yang
dilakukan pada bahasa Indonesia ilmiah seyogianya dilakukan secara berhati-hati
agar tidak terjebak pada kisah yang subjektiv. Pengisahan dengan penonjolan
nama dan latar akan menjadikan bobot subjektivitas tulisan meningkat.
2.3.3 Salah Nalar dalam Pengembangan Paragraf
Pemanfaatan
pola-pola pengembangan paragraf seperti yang dipaparkan pada bagian 2.3.2 dapat
menuntun penulis dalam menghasilkan paragraf yang baik. Namun, hal itu tidak
cukup. Penulis juga harus mengatur cara berpikirnya agar tidak muncul salah
nalar dalam pengembangan paragraf. Salah nalar tampak dari gagasan yang salah
akibat digunakannya cara berpikir yang tidak tepat (Moeliono, 1989:126)
Contoh:
(31)
Pendekatan
komunikatif adalah suatu pendekatan dimana guru dapat mengajarkan bahasa
Indonesia yang baik agar mudah dipahami siswa. Bahasa Indonesia yang baik tidak
hanya ragam baku, tetapi juga ragam tidak baku. Meskipun demikian, bahasa yang
diajarkan di sekolah hendaknya ditekankan pada ragam baku karena merupakan
ragam yang paling baik. Jadi, pendekatan komunikatif menjadikan guru sebagai
contoh berbahasa Indonesia dan siswa dapat menggunakan ragam bahasa yang
sesuai.
Pada paragraf (31) tampak adanya
penalaran yang melingkar atau berputar-putar sehingga masalah yang sesungguhnya
tidak terungkap dengan baik (Suparno dan Yunus, 2005:52)
2.3.4 Jenis
Paragraf
1. Jenis Paragraf Berdasarkan Posisi Kalimat
Topik
a.
Paragraf Deduktif
Paragraf deduksi selalu mempunyai
pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat utama yang terletak di awal
paragraf. Kalimat utama yang terletak di awal paragraf itu merupakan kalimat
pernyataan penting. Kalimat-kalimat berikutnya di dalam paragraf merupakan
kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi dalam menjelaskan pikiran utama yang
tampak pada kalimat utama.
b.
Paragraf Induktif
Paragraf Induksi selalu mempunyai pikiran
utama yang dinyatakan dalam kalimatutama
yang terletak di akhir paragraf. Kalimat ini merupakan kalimat pernyataan
penting atau merupakan kalimat-kalimat penjelas yang berisi pelajaran yang
mendukung pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat utama.
c.
Paragraf Campuran
Paragraf campuran merupakan gabungan
paragraf deduksi dan paragraf induksi, sehingga paragraf ini mempunyai pikiran
utama yang dinyatakan dalam kalimat utama yang terletak di awal dan di akhir
paragraf. Kalimat utama pada akhir paragraf merupakan pengulangan kembali
kalimat utama pada awal paragraf. Sedangkan kalimat-kalimat lainnya di dalam paragraf merupakan kalimat
penjelas.
2. Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
a. Paragraf Narasi
Paragraf
narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian
sedemikian rupa sehingga pembaca seolalah-olah mengalami sendiri kejadian yang
diceritakan itu. Dalam paragraf narasi terdapat tiga unsure utama yakni
tokoh-tokoh,kejadian, dan latar atau ruang dan waktu.
Contoh:
(32)
Sebagai seorang
wartawan budaya, Herlita memang ditugaskan untuk meliput pameran patung-patung
dari Ganje, sebuah kota di Irian Barat Laut yang letaknya tidak jauh dari kota
Bakau, bekas wilayah Azerbaijan,Soviet. Herlita telah lama mendengar bahwa
patung-patung dari Ganje banyak memendam hal-hal ajaib dan mengandung
unsur-unsur magis. Misalnya saja, Herlita tahu bahwa menurut legenda,
patung-patung dari Ganje tidak dibuat oleh tangan manusia tapi oleh angin yang
mengabulkan permintaan batu-batu untuk membuatnya lebih berbentuk.
b. Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi adalah jenis paragraf
yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci.
Contoh:
(33)
Pada malam hari,
pemandangan rumah terihat begitu eksotis. Apalagi dengan cahaya lampu yang
memantul daru seluruh penjuru rumah. Dari luar bangunan ini tampak indah, mampu
memberikan pancaran hangat bagi siapa saja yang memandangnya. Lampu-lampu taman
yang bersinar menmbah kesan eksotis yang telah ada. Begitu hangat. Begitu
indah.
c. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang
memaparkan suatu hal atau objek.
Contoh:
(34)
Para pedagang daging
sapi di pasar-pasar tradisiona lmengeluhkan dampak pemberitaanmengenai impor
daging illegal. Sebab, hamper seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli
sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini
kian melejit sehingga harganya meningkat.
d. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang
bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat dengan data/fakta sebagai
alasan.
Contoh:
(35)
Mengembangkan
hubungan positif dengan orang lain sebenarnya bertujuan pada satu hal : Anda
harus menjadi seorang pengamat manusia. Bila anda benar-benar mampu mengerti
manusia atau orang, tahu akan ketakutan, harapan, impian mereka, maka anda akan
memiliki kemampuan mengembangkan hubungan tersebut. Bicaralah dengan
orang-orang. Dengarkanlah keinginan hati mereka. Tentu saja anda harus membaca
buku dan mendengarkan pita kaset--raihlah apa yang anda peroleh dari kebijakan
orang lain namun jangan abaikan bergaul dengan orang lain dan pelajarilah
tabiat mereka. Ini adalah satu gaya hidup yang harus dikembangkan, bukan satu
studi ilmiah.
No comments:
Post a Comment