Thursday, July 9, 2020

Mengenal Budaya Grebeg Suro di Ponorogo

            Di seluruh dunia pasti telah mengetahui dan mendengar salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia, khususnya kebudayaan yang ada di Jawa Timur. Salah satu kebudayaan Jawa yaitu yang berada di kota Ponorogo adalah Grebeg Suro. Setiap daerah yang berada di seluruh dunia pada waktu datangnya bulan Muharram, setiap daerah memperingati bulan Muharram tersebut, dengan berbagai cara dan menurut versi mereka masing-masing. Tetapi yang sangat unik disini adalah perayaan bulan Muharram yang ada di kota Ponorogo sangat begitu meriah dan megah.
           Acara Grebeg Suro ini selalu diadakan setiap tahun oleh pemerintah Ponorogo dan Masyarakatnya. Sehingga acara ini termasuk acara rutinan dan bahkan menjadi budaya yang ada di Ponorogo. Grebeg Suro ini digelar oleh masyarakat Ponorogo untuk menyambut bulan Suro atau bertepatan dengan tahun baru Islam 1 Suro. Saat itu masyarakat Ponorogo mengadakan tirakatan  semalam suntuk dengan mengelilingi kota dan berhenti di Alun-Alun Ponorogo.
           Grebeg Suro Ponorogo merupakan acara tradisi kultural masyarakat Ponorogo dalam wujud pesta rakyat. Seni dan tradisi yang ditampilkan meliputi Festival Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel.

           Dalam acara Grebeg Suro ini banyak agenda didalamnya, sehingga banyak acara-acaranya didalam acara Grebeg Suro ini. Dalam laporan observasi ini akan dibahas berbagai hal yang mengenai acara budaya Grebeg Suro menurut versi penulis.



2.1 Pengertian Grebeg Suro
Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Ada pendapat yang mengatakan budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi merupakan unsur rohani, sedangkan daya merupakan unsur jasmani manusia.Dengan demikian, budaya merupakan hasil budi dan daya dari manusia(Winarto,2009)
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latincolere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Dalam bahasa Belanda, cultuur berarti sama dengan culture.Culture atau cultuur bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.Dengan demikian kata budaya ada hubungannya dengan kemampuan manusia dalam mengolah sumber-sumber kehidupan, dalam hal ini adalah pertanian. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia(Hermanto,2009)
Definisi kebudayaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli.Beberapa contoh sebagai berikut: (Wikipedia)
a)      Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai seperorganik.
b)      Andreas Eppink menyatakan bahwa kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur-struktur social, religious, dan lain-lain, ditambah lagi dengan segala pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
c)      Edward B. Taylor mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
d)      Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
e)      Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta dari hasil budi pekertinya.
f)       M. Jacobs dan B.J. Stern berpendapat bahwa kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.
g)      Dr. K. Kupper mengatakan bahwa kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
h)      William H. Haviland berpendapat bahwa kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
i)       Ki Hajar Dewantara mengatakan kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
j)       Francis Merill mengatakan kebudayaan itu pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi social dan semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
k)      Bounded et.al mengatakan kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
l)       Mitchell (Dictionary of Soriblogy) mengatakan kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.
m)   Robert H Lowie mengatakan kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.
n)      Arkeolog R. Sokmono mengatakan kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.

            Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, aorganisasi social, religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat(Winarto,2009)
J.J. Hoeningman membagi wujud kebudayaan menjadi 3 yaitu: (Winarto,2009)
a.       Gagasan(wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat.Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka tersebut dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku- buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
b.      Aktivitas(tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini seing pula disebut dengan system sosialyang terdiri dari aktifitas- aktifitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontrak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan, bersifat konkrit, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dapat diamati dan didokumentasikan.
c.       Artefak(karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas perbuatan, dan karya semua msnusia dalam masyarakat berupa benda- benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan.Artefak sifatnya paling konkrit diantara ketiga wujud kebudayaan.
Koentejaradiningrat membagi wujud kebudayaan menjadi tiga pula, yaitu:
·         Suatu kompleks ide, gagasan, nilai, norma, dan sebagainya.
·         Suatu kumpleks aktivias atau tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
·          Suatu benda-benda hasil karya manusia.
Sedangkan mengenai unsure kebudayaan, dikenal adanya tujuh unsure kebudayaan yang bersifat universal.Dikatakan universal karena dapat dijumpai dalam setiap kebudayaan dimanapun dan kapanpun berada. Unsur- unsur tersebut, yaitu: (Winarto,2009)
a.       Sistem peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
b.      Sistem mata pencarian hidup.
c.       Sistem kemasyarakatan atau organisasi hidup.
d.      Bahasa.
e.       Kesenian.
f.        Sistem pengetahuan.
g.      Sistm religi.
Manusia merupakan pencipta kebudayaan karena manusia dianugrahi akal dan budi daya.Karena manusia adalah pencita kebudayaan maka manusia adalah makhluk yang berbudaya. Mempelajari pengertian kebudayaan bukan suatu kegiatan yang mudah, mengingat banyaknya batasan konsep dari berbagai bahasa, sejarah dan sumber bacaannya atau literaturnya, baik yang berwujud ataupun yang abstrak yang secara jelas. menunjukkan jalan hidup bagi kelompok orang (masyarakat). Demikian pula dalam pendekatan modern sudah banyak disiplin ilmu lain seperti sosiologi, psikoanalisis, psikologi (perilaku) mengkaji bermacam-macam masalah kebudayaan, yang tingkat kejelasannya bergantung pada konsep dan penekanan masing-masing unsure konsepnya. Bahkan ada yang bertentangan dalam hal pertanyaan tentang segi epistemologis. Walaupun demikian, menurut Kluckhohn (1951) hampir semua antropolog Amerika setuju dengan dalil proposisi yang diajukan oleh Herkovits dalam bukunya yang berjudul Man and His Work tentang teori kebudayaan yaitu :
a)      Kebudayaan dapat dipelajari
b)      Kebudayaan berasal atau bersumber dari segi biologis, lingkungan, psikologis, dan komponen sejarah eksistensi manusia
c)      Kebudayaan mempunyai struktur
d)      Kebudayaan dapat dipecah-pecah kedalam berbagai aspek
e)      Kebudayaan berisifat dinamis
f)       Kebudayaan mempunyai variable
g)      Kebudayaan memperlihatkan keteraturan yang dapat dianalisis dengan   metode ilmiah
h)      Kebudayaan merupakan alat bagi seseorang (individu) untuk mengatur keadaan totalnya dan menambah arti bagi kesan kreatifnya.

Pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh E.B. Taylor maupun dalil-dalil yang dikemukakan oleh Herkovits masih bersifat luas sehingga pengkajian kebudayaan masih sangat bervariasi. Untuk memperoleh pengertian kebudayaan yang lebih sistematis dan ketat, diperlukan konsensus tentang definisi mengingat kebudayaan merupakan totalitas pandangan hidup. Untuk maksud tersebut, Kroeber dan Klukhohn (1950) mengajukan konsep kebudayaan sebagai kupasan kritis dari definisi-definisi kebudayaan (konsensus) yang mendekati. Definisinya adalah Kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh simbul-simbul yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok mausia,termasuk didalamnya perwujudan benda-benda materi; pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai. Ketentuan-ketentuan ahli kebudayaan itu sudah bersifat universal, dapat diterima oleh pendapat umum meskipun dalam praktek, arti kebudayaan menurut pendapat umum ialah sesuatu yang berharga atau baik.
Dari definisi di atas kita dapat memperoleh suatu kesimpulan mengenai kebudayaan sebagai suatu sistem pengetahuan yang meliputi sistem idea tau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.  Sedangkan wujud kebudayaan itu dapat dilihat dari benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata. Terciptanya kebudayaan itu merupakan hasil dari interaksi manusia dengan segala isi alam raya ini, mereka dapat menciptakan kebudayaan tersebut karena manusia di anugrahi akal dan budi daya sehingga mereka dapat menciptakan dan mengembangkan kebudayaan. Karena manusia adalah pencipta kebudayaan maka manusia disebut sebagai makhluk berbudaya karena kebudayaan merupakan ekspresi dan eksistensi manusia di dunia.dengan kebudayaannya manusia mampu menampakkan jejak-jejaknya dalam panggung dunia.
Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang saling berbeda satu dengan lainnya, setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku umum bagi semua kebudayaan di mana pun juga.
Sifat hakikat kebudayaan tadi adalah sebagai berikut:
Ø  Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia
Ø  Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan
Ø  Kebudayaan di perlukan oleh manusia dan di wujudkan tingkah lakunya
Ø  Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan.
Jawaban atau tanggapan merupakan perilaku seseorang. Sebagai misal, apabila seseorang harus menyelesaikna perselisihan yang terjadi antara  dua orang. Keinginannya untuk menyelesaikan perselisihan, keinginan untuk tidak mengacuhkan ataupun keinginan mempertajam perselisihan tersebut, merupakan kepribadiannya, sedangkan tindakannya dalam mewujudkan keinginan tersebut merupakan perilakunya.
Beberapa pendapat tentang kebudayaan Indonesia Kebudayaan Indonesia ialah kebudayaan suku-suku yang memuncak pada suatu saat. Dengan kata lain, kebudayaan Indonesia adalah puncak-puncak kebudayaan suku. Sehingga dapat dibayangkan bahwa apa yang terbaik dan paling baik dalam kebudayaan suku menjadi kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia itu merupakan sebuah sintesa dari berbagai macam budaya suku, melahirkan suatu yang baru. Malahan kebudayaan Indonesia itu lain sama sekali dengan kebudayaan suku. Sesuatu yang baru, dan lahir bukan dari suku-suku.
Timbulnya kebudayaan disebabkan oleh:
a.      Discavery  ; adalah penemuan sesuatu yang baru yang terjadi dengan tidak sengaja  dan secara kebetulan serta tidak direncanakan. Contoh penemuan obat Cina
b.      Invention : kebudayaan tercipta karena suatu rancangan/ perencanaan kebudayaan dengan melalui suatu proses. Contoh  model pakaian, computer dan lain-lain.
Perubahan kebudayaan dapat terjadi karena adanya:
1.      Defusi : adalah penyebaran unsur kebudayaan dari  suatu masyarakat ke masyarakat  lain antar individu antar keluarga ataupun golongan. Difusi ini dapat menyebar dengan cara :
a)      Penetration Pacifiqua : masuknya unsur  kebudayaan dari masyarakat satu kemasyarakat lain tanpa adanya paksaan : misalkan listrik masuk desa
b)      Penetration Hard : masuknya unsur kebudayaan dari masyarakat satu kemasyarakat lain disertai kekerasan : misal model pakaian yang tidak sesuai dengan adat setempat
c)      Penetration simbolik : masuknya kebudayaan secara Berdampingan saling menguntungkan dan tidak merugikan   contoh koperasi
2.      Akulturasi : adalah diterimanya kebudayaan lain/luar kemudian diolah menjadi kebudayaan sendiri. Misalnya : politik dakwah, pendidikan. Musik padang pasir menjadi musik gambus.
3.      Asimilasi : Terjadi pada kelompok masyarakat yang tidak sama kebudayaannya tapi dapat hidup secara berdampingan dengan damai saling mendekat lambat laun menjadi sama bahkan menjadi model kebudayaan yang baru. Kebudayaan ini dibentuk dari unsur yang berbeda-beda oleh mobilitas penduduk Contoh  : keroncong dan langgam menjadi campur sari

Unsur-unsur kebudayaan, untuk kepentingan ilmiah dan analisisnya diklasifikasikan kedalam unsur-unsur pokok atau besar kebudayaan, lazim disebut cultural universals istilah ini menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal, yaitu dapat dijumpai pada setiap yang membahas persoalan tersebut  secara lebih mendalam belum mempunyai pandangan seragam yang dapat diterima. Antropolog C. Kluckhohn di dalam sebuah karyanya yang berjudu Universal categories of culture telah menguraikan ulasan para sarjana mengenai hal itu.
Menurut Melvile J. Herkovits, 4 unsur pokok kebudayaan :
a.      Alat-alat teknologi
b.      Sistem ekonomi
c.       Keluarga
d.      Kekuasaan politik
Menurut Bronislaw Malinowski, unsur-unsur pokok kebudaSyaan yaitu :
a.       Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara pra anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya
b.      Organisasi ekonomi
c.       Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, perlu diingat bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama
d.      Organisasi kekuatan.
Menurut RaphLinton kegiatan kebudayaan (cultural activity) dibagi menjadi :
1.      Cultural Universal pencaharian hidup dan ekonomi, antara lain kegiatan-kegiatan pertanian, peternakan, sistem produksi dan lain-lain. Kesenian misalnya, meliputi kegiatan-kegiatan seni tari, seni rupa, seni suara dan lain-lain
2.      Trail-comple, misalnya kegiatan pertanian menetap meliputi unsur-unsur irigasi, sistem mengolah tanah dengan bajak, sistem hak milik atas tanah
3.      Items, adalah unsur kebudayaan yang paling kecil, misal bagian dari alat bajak.
            Seorang sosiolog dalam mempelajari kebudayaan sebagai hasil masyarakat, tidak akan membatasi diri pada struktur kebudayaan tersebtt, yaitu unsur-unsurnya yang statis, tetapi perhatiannya juga dicurahkan pada gerak kebudayaan tersebut. Semua kebudayaan mempunyai dinamika atau gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup di dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi sebab dia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya, karena terjadinya hubungan antar kelompok manusia di dalam masyarakat.
      Ponorogo berasal dari dua kata yaitu pramana dan raga. Pramana berarti daya kekuatan, rahasia hidup, sedangkan raga berarti badan, jasmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa di balik badan manusia tersimpan suatu rahasia hidup (wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah / lawamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan menempatkan diri di manapun dan kapanpun berada(Wikipedia).
      Asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji  dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan Pramana Raga yang akhirnya berubah menjadi Ponorogo.
      Sejarah diadakannya Grebeg Suro di Kabupaten Ponorogo adalah adanya kebiasaan masyarakat pada malam 1 Suro yang mengadakan tirakatan semalam suntuk dengan mengelilingi kota dan berhenti di alun-alun Ponorogo. Pada tahun 1987 Bupati Soebarkah Poetro Hadiwirjo melihat fenomena ini dan melahirkan gagasan kreatif untuk mewadahi kegiatan mereka dengan kegiatan yang mengarah pada pelestarian budaya. Sebab ditengarainya minat para pemuda terhadap kesenian khas Ponorogo mulai luntur, untuk itu diadakanlah Grebeg Suro dan memasukkan Reog didalamnya. Seni dan tradisi yang ditampilkan meliputi Festival Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel.
      Perayaan Grebeg Suro adalah acara yang diadakan Kabupaten Ponorogo setiap tahun guna menyambut datangnya tahun baru Islam (1 Muharram). Berbagai acara-acara dihelat di Kota Reyog dari awal bulan November ini seperti Tari SI Potro, Istighozah, Lomba Kakang Senduk, pameran-pameran karya masyarakat Ponorogo, pameran bonsai, Festival Reyog Nasional XVIII, dan masih banyak lagi. Grebeg Suro memiliki arti tersendiri bagi warga Ponorogo pada umumnya.Grebeg Suro adalah acara tradisi kultural masyarakat Ponorogo dalam wujud pesta rakyat. Seni dan tradisi yang ditampilkan meliputi Festival Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel.Grebeg suro merupakan acara tahunan yang dirayakan setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro pada tahun Jawa). Acara ini merupakan kegiatan awal dalam menyongsong Tahun Kunjungan Wisata Jawa Timur setiap tahun. Rangkaian Grebeg Suro di antaranya, prosesi penyerahan pusaka ke makam bupati pertama Ponorogo. Kemudian disusul pawai ratusan orang menuju pusat kota dengan menunggang bendi dan kuda yang dihiasi. Berikutnya akan ada Festival Reog Nasional di alun-alun kota. Saat itu puluhan grup reyog di Jawa Timur bahkan dari Kutai Kartanagara, Jawa Tengah, Balikpapan, dan Lampung akan turut tampil memeriahkan acara meriah ini.

2.2 Tujuan dan Manfaat Grebeg Suro
      Kegiatan ini dirayakan untuk mengenang kejayaan kerajaan Bantarangin yang berjaya dan dikenalnya warok ( kesatria-kesatria pilih tanding yang sakti mandraguna. Acara yang selalu diisi dengan pelepasan sesaji, kapala kerbau, nasi tumpeng atau yang lainnya ini menurut banyak kalangan “hanya sebuah ritual” atau “upaya melestarikan budaya leluhur”. Grebeg Suro berikut acara pelepasan sesajiannya dengan maksud apa pun adalah pelanggaran yang besar terhadap ajaran Islam. Umumnya para penyelenggara dan peserta berharap kepada Sang Pencipta bahwa dengan acara ini mereka diberi keselamatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta maksud-maksud yang lainnya. Dan tidak sedikit juga -dari mereka- yang mengharapkan hal serupa dari para leluhur. Dalam buku-buku babad Ponorogo menyatakan bahwa, Batoro Katong (pendiri Ponorogo) adalah utusan Kerajaan Demak untuk menyebarkan Islam di Ponorogo, serta beliau adalah saudara kandung tapi lain ibu dari Raden Patah, Sultan Demak kala itu.



3.1  Gambaran lingkungan
Kabupaten Ponorogo mempunyai luas 1.371,78 km² yang terletak antara :111° 17’ - 111° 52’ Bujur Timur dan 7° 49’ - 8° 20’ Lintang Selatan dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter diatas permukaan laut, yang berbatasan dengan :
1.      Sebelah utara Kabupaten Madiun, Magetan dan Nganjuk.
2.      Sebelah Timur Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek.
3.      Sebelah Selatan Kabupaten Pacitan.
4.      Sebelah Barat Kabupaten Pacitan dan Wonogiri (Jawa Tengah).
Adapun jarak Ibu Kota Ponorogo dengan Ibu Kota Propinsi Jawa Timur (Surabaya) kurang lebih 200 Km arah Timur Laut dan ke Ibu Kota Negara ( Jakarta ) kurang lebih 800 Km ke arah Barat. Dilihat dari keadaan geografisnya,Kabupaten Ponorogo di bagi menjadi 2 sub area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi kecamatan Ngrayun, Sooko dan Pulung serta Kecamatan Ngebel sisanya merupakan daerah dataran rendah. Sungai yang melewati ada 14 sungai dengan panjang antara 4 sampai dengan 58 Km sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian dengan produksi padi maupun hortikultura. Sebagian besar dari luas yang ada terdiri dari area kehutanan dan lahan sawah sedang sisanya digunakan untuk tegal pekarangan Kabupaten Ponorogo mempunyai dua iklim yaitu penghujan dan kemarau.
3.2 Bentuk Kebudayaan
Tradisi yang tepatnya diperingati pada tanggal 1 Muhharam pada kelender Islam ini tidak hanya di peringati sebagai tradisi yang hanya dilaksankan oleh masyarakat Ponorogo saja namun sudah menjadi agenda Tahunan Pemerintah Kabupaten Ponorogo (Pemkab Ponorogo). Budaya ini telah dilaksanakan oleh masyarakat sejak lama , dan hal ini sudah dianggap menjadi agenda wajib Tahunan yang harus di laksanakan di Ponorogo. Pemerintah Kabupaten pun telah memiliki agenda khusus dalam agenda kerja tahunan beserta dengan anggaran khusus untuk semua acara “Grebeg Suro” Tahun tersebut.


PEMILIHAN DUTA WISATA PONOROGO
Setiap tahunnya, Ponorogo selalu menghelat acara pemilihan duta wisata Ponorogo. Ajang ini biasa disebut dengan pemilihan Kakang Senduk. Pada ajang ini, para remaja akan di adu pengetahuan dan pemahamannya terhadap kota kelahiran mereka. Bahasa yang digunakan pada ajang ini pun juga memakai bahasa jawa dengan logat khas Ponorogo. Tentunya bagi para peserta Kakang(untuk laki-laki) harus menguasai logat khusus sebagai seorang warok pada saat menjawab pertanyaan dari dewan juri.

Bagi mereka yang terpilih pada even ini, selanjutnya akan bertugas selama satu tahun menjadi duta wisata Ponorogo. Tugas mereka akan di awali pada even terdekat yaitu grebeg Suro, yang biasa diperingati setiap tanggal 1 Muharram yang juga merupakan hari jadi Kabupaten Ponorogo.Datang dan saksikan perhelatan reog besar-besaran setiap tanggal 1 Muharram di Ponorogo. Kalau anda sudah terlewatkan untuk ajang tahun ini, anda tetap bisa merasakan atmosfir Ponorogo dengan memborong oleh-oleh khas Ponorogo dari Tokoreog.com. Dimanapun anda berada, kami akan mengirimkan pesanan anda. Kami sudah melayani sebagian besar wilayah Indonesia, mulai pulau Sumatera hingga Papua.

Tradisi ini diawali dengan Kirab Pusaka yaitu pencucian pusaka-pusaka yang dimiliki Ponorogo Oleh para orang yang dianggap memiliki peran spiritual yang di beri amanat untuk menjaga dan setiap tahunnya mencuci pusaka-pusaka tersebut. Pusaka yang terdiri dari Tombak dan Payung tersebut setelah dicuci lalu diarak dari tempat penyimpanannya yang terletak di kota lama Ponorogo menuju Alun-Alun Kota Ponorogo sekarang dengan berjalan kaki serta diiringi dengan iring-iringan para pemimpin dan semua perwakilan masyarakat Ponorogo, Momen ini mendapat antusiasme yang sangat baik dari seluruh masyarakat Kabupaten Ponorogo. Hal ini dapat dilihat dari orang-orang yang memenuhi sepanjang jalan yang di lewati oleh hiring-iringan tarsebut.
Setelah tradisi Kirab Pusaka telah usai dilaksnakan oleh Pemkab Ponorogo, Selanjutnya tradisi dilanjutkan di lingkungan tempat tinggal seluruh masyarakat, tradisi yang biasa disebut dengan “Mapak Tanggal Suran” tradisi ini berarti menjemput tanggal di awal tahun baru Islam, biasanya seluruh masyarakat di Ponorogo akan melakukan doa bersama atau sering disebut dengan “Selametan” dengan membawa nasi kuning yang ditempatkan pada wadah yang terbuat deri daun pisang yang diberi janur kelapa pada sekelilingnya, jumlah nasi kuning yang dibawa yaitu sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang ada di dalam satu rumah tersebut, setelah nasi kuning tersebut di kumpulkan, lalu masyarakat berkumpul di tempat diselanggarakannya selametan,biasanya di mushola atau di tempat-tempat biasanya dilaksanakan selametan masyarakat sering menyebut tempat tersebut dengan sebutan “Cakruk” setelah melakukan doa bersama memohon segala yang terbaik untuk tahun ini, selanjutnya nasi yang telah dikumpulkan tersebut di makan bersama-sama. Acara ini berakhir sekitar pukul 8 malam.

Perayaan Kirab Pusaka diadakan pada awal bulan suro. Diawali dengan rekontruksi keberangkatan Prabu Klono Siswo Handono atau Prabu Klono Sewandono menuju Kediri untuk melamar Putri Kerajaan Kediri, Putri Songgolangit. Kerajaan Wengker II dihadirkan lengkap dengan pasukan putri pemanah, ksatria tombak serta pasukan berkuda yang dipimpin oleh patih tercintanya, Pujangga Anom atau lebih dikenal dengan Bujang Ganong. Acara ini digelar untuk upaya pelestarian budaya, juga untuk menginggatkan kembali warga Ponorogo tentang sejarah kota Ponorogo.
KIRAB PUSAKA
Kirab dimulai dengan upacara resmi yang di selenggarakan di Halaman petilasan/makam Batoro Kathong, setelah usai upacara resmi di lanjutkan kirab pemberangkatan ke empat pusaka kejayaan kabupaten Ponorogo yaitu Tunggul Nogo pusaka berbentuk tombak, Songsong Tunggul Wulung pusaka berbentuk payung, Angkin Cinde Puspito pusaka berbentuk sabuk serta Pusaka Kiai Baru.
Kirab menandai keberadaan pemerintah kabupaten Ponorogo yang sempat dua kali boyong. Perpindahan pertama dari sebelah timur atau kutho wetan ke kutho tengah yang sekarang menjadi alun-alun. Perpindahan ke dua adalah dari kutho tengah kekutho kulon atau daerah Sumoroto. Lokasi ini adalah daerah hutan yang diberi nama Wengker yang juga disebut Bantara Angin.
Tidak kurang dari 120ekor kuda dikerahkan untuk mengangkut para tokoh replica prajurit, pembesar kerajaan Wengker serta Bupati dan Wakil Bupati , jajaran Forpinda, hingga para kepala  dinas dan camat yang turut berkeliling memeriahkan acara menggunakan dokar hias.

FESTIVAL REOG PONOROGO
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9VMhjEDMoi_DxvTIfh5Si_i2iQxLEYmZ2qtGanUTZtFtGsHTiym47QhOOPrmOLTHHUxpuPFOxwcJR2siq93VX4xNz4SmNyGWvMvny82enRZgHIHWDvcfswXauH-U1zgEabWES156DnBn3/s320/22279_213192287298_198831152298_2854519_774491_n.jpg
Penari pembuka FRN




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUoDy11nqZ5RAN-wxWVLfnVXdxe7ax0hPf1dpZHD80X_su1jTcS9Iu3SKZNYJDDEvtWnHnBog8BDdpWIOwsWCjgUVPJQZMohWzUYiAbWt02Gc1rhyphenhyphensdh1KvHfdx3FbxG_zKHruk79DN9TT/s1600/festival-reog-nasional-2011.JPG

Penampilan Dadak Merak

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6uek33Gt8_Z93pSWtqN3OqC3ehnTkY8YT6XNSbHd7gnkOuG0X-uWGNiY6aC61tUgv3nWWFP63DW6R68sY2tHujEpPKSmn9JwPVfN1ZgbzDeiVKo8kghak13o7oMoylrXLKuXAEaCrvCu-/s320/festival-reog-nasional-XVIII.jpg
Penampilan Tari Jatilan



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGLgJO0ohfJW83kAO44ErAGizlbItgod5QOgpxHTHiTHR29g_x_8gANbMpeXHjz5CqG2zqfObMaqWlNQvsrYP4xpakYkZ2UHOhXPPp28lylhc2GZX_UIoL0pUwTdbw_S2roa6E4rZacy73/s320/fr1.jpg

Penampilan Tari Bujangganong

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJFmY5-MlaqMQ1ZISWf0RmelncQvtXGDoUNV-K4ymCn9Vj5cDuiir1_9ogydNjoca9VtciNGGx7KJSYEuiRRWsHP04fZThHgBdITVNj-xchfEz5Qk5vkigHOFgdTqrl29QN0JVRroZlT37/s320/ponorogozone.jpg



http://budaya-indonesia.org/f/5437/roby08darisandi_ritualponorogo.jpg
Festival Reog Nasional yang dilaksanakan selama 4 hari dengan jumlah peserta 51 yang berasal dari 21 peserta dari Ponorogo dan 30 dari Luar Ponorogo. Dari keseluruhan peserta diambil 10 besar group Reog terbaik dan 10 besar pembina terbaik. Seluruh peserta menampilkan traian Reog yang berfariasi tetapi tidak mengubah jalannya makna dalam tarian Reog. Dari kalangan sekolah yang ada di Ponorogo pun tidak ketinggalan ikut serta dalam perayaan FRN pada setiap tahunya. Festifal Reog Nasional ini merebutkan tropi bergilir bagi para pemenangnya.

LARUNG RISALAH DOA

 Larung sesaji merupakan sisa-sisa peninggalan kebudayaan Hindhu-Budha yang masih melekat kuat dalam adat istiadat masyarakat. Pada awalnya larung sesaji digunakan untuk meminta keselamatan, keberkahan dan kesuksesan kepada roh-roh gaib. Tapi yang ini lebih sebagai sebagai modifikasi yang dilakukan pemerintah daerah setempat. Dalam perkembangannya,  larung sesaji yang penuh aroma gaib memang menjadi kontroversi di masyarakat Ponorogo. Larung sesaji menjadi kontoversi mengenai ajaran islam. Pemerintah daerah kemudian berinisiatif memodifikasinya dengan Larung berisalah doa. Hal itu juga sebagai salah satu upaya pemda untuk menarik untuk menarik wisatawan datang ke Ngebel, karena Ngebel yang kaya porensi wisatanya ini jarang jadi tempat tujuan wisata. Namun, kini beberapa masyarakat sudah mulai tidak mempercayai hal-hal tersebut. Kini larung sesaji telah dijadikan acara tahunan yang diselenggarakan untuk menyambut datangnya tahun baru Hijriah.
            Dalam acara larung sesaji ada dua buah tupeng “Buceng Agung” (Tumpeng Raksasa) sebagai syarat  dalam larung sesaji dan akan di arak keliling telaga kemudian di larungkan ke tengah Telaga Ngebel. Tumpeng ini memiliki tinggi sekitar 1,5 meter dan berisi nasi merah danlauk pauk yang kemudian di perebutkan oleh masyarakat dan yang satunya di larung di tengah telaga. Tumpeng yang satunya lagi di tenggelamkan dengan bantuan 8 buah kapal boat, dan 6 penyelam yang sudah terlatih.
3.3 Permasalahan kebudayaan yang terjadi
Dalam buku-buku bab Ponorogo menyatakan bahwa, Batoro Katong (pendiri Ponorogo) adalah utusan Kerajaan Demak untuk menyebarkan Islam di Ponorogo, serta beliau adalah saudara kandung tapi lain ibu dari Raden Patah, Sultan Demak kala itu.
Bahkan banyak para mubaligh di Ponorogo yg “memaksakan” kata WAROK yg berarti WARA, yg istilah dalam bahasa arab artinya “orang yg menjaga dari hal-hal yg subhat”. Jadi memang tidaklah berlebihan kalau Ponorogo menjadi sebuah ikon sebuah kota yg islami.
REYOG merupakan sebuah kesenian asli dari Ponorogo yang bahkan menjadi icon pariwisata propinsi Jawa Timur. REYOG tidak bisa dilepaskan dari Ponorogo, karena apabila orang menyebut REYOG yang terlintas adalah Ponorogo dan demikian pula sebaliknya, kalau menyebut Ponorogo yg ada dalam fikiran adalah REYOG.
Konon REYOG ini merupakan salah satu media dakwah para da’i saat itu untuk memasukkan Islam ke tengah masyarakat.
Sekarang kita lihat “nafas” yang ada di Ponorogo. Sejenak, kita tinggalkan pondok pesantren yang mempunyai ribuan santri yang selalu dibanggakan oleh sebagian masyarakat Ponorogo. Kita lihat acara Grebeg Suro yang menjadi agenda tahunan bagi pemerintah daerah dan masyarakat Ponorogo.
Setiap perayaan Grebeg Suro yang memakan waktu hampir 3 minggu di awali dengan pentas tari si POTRO yang dilanjutkan dengan Simaan Al Qur’an dan Istigotsah yang dihadiri ribuan masyarakat Ponorogo.
Hari-hari berikutnya diisi dengan pameran-pameran industri, pangan atau pembangunan serta perlombaan-perlombaan mulai dari bidang agama sampai dengan festival REYOG.
Acara-acara ini umumnya masih berupa acara kesenian biasa yang merupakan produk budaya dari masyarakat. Tetapi yang patut menjadi catatan disini adalah adanya sebuah ritual khusus, yaitu apa yang disebut Kirab Pusaka dan Larung Risalah di Telaga Ngebel.
Kebiasaan tersebut, menurut informasi yang saya terima tidak mempunyai latar belakang sejarah yang bisa dipertanggung jawabkan. Kalau memang benar, bahwa Batoro Katong itu adalah penyebar agama Islam, dan WAROK adalah alih bahasa dari WARA yg artinya menjaga dari hal subhat, berarti kita harus bicara dalam konteks ajaran Islam yang benar.
Ajaran Islam yang bagaimana yang mengagung-agungkan pusaka atau senjata, sehingga harus di arak keliling kota. Dan lagi, ajaran islam apa yang mengajarkan bahwa sebagai bukti syukur kita kepada Tuhan itu adalah dengan cara “melarung ” tumpeng dan segala macam makanan ke dalam telaga Ngebel ? Walaupun toh katanya, disamping tumpeng yang dilarung juga ada risalah doa (rajah) yang ikut dilarung.
Bukannya rajah-rajah tersebut adalah simbol kesyirikan yang para ulama sepakat bahwa hal tersbut adalah haram dan yang melakukannya di cap sebagai musyrik.
Dari sini kita sudah mendapatkan kerancuan tentang sejarah Ponorogo. Bisa jadi teori yang menyatakan bahwa Batoro Katong adalah da’i yang ditugaskan untuk memasukkan Islam ke Ponorogo hanyalah sebuah teori yang dipaksakan.
Bagaimana mungkin seorang da’i dan seorang yang selalu menjaga hal-hal subh`t, menurunkan kebiaasaan “larung tumpeng” (walaupun sekarang diganti menjadi larung risalah) yang tidak ada penjelasan sedikitpun dari sumber-sumber Islam baik Sunnah Nabi maupun Al Qur’an Karim.
Dan ada juga ritual khusus seperti sesaji yang terdapat dala acara Grebeg Suro. Dan ini pun juga sangat jauh dari ajaran agama islam. Sehingga sampai sakarang, ritual-ritual tersebut masih selalu dilakukan ketika ada acara – acara besarseperti grebeg suro. Mereka yang melakukan ini bertujuan bahwa agar selamat, rasa syukur kepada Sang Maha pencipta dan lain sebagainya.

3.4 Penyebab Munculnya permasalahan Kebudayaan
Acara Grebeg Suro sudah menjamur di kota Ponorogo. Dan ini merupakan kesenian dan budaya yang ada disana. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa acara tersebut sangat menarik dan mengundang berbagai masyarakat dan mancanegara. Tetapi disisi lain terdapat acara GREBEG Suro terdapat ritual-ritual khusus yang tidak jelas asal-usulnya. Sebab dalam sejarah berdirinya Ponorogo dimana dalam buku Babad Ponorogo karya Poerwowidjojo (1997). Diceritakan, bahwa asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Didalam musyawarah tersebut di sepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan “Pramana Raga”yang akhirnya lama-kelamaan berubah menjadi Ponorogo.
Pramana Raga terdiri dari dua kata: Pramana yang berarti daya kekuatan, rahasia hidup, permono, wadi sedangkan Raga berarti badan atau jasmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa dibalik badan, wadak manusia tersimpan suatu rahasia hidup (wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan mnempatkan diri dimanapun dan kapanpun berada. Sehingga dari sini kita tahu bahwa tidak mungkin para tokoh yang sebagai pencetus sejarah dan para tokoh tersebut juga sebagai kyai atau ahli agama, mengajarkan hal-hal yang tidak ada dalam agama islam. Sehingga disini terdapat tanda tanya besar, dari mana ritual-ritual yang ada sekarang. Sehingga sampai sekarang permasalahan itu tetap timbul, tetapi mungkin masyarakat sekarang hanya sebagai penerus budaya, dan mungkin tidak tahu asul-asul ritual berasal dari mana. Sehingga terdapat dua perpsektif yang sangat berbeda dengan masyarakat satu dengan masyarakat yang lain. Dan sampai sekarang pun, perbedaan itu tetap ada. Karena ritual-ritual khusus itu sudah menjadi budaya dan sekarang masyarakat sudah pandai menganalisa suatu budaya yang berbeda arah dengan agama islam. Seperti larungan tumpeng di Ponorogo, bagi mereka yang menyakini acara larungan tumpeng harus dirayakan karena sebagai simbul rasa syukur yang Tuhan limpahkan nikmat selama ini. Dan mereka juga berkeyakinan acara tersebut juga membawa keselamatan unttk kehidupan masa depan. Dan bagi masyarakat yang tidak menyakini hal-hal tersebut, sangat tidak setuju akan kegiatan larung tumpeng. Karena didalam ajaran islam bersyukur tidak diimplimentasikan dengan acara-acara atau ritual-ritual yang sakarang masih terjadi. Islam mengajarkan bersyukur dengan etika dan cara yang sangat baik. Jadi permasalahan sampai sekarang terjadi adalah ketidakserasian tentang ritual-ritual dalam acara Grebeg Suro.

3.5 Dampak Masalah Kebudayaan dalam Kehidupan Masyarakat
Sampai saat ini, tidak ada masalah tentang perbedaan pandang tentang Grebeg Suro. Karena setiap golongan mempunyai cara-cara sendiri untuk memperingati dan melakukan aktivitas ketika bulan Muharram atau Suro. Banyak orang Islam dan tahu tentang ajaran islam, tetapi sampai saat ini budaya Ponorogo yang didalamnya juga terdapat ritual-ritual khusus masih lestari. Seakan-akan hal tersebut benar. Sehingga semua orang beranggapan bahwa itu memang sudah budaya. Jadi tidak bisa direvolusi lagi. Tetapi sampai kapan hal-hal yang bertentang dengan ajaran agama seperti kirap senjata dan larung risalah dimana acara tersebut penenggelaman tumpeng. Apakah para tokoh yang membabat kota Ponorogo mengajarkan seperti itu. Dan lebih bahayanya adalah pada anak cucu mereka. Mereka tidak tahu apa-apa dan mereka hanya sebagai ahli waris budaya. Jadi, masalah terbesar sekarang adalah menggadaian aqidah yang bisa menyengsarakan anak-anak mereka nanti, bahkan kita sendiri di akherat kelak.


Menurut Ki Hajar Dewantara mengatakan kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib
Jika dikaitkan dengan unsur-unsur budaya yang didalam ada tujuh unsur dan manusia sebagai pencipta kebudayaan karena manusia dianugrahi akal dan budi daya. Dengan akal dan budi itu manusia menciptakan dan mengembangkan kebudayaan. Sehingga ritual-ritual yang terdapat pada acara Grebeg Suro merupakan hasil cipta manusia sekarang. Bisa disebut Invention yaitu kebudayaan tercipta karena suatu rancangan/ perencanaan kebudayaan dengan melalui suatu proses. Seperti larungan tumpeng yang terdapat di Telaga Ngebel Ponorogo.
Menurut Bounded et.al mengatakan kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu. Dalam acara Grebeg suro, sebagaian masyarakat Ponorogo yang terdiri dari berbagai acara dan didalamnya juga terdapat ritual-ritual. Seperti halnya kirap pusaka. Budaya ini sebagai simbol untuk mengenang jasa-jasa leluhur mereka. Kemudian larungan tumpeng bertujuan sebagai simbol atau wujud rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa atas kenikmatan yang diberikan. Dengan mwngadakan acara seperti ini akan mebawa berkah dan keselamatan masyarakat ponorogo.
Menurut RaphLinton kegiatan kebudayaan (cultural activity) dibagi tiga salah satunya Cultural Universal pencaharian hidup dan ekonomi, antara lain kegiatan-kegiatan pertanian, peternakan, sistem produksi dan lain-lain. Kesenian misalnya, meliputi kegiatan-kegiatan seni tari, seni rupa, seni suara dan lain-lain. Grebeg Suro di Ponorogo ini termasuk dalam cultural Universal karena didalam acara Grebeg Suro ini salah satunya seni reog. Sehingga ini termasuk dalam kegiatan kebudayaan. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Memang acara ini bukan dari leluhur mereka, tetapi diciptakan oleh anak cucu leluhur yang bertujuan untuk mengenang jasa-jasa leluhur mereka. Sehingga tidak heran kalau ini menyebabkan konflik antara masyarakat sendiri.

Menurut penulis, setiap hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan adalah mitos belaka yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya dengan berpikir secara rasional. Banyak yang meyakini adanya kirab pusaka disaat malam 1 suro itu membawa berkah. Sebenarnya, kita tidak boleh berpikiran seperti itu karena dapat memberikan dampak negatif bagi masyarakat yang tidak mengetahuinya. Mempercayai hal semacam itu sudah mendekati dengan kesyirikan. Maka dari itu, kita sebagai mahasiswa dan penerus bangsa kita harus mempertahankan budaya kita sendiri dengan membandingkan pada agama sebagai kdyakinan kita dalam menyingkapinya. Agar kita tidak jauh menyimpang dari keyakinan kita sendiri. Kita harus bisa berpikir secara rasional dan mengurangi hal-hal yang bersifat mistis atau syirik dalam upacara kirap pusaka tersebut. Kirap pusaka bukanlah ajang untuk melakukan pemujaan, melainkan seuatu acara yang mungkin mempunyai makna tersendiri. Tidak mungkin leluhur kita melakukan upacara seperti itu untuk hal-hal yang menyesatkan. Kita harus menempatkan tujuan utama dalam acara itu yakni intropeksi diri dan menjauhkan dari sifat pemujaan, yang kini menjadi keyakinan mereka yang mengikutinya. Kemudian tentang sesaji yang dilakukan di Telaga Ngebel. Itu suatu kegiatan yang sangat jauh berbeda dengan ajaran islam. Bersyukur tidak harus dilakukan dengan cara tumpeng di bawa ke tengah Telaga. Mengenang jasa leluhur tidak harus dengan cara itu. Tidak mungkin leluhur kita mengejarkan seperti itu. Dan mungkin ini dibuat atau diadakan oleh cucu leluhur. Sehingga kita harus tahu sejarah dan mengapa itu dilakukan. Sebagai mahasisiwa kita harus tahu dan mengenal sekaligus pelestari budaya, kita harus bias memilih budaya kita yang mana bernilai baik dan sesuai ajaran agama. Sehingga kita tidak tersesat pada budaya yang salah pengertian. Jadi selain menjadi penerus budaya, kita harus juga bisa menganalisis budaya kita. Seandainya budaya kita tidak sesuai dengan ajaran agama khususnya Islam, kita benahi dan kita serasikan dengan ajaran agama kita. Sehingga kita menjadi manusia yang berbudaya dan bernuansa islam khususnya.




No comments:

Post a Comment