Thursday, July 9, 2020

Pilihan Kata dan Kalimat di dalam Bahasa Indonesia



2.1.Pilihan Kata
Berbahasa, terutama dalam bentuk tulisan tidak hanya menyusun kata-kata dalam setiap kalimat yang kita ucapkan atau tuliskan, melinkan harus dipilih kata-kata yang tepat, jelas, dan cermat. Memilih kata-kata yang bersifat umum dan mudah dimengerti. Menghindari pemakaian kata-kata sulit dan kata-kata asing. Kata-kata seperti: prospek, aspek, stagnasi, vetakompli, konjugasi, follow up, komplin, dan sebagainya sebaiknya dihindari. Perhatikan contoh kalimat berikut.

Berdasarkan teknik administrative dan teknik operasional, maka …….dan seterusnya.
Sebaiknya ditulis:
Ditinjau dari segi administrative dan hasil kerja, maka….. dan seterusnya.

Disamping yang teah dibahas di atas, penulisan kata, pemakaian kata yang lazim , pemakaian kata yang cermat, pemakaian ungkapan idiomatic, ungkapan penghubung, dan penggunaan kata khusus harus digunakan dan ditulis dengan benar.
a.       Penulisan kata
Penulisan kata-kata seperti Pebruari, Nopember, Senen, Jum’at, merubah, pertanggung jawab, faham, dan sebagainya, berdasarkan tata ejaan yang berlaku sekarang (EYD) tidak dibenarkan. Kata-kata tersebut seharusnya dituliskan: Februari, November, Senin, Jumat, mengubah, pertanggungjawaban, paham, dan sebagainya. Demikian pula penulisan kwitansi, formil, prosen, sistim, praktek, apotik, analisa, hipotesa, subyek, obyek, dan sebagainya. Kata-kata tersebut seharusnya dituliskan kuitansi, formal, persen, sistem, praktik, apotek, analisis, hipotesis, subjek, objek, dan sebagainya.
b.      Kata yang Lazim
       Penulisan bahasa keilmuan sebaiknya digunakan kata-kata yang sudah lazim di masyarakat, yaitu kata-kata yang sudah dikenal. Contohnya memakai kat masukan bukan kata input, sukucadang bukan sparepart, usaha patungan bukan joint venture, pendekatan bukan approach, peringkat bukan ranking, lokakarya bukan work shop, dan sebagainya.
c.       Kata yang Cermat
       Kata-kata yang dipakai harus dipilih secara cermat, artinya kata-kata yang digunakan itu tepat dan sesuai dengan pwsan yang inin disampaikan. Misalnya kata kencing sama dengan buang air kecil, mengaso sama dengan beristirahat. Contoh kata-kata tersebut maknanya memang boleh sama, tetapi nuansa pemakaiannya berbeda.
d.      Ungkapan Idiomatik
       Ungkapan idiomatik adalah ungkapan yang sudah senyawa betul. Oleh karena itu tidak boleh ditambah atau dikurangi. Yang tergolong ungkapan idiomatik  antara lain: sesuai dengan, berhubung dengan, bertalian dengan, terbuat dari, terdiri atas, tidak berbeda dengan, disebabkan oleh, dan sebagainya.
e.       Ungkapan Penghubung
       Ungkapan penghubung bertugas menghubungkan kata-kata intrakalimat maupun antarkalimat. Perhatikan contoh di bawah ini.
1)      Dalam rapat itu akan dibicarakan berbagai masalah, baik yang menyangkut konsolidasi ke dalam maupun yang meyangkut konsolidasi ke luar.
2)      Kami mihin dikirimi bahan-bahan seperti semen, pasir, kayu, semen merah, batu bara merah, dan sebagainya.
3)      Yang harus anda siapkan adalah hal-hal sebagai berikut.
f.        Kata Khusus
       Kata-kata khusus yang dimaksud antara lain kami dan kita, secepat mungkin, agar supya, demi untuk, dan sebagainya.
1)      kami dan kita
      Kata kami dan kita adalah bentuk jamak dari saya. Kata kami digunaan jika lawan bicara tidak termasuk dalam pembicaraan, sedsngkan kata kita sebaliknya. Contoh: Kami bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
                  Mari kita selesaikan masalah ini dengan kepala dingin.
2)      secepat mungkin dan selekas mungkin
      Kedua pasangan kata di atas merupakan bentukan bahasa Indonesia dari bahasa asing. Bentukan yang benar adalah secepat-cepatnya dan selekas-lekasnya.
3)      agar supaya dan demi untuk
      Agar supaya dan demi untuk sering digunakan dalam berbahasa Indonesia. Penggunaan kedua pasang kata ini merupakan penggunaan kata yang berlebihan sebab pengertian agar sama dengan supaya, dan demi sama dengan untuk. Karena itu, sebaiknya dipakai salah satu saja.
Misalnya: Kami mohon agar hal itu segera diselesaikan.
                              atau
                  Kami mohon supaya hal itu segera diselesaikan.

2.2.Kalimat
         Kalimat adalah satuan bahasa yang sangat penting dalam penyampaian gagasan dan merupakan sarana penyampai gagasan yang lengkap dan utuh. Satuan bahasa yang lebih kecil dari kalimat, misalnya kelompok kata, tidak dapat dipakai sebagai alat penyampai gagasan yang utuh karena tidak menampung gagasan yang lengkap.
         Pengarang misalnya, dalam menyampaikan gagasannya bergantung pada efektivitas kalimat-kalimat yang dibuatnya. Pengarang akan berhasil jika mampu membuat karangan dengan kalimat-kalimat yang apik (well formed) yang dapat menampung gagasan yang disampaikan sehingga gagasannya tergambar secara jelas dan lengkap dalam pikiran pembaca persis seperti yang disampaikannya. Kalimat-kalimatnya tepat sasaran, meninggalkan pengaruh, dan menimbulkan pesan. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Untuk menyusun kalimat efektif perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu kekompakan dan kesatuan, kehematan, kevariasian, kesejajaran, dan penekanan. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
a.       Kekompakan dan Kesatuan
   Kalimat dikataan kompak da nada kesatuan jika dalam satu kalimat hanya terkandung satu pokok pikiran atau gagasan. Kesatuan gagasan ini terlihat pada kehadiran fungsi subjek (S), predikat (P), objek (O), dan dapat pula dilengkapi dengan fungsi pelengkap (Pel), serta keterangan (K). Jadi sebuah kalimat yang kompak dan mengandung kesatuan, setidaknya mengandung unsur S, P, O serta masing-masing unsur fungsi kalimat terlihat dengan jelas. Ketidakjelasan kedudukan masing-masing fungsi itu membawa dampak kekaburan makna kalimat.
Contoh:
(1)   Menteri hukum dan perundang-undangan sedang menertibkan semua produk hukum masa lalu dengan segera.
  Kalimat (1) ini jelas maknanya sebab hubungan antara fungsi S (Menteri hukum dan perundang-undangan) dengan P (sedang menertibkan), dan antara P dengan (semua produk hukum masa lalu) beserta K (dengan segera) terjalin secara baik. Kekompakan hubungan masing-masing unsur fungsi itu membentuk kepaduan makna kalimat. Bandingkan dengan kalimat (2) dan (3) di bawah ini.
(2)   Dalam menulis surat bahasa Indonesia sudah lazim menggunakan kata pendahuluan sebagai pengantar isi surat.
(3)   Untuk pengangkutan pupuk dari lini 2 ke lini diserahkan kepada Puskud.

  Makna kalimat (2) di atas sangat kabur, sebab tidak jelas apa atau siapakah sudah lazim menggunakan kata pendahuluan sebagai kata pengantar isi surat . ketidakhadiran fungsi S pada kalimat  (2) menyebabkan kesatuan gagasan kalimat itu tidak tampak. Untuk itu, kehadiran kata kita (misalnya) sebagai S kalimat tersebut dapat mengendalikan kesatuan gagasannya. Perhatikan kalimat (4) di bawah ini.

(4)   Dalam menulis surat bahasa Indonesia, kita sudah lazim menggunakan kata pendahuluan sebagai pengantar isi surat.

   Meskipun kelihatan komunikatif, kesatuan gagasan kalimat (3) tetap tidak terbentuk, sebab gagasan pokok yang didukung oleh fungsi S tidak tampak secara jelas. Agar kalimat tersebut efektif, kata depan untuk sebelum S harus dihilangkan. Perhatikan kalimat (5) berikut.

(5)   Pengangkutan pupuk dari lini 1 ke lini 2 diserahkan kepada Puskud.

b.      Kehematan
      Kehematan dalam kalimat efektif meliputi kehematan pemakaian kata, frasa, atau unsur kalimat lainnya yang tidak diperlukan. Unsur-unsur yang bisa dihemat meliputi pengulangan bagian-bagian kalimat, pemakaian hiponimi, dan pemadatan kelompok kata menjadi kata.
1)     Pengulangan bagian-bagian kalimat
         Ketika menghubungkan beberapa kalimat tunggal mejadi kalimat majemuk, kita sering mengulang kata-kata yang sama yang menduduki fungsi yang sama. Pengulangan semacam ini tidak perlu. Perhatikan contoh berikut.

(6)   Pencari kerja itu segera membuat surat lamaran setelah dia tahu ada lowongan pekerjaan dimuat di Koran harian.
(7)   Hasan menulis surat itu kemudian mengirimkan sendiri surat itu ke kantor pos.

Kalimat (6) dan (7) diperbaiki menjadi kalimat (8) dan (9) di bawah ini.

(8)   Pencari kerja itu segera membuat surat lamaran setelah tahu ada lowongan pekerjaan dimuat di Koran harian.
(9)   Hasan menulis surat itu kemudian mengirimkannya sendiri ke kantor pos.

2)      Pemakaian hiponimi
         Hiponim merupakan kata-kata yang maknanya sudah tercakup dalam kata kelompoknya. Kata mawar misalnya sudah mengandung makna ‘kelompok bunga’, kata Senin sudah mengandung makna ‘hari’, dan sebagainya. Itulah sebabnya kalimat (10), (11), dan (12) akan lebih efektif bila kata-kata yang tercetak miring dihilangkan.

(10) Gadis itu sedang menanam bunga mawar di halaman.
(11) Pertemuan itu akan berakhir pada hari Senin pecan depan.
(12) Saya akan pergi ke Australia pada bulan  Agustus tahun depan.

3)      Pemadatan kelompok kata menjadi kata
    Kelompok kata yang panjang sering memiliki padanan yang lebih singkat dan hemat. Perhatikan kelompok kata berikut.
            menjadi sebab                        >           menyebabkan
            mengambil keputusan            >           memutuskan
            melakukan penguraian           >           menguraikan
            apa yang kita tuntut               >           tuntutan kita
            menyatakan persetujuan         >           menyetujui     
   
    Dalam hubungan kalimat, bandingkan antara kalimat (13) dan (14) di bawah ini.
(13) Mahasiswa sering diberi predikat sebagai tulang punggung bangsa dan Negara, suatu predikat yang harus diberi penafsiran dan diberi makna secermat-cermatnya.
(14) Mahasiswa sering diberi predikat tulang punggung bangsa dan Negara, suatu predikat yang harus ditafsirkan dan dimaknai secara cermatnya.

c.       Kevariasian
      Kevariasian bentuk-bentuk kalimat untuk menjaga keseimbangan antara jumlah kalimat panjang dan kalimat pendek, kalimat aktif dan pasif, kalimat langsung dan tak langsung, kalimat berita, Tanya, dan perintah; serta kevariasian dalam mengawali kalimat, misalnya ada yang dimulai dengan subjek, predikat, atau keterangan. Kevariasian struktur kalimat dengan awal yang berbeda-beda ini sangat baik untuk menonjolkan gagasan sentral kalimat. Variasi panjang dan pendek kalimat dalam sebuah wacana akan memberikan kesempatan kepada pembaca untuk berpikir. Perhatikan contoh di bawah ini.

(15)      Para mahasiswa berkumpul di ruang khusus membicarakan tugas-tugas yang diberikan dosen.
(16)      Mereka berdiskusi

     Untuk menghindari kebosanan pembaca, kadang dimunculkan variasi kalimat aktif dan pasif secara berurutan, misalnya pada kalimat (17) dan (18) berikut.

(17)      Pada hari raya Idul Adha yang lalu Haji Malik menyembelih lima ekor kambing.
(18)      Disamping itu disembelih seekor lembu jantan.

Variasi antara kalimat tunggal dan kalimat majemuk  atau kalimat sederhana dan kalimat kompleks dalam suatu wacana dapat diamati pada contoh di bawah ini.

(19)      Menilai sebuah buku berarti memberi saran kepada pembaca untuk atau menerima kehadiran buku ini.
(20)      Oleh sebab itu, sebuah buku harus dinilai secara keseluruhan.

d.      Kesejajaran
      Pemakaian kata, kelompok kata, atau bentuk kata di dalam kalimat harus dijaga kesejajarannya. Bila suatu gagasan ditempatkan dalam struktur kata benda (misalnyabentuk pe-an), maka kata-kata atau kelompok kata yang lain menduduki fungsi gramatikal yang sama harus ditempatkan ke dalam kata benda dalam bentuk ini. Begitu pula sebaliknya, bila suatu gagasan ditempatkan ke dalam struktur kata kerja (bentuk di-kan, me-kan), kelompok kata yang lain menduduki fungsi gramatikal yang sama dinyatakan ke dalam kata kerja benuk itu. Contohnya seperti berikut.
(21)      Setelah diproduksi dan dipak, barang itu tinggal dipasarkan ke daerah-daerah.
(22)      Seorang insinyur telah memecahkan masalah itu dengan caranya sendiri kemudian membuat alatnya dan masyarakat tinggi membeli dan memakainya.
e.       Penekanan
      Penekanan bertujuan untuk menegaskan gagasan yang dianggap penting pada bagian-bagian tertentu. Ada beberapa cara untuk memberikan penekanan terhadap gagasan utama yang ingin disampaikan oleh penulis. Perhatikan uraian berikut.

1)     Posisi kalimat
       Urutan umum pola kalimat bahasa Indonesia adalah subjek, predikat, objek, dan keterangan (SPOK). Tetapi apabila penulis ingin memberikan penekanan bagian-bagian tertentu, ia tinggal menempatkan bagian yang ditekankan itu ke posisi awal kalimat. Contoh kalimatnya di bawah ini.
(23)      Peristiwa itu terjadi kemarin di depan rumahku.
(24)      Kemarin peristiwa itu terjadi di depan rumahku.
(25)      Di depan rumahku peristiwa itu terjadi kemarin.

2)     Urutan logis
       Penekanan bagian kalimat dapat juga ditempuh dengan menyusun secara logis informasi yang ada dalam kalimat. Urutan dapat berlangsung secara kronologis sesuai dengan proses, atau secara bertahap semakin memuncak pada informasi yang lebih penting, seperti contoh di bawah ini dan bandingkan.
(26)      Kegiatan niaga antara lain meliputi penawaran, pemasaran, pengiriman pesanan, dan penagihan.
(27)      Sepulang sekolah Budi langsung tidur, bangun tidur makan, kemudian baru mandi.

3)     Pemakaian repetisi
Repetisi adalah pengulangan bagian-bagian kalimat tertentu yang dianggap penting di dalam kalimat yang merupakan efek penekanan gagasan.
Contoh:
(28)      Dalam pembiayaan harus ada kesinambungan antara pemerintah dengan swasta, kesinambungan domestic dengan luar negeri, dan kesinambungan perbankan dengan lembaga keuangan nonbank.
(29)      Pembangunan tidak hanya berdimensi ekonomi tetapi juga berdimensi politik,brdimensi sosial, dan berdimensi kultur.

2.3. Paragraf
                  Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan  adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan. Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
                  Pada umumnya paragraf terdiri atas lebih dari satu kalimat. Atau dapat dikatakan bahwa alinea pada umumnya terdiri atas beberapa kalimat. Dari fungsi dan kandungannya, kalimat dalam alinea dapat dipilah-pilah menjadi kalimat topik, kalimat pengembangan, kalimat penutup, dan kalimat penghubung.

2.3.1 Ciri Paragraf
(1) Ada kesatuan gagasan
              Paragraf dinyatakan memiliki kesatuan gagasan apabila seluruh uraian penunjang terpusat pada satu gagasan utama. Kalimat-kalimat menggambarkan hubungan dan menunjukkan ikatan untuk mendukung gagasan utama. Contoh:
(30)      (1) Dibanding palnet-planet lain yang dikenal dalam tata surya, Sedna dikenal sebagai planet terdingin dan terjauh. (2) Menurut peneliti Mike Brown dan timnya, temperatus Sedna mencapai minus 400 derajat Fahrenheit. (3) Temperatur itu sama dengan minus 240 derajat Celcius. (4) Jaraknya juga yang paling jauh dari yang pernah ditemukan, yakni 13 milyar kilometer dari matahari. (5) Jarak itu sama dengan tiga kali jarak matahari ke Pluto, planet yang selama ini dianggap paling jauh (Insani,2004:24)
              Paragraf diatas sudah memnuhi syarat kesatuan. Gagasan pokok pargraf terletak pada kalimat (1). Kalimat (2) dan (3) menjelaskan mengenai suhu di planet Sedna. Kalimat (4) dan (5) menjelaskan jarak planet Sedna.

(2) Menyatu
              Hubungan gramatikal dan semantis antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam suatu paragraf harus menyatu. Hubungan gramatikal dan Semantis ditandai dengan pengulangan bagian kalimat, penggunaan kata ganti, penggunaan sinonim, pemanfaatan kata yang berantonim, dan sebagainya.

(3) Cukup pengembangannya
              Paragraf yang cukup pengembangannya adalah paragraf yang menyediakan secara cukup kebutuhan minimal kalimat penjelas sehingga tema yang telah dirumuskan tercapai.

(4) Bergaya paparan
              Gaya penyajian paragraf pada bahasa Indonesia ilmiah adalah paparan. Gaya paparan ini berfokus pada pemberian informasi, penjelasan, keterangan, atau pemahaman. Gaya paparan ini tidak bermaksud meyakinkan orang, membuktikan pendapat, membujuk pembaca, maupun bercerita.

2.3.2 Pola Pengembangan Paragraf
       Pola pengembangan paragraf dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
(1)     Pengembangan dengan analisis penalaran
       Pengembangan dengan analisis penalaran ini dilakukan dengan penautan secara deduktif antara satu kalimat dengan kalimat yang lain. Metode ini merupakan panduan umum pengembangan paparan dan argumen.
1)      Pengurutan gagasan yang logis
      Dalam menulis, sering penulis dihadapkan pada ide yang amat menarik penting, berguna, praktis, atau sangat bernilai.
2)      Penghubungan sebab-akibat
      Paragraf dengan pengembangan sebab-akibat ini tepat digunakan untuk melakukan eksplenasi dan argumentasi tentang sebab-sebab sebuah akibat terjadi.
3)      Pemrosesan
      Paragraf pemrosesan dikembangkan dengan penjelasan sebuah proses terjadi.
4)      Pendefinisian
      Pendefinisian dilakukan untuk memberikan penjelasan pada satu konsep. Definisi yang paling lazim digunakan dalam karya keilmuan adalah definisi objektif yang diawali dengan menyebutkan kosakata umum konsep yang didefinisikan yang kemudian diikuti dengan ciri-ciri khusus konsep tersebut.

(2)     Pengembangan dengan ilustrasi
       Pengembangan dengan ilustrasi sering memanfaatkan logika induktif untuk melakukan eksplenasi terhadap gagasan pokok paragrafnya.



1)      Pencotohan
      Pengembangan dengan contoh dilakukan dengan menyebutkan contoh secara lengkap untuk memperjelas proposisi yang disampaikan.
2)      Pembandingan dan penentangan
      Pembandingan mengacu pada pencarian persamaan kedua objek, sedangkan penentangan berfokus pada penemuan beragam perbedaannya.
3)      Pengisahan
      Pengisahan dilakukan sebagai pendukung proposisi yang telah dinyatakan. Pengisahan yang dilakukan pada bahasa Indonesia ilmiah seyogianya dilakukan secara berhati-hati agar tidak terjebak pada kisah yang subjektiv. Pengisahan dengan penonjolan nama dan latar akan menjadikan bobot subjektivitas tulisan meningkat.

2.3.3 Salah Nalar dalam Pengembangan Paragraf
     Pemanfaatan pola-pola pengembangan paragraf seperti yang dipaparkan pada bagian 2.3.2 dapat menuntun penulis dalam menghasilkan paragraf yang baik. Namun, hal itu tidak cukup. Penulis juga harus mengatur cara berpikirnya agar tidak muncul salah nalar dalam pengembangan paragraf. Salah nalar tampak dari gagasan yang salah akibat digunakannya cara berpikir yang tidak tepat (Moeliono, 1989:126)
Contoh:
(31)      Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan dimana guru dapat mengajarkan bahasa Indonesia yang baik agar mudah dipahami siswa. Bahasa Indonesia yang baik tidak hanya ragam baku, tetapi juga ragam tidak baku. Meskipun demikian, bahasa yang diajarkan di sekolah hendaknya ditekankan pada ragam baku karena merupakan ragam yang paling baik. Jadi, pendekatan komunikatif menjadikan guru sebagai contoh berbahasa Indonesia dan siswa dapat menggunakan ragam bahasa yang sesuai.

              Pada paragraf (31) tampak adanya penalaran yang melingkar atau berputar-putar sehingga masalah yang sesungguhnya tidak terungkap dengan baik (Suparno dan Yunus, 2005:52)

       2.3.4 Jenis Paragraf
1.      Jenis Paragraf Berdasarkan Posisi Kalimat Topik
a. Paragraf Deduktif
       Paragraf deduksi selalu mempunyai pikiran  utama yang dinyatakan  dalam kalimat utama yang terletak di awal paragraf. Kalimat utama yang terletak di awal paragraf itu merupakan kalimat pernyataan penting. Kalimat-kalimat berikutnya di dalam paragraf merupakan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi dalam menjelaskan pikiran utama yang tampak pada kalimat utama.

b. Paragraf Induktif
       Paragraf Induksi selalu mempunyai pikiran utama  yang dinyatakan dalam kalimatutama yang terletak di akhir paragraf. Kalimat ini merupakan kalimat pernyataan penting atau merupakan kalimat-kalimat penjelas yang berisi pelajaran yang mendukung pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat utama.

c. Paragraf Campuran
       Paragraf campuran merupakan gabungan paragraf deduksi dan paragraf induksi, sehingga paragraf ini mempunyai pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat utama yang terletak di awal dan di akhir paragraf. Kalimat utama pada akhir paragraf merupakan pengulangan kembali kalimat utama pada awal paragraf. Sedangkan kalimat-kalimat  lainnya di dalam paragraf merupakan kalimat penjelas.

2.      Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
a.    Paragraf Narasi
       Paragraf  narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolalah-olah mengalami sendiri kejadian yang diceritakan itu. Dalam paragraf narasi terdapat tiga unsure utama yakni tokoh-tokoh,kejadian, dan latar atau ruang dan waktu.
Contoh:
(32)      Sebagai seorang wartawan budaya, Herlita memang ditugaskan untuk meliput pameran patung-patung dari Ganje, sebuah kota di Irian Barat Laut yang letaknya tidak jauh dari kota Bakau, bekas wilayah Azerbaijan,Soviet. Herlita telah lama mendengar bahwa patung-patung dari Ganje banyak memendam hal-hal ajaib dan mengandung unsur-unsur magis. Misalnya saja, Herlita tahu bahwa menurut legenda, patung-patung dari Ganje tidak dibuat oleh tangan manusia tapi oleh angin yang mengabulkan permintaan batu-batu untuk membuatnya lebih berbentuk.

b.   Paragraf Deskripsi
       Paragraf deskripsi adalah jenis paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci.
Contoh:
(33)      Pada malam hari, pemandangan rumah terihat begitu eksotis. Apalagi dengan cahaya lampu yang memantul daru seluruh penjuru rumah. Dari luar bangunan ini tampak indah, mampu memberikan pancaran hangat bagi siapa saja yang memandangnya. Lampu-lampu taman yang bersinar menmbah kesan eksotis yang telah ada. Begitu hangat. Begitu indah.

c.    Paragraf Eksposisi
       Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan suatu hal atau objek.
Contoh:
(34)      Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisiona lmengeluhkan dampak pemberitaanmengenai impor daging illegal. Sebab, hamper seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini kian melejit sehingga harganya meningkat.

d.   Paragraf Argumentasi
       Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat dengan data/fakta sebagai alasan.
Contoh:
(35)      Mengembangkan hubungan positif dengan orang lain sebenarnya bertujuan pada satu hal : Anda harus menjadi seorang pengamat manusia. Bila anda benar-benar mampu mengerti manusia atau orang, tahu akan ketakutan, harapan, impian mereka, maka anda akan memiliki kemampuan mengembangkan hubungan tersebut. Bicaralah dengan orang-orang. Dengarkanlah keinginan hati mereka. Tentu saja anda harus membaca buku dan mendengarkan pita kaset--raihlah apa yang anda peroleh dari kebijakan orang lain namun jangan abaikan bergaul dengan orang lain dan pelajarilah tabiat mereka. Ini adalah satu gaya hidup yang harus dikembangkan, bukan satu studi ilmiah.

No comments:

Post a Comment