Proses
Asuhan Keperawatan tentang
Nyeri
Sumber:
Andarmoyo, Sulistiyo.2013.Konsep dan
Proses Keperawatan Nyeri.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
Proses
keperawatan adalah pendekatan keperawatan profesional yang dilakukan untuk
mengidentifikasi, mendiagnosis, dan mengatasi respons manusia terhadap
kesehatan dan penyaki (American Nurse
Association,2003 dalam Potter dan Perry, 2009).
Proses
keperawatan melewati beberapa tahapan, yaitu pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Demikian bahaya, ketika akan membuat
asuhankeperawatan pada klien dengan masalah nyeri maka akan melewati
langkah-langkah sebagaimana dimaksud di atas.
A.
Pengkajian
adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk
menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan waktu sebelumnya,
serta untuk menentukan pola responklien saat ini dan waktu sebelumnya
(Carpenito-Moyet, 2005 dalam Potter and Perry, 2009)
Pengkajian nyeri yang
aktual dan tepat dibutuhkan untuk menetapkan diagnosis keperawatan yang tepat,
menyeleksi tetapi keperawatan yang cocok, dan mengevaluasi respons klien
terhadap terapi. Keuntungan pengkajia nyeri bagi klienn adalah nyeri dapat
diidentifikasi, dikenali sesbagai suatu yang nyata dapat diukur dan dapat
dijelaskan serta digunakan untuk mengevaluasi perawatan (Mc Guire,1992 dalam
Potter and Perry, 2006).
Joint Commison on
Acreditation of Helathcare Organizations (ICAHO) 1999, (dikutip dari Prasetyo,
2010) membuat standar dalam penanganan terhadap nyeri. Dalam standar tersebut
tenaga kesehatan diharapkan menerapkan langkah yang strategi dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri
Standar Penanganan Nyeri
1
|
Mengenal hak hak klien untuk dapat melakukan pengkajian dan penanganan
nyeri yang sesuai.
|
2
|
Mengkaji keberadaan nyeri pada klien, kemudian menentukan jenis dan
intensitas nyeri pada semua klien.
|
3
|
Mendokumentasikan hasil pengkajian yang telah dilakukan sebagai dasar
untuk pengkajian dan lebih lanjut
|
4
|
Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan didalam pengkajian dan
penanganan nyeri sertamengenalkan pada tenaga kesehatan yang baru tentang
teknik pengkajian dan penangan nyeri
|
5
|
Menetapkan kebijakan dan prosedur yang mendukung kefektifan di dalam
pelayanan pengobatan nyeri
|
6
|
Memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada pasien beserta
anggota keluarga mengenai penanganan nyeri yang efektif
|
7
|
Menjelaskan atau mengenalkan kebutuhan klien terhadap penanganan
gejala yangtimbul dalam discharge planning
|
Joint Commision on Accreditatiion of Healtcare Organizatiion
(JCAHO)1999, dikutip dari Prasetyo, 2010
|
Beberapa aspek yang
perlu diperhatikan perawatdalam pngkajian nyeri antara lain:
1.
Penentuan
ada tidaknya nyeri
Dalam memulai pengkajian
terhadap nyeri pada klien, hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh perawat
adalah penentuan ada tidaknya nyeri pada klien. Perawat harus memercayai ketika
pasiien melaporkan adanya ketidaknyamanan (nyeri) walaupun dalam observasi
perawat tidak ditemukannya cidera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh
klien adalah nyata adanya. Sebaliknya, ada beberapa pasien yangterkadang justru
menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.
2.
Faktor
yang menyebabkan atau memengaruhi nyeri
Nyeri merupakan sesuatu
yang kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Perawat
perlumempertimbangkan aspek yang memengaruhi nyeri klien tersebut. Hal ini
sangat penting bagi perawat untuk memberikan kemudahan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami perubahan kenyamanan (nyeri).
Seperti telah dijelaskan
di bab sebelumnya, faktor yang memengaruhi nyeri yang bisa dikaji dan digali
lebih dalam oleh perawat antara lain:1) Usia, 2) Jeniskelamin, 3) Kebudayaan,
4) Makna nyeri, 5) Perhatian, 6) Ansietas, 7) Keletihan, 8) Pengalaman
sebelumnya, 9) Gaya koping, 10) dukungan keluarga dan sosial
3.
Pengalaman
nyeri
Hal terpenting juga yang
perlu diperhatikan oleh perawat adalah pengalaman nyeri yang dialami oleh
klien. Hal ini akan sangat membantu bagi
perawat untuk mengetahui pada fase apa
yang dirasakan oleh klien dan apakah klien mengetahui nyeri yang dialami. Fase
tersebut antara lain 1)fase antisipation, 2) fase sensasi, 3) fase akibat
(aftermath)
4.
Ekspresi
nyeri
Amaticara verbal dan
nonverbal klien dalam mengomunikasikan rasa ketidaknyamanan. Meringis, menekuk
salah satu bagian tubuh, dan postur tubuh yang tidaklazimmerupakan contoh
ekspresi nyeri secara nonverbal. Anak-anak masih kecil mungkin tidak mengerti
makna “nyeri” sehingga dalam melakukan pengkajian perawat perlu menggunakan
kata-kata, seperti “ouh”, “aduh”, atau
“sakit”. Untukklien yang mengalami gangguan kognitif, yaknni dengan melakukan
observasi terhadap perubahan perilaku klien. Untuk klien yang sedang dalam
kondisi kritis dan menggunakan selang nasogastrik atau jalan napas aritifisial,
perawat mungkin perlu mengajukan pertanyaan spesifik secara langsung kepada
klien sehingga klien memberi jawaban dengan mengangguk atau menggelengkan
kepala.
5.
Karakteristik
nyeri
Untuk membantu pasien
dalam mengutarakan masalah atau keluhannya secara lengkap, pengkajian yang bisa
dilakukan oleh perawat untuk mengkaji karakteristik nyeri bisa menggunakan
pendekatan analisis symtopm.
Komponen pengkajian
analisis syimtom meliputi (PQRST):
a.
P(Paliatif/
Provocatif): yang menyebabkan timbulnya masalah
b.
Q
(Quality dan Quantiity): kualitas dan kuantitasnyeri yang dirasakan
c.
R
(Region): lokasi nyeri
d.
S
(Severity): keparahan
e.
T
(Timing) : waktu
Tabel Analisis Simptomp
dan Pengkajian Nyeri
P
|
Q
|
R
|
S
|
T
|
Provokatif atau Paliatif
|
Kualitas atau
kuantitas
|
Regional/ area
terpapar/ radiasi
|
Skala keparahan
|
Timing atau waktu
|
Apakah yang menyebabkan gejala?
Apa saja yang mengurangi dan memperberatnya?
|
Bagaimana gejala
(nyeri) dirasakan, sejauhmana Anda merasakanya sekarang?
|
Dimana gejala terasa?
Apakah menyebar?
|
Seberapa keparahan
dirasakan (nyeri)dengan skala berapa? (1-10)
|
Kapan gejala mulai timbul?
Seberapa sering gejala terasa? Apakah tiba-tiba atau bertahap?
|
1)
Kejadian awal apakah yang Anda lakukan sewaktu gejala(nyeri) pertama
kali dirasakan? Apakah yang menyebabkan nyeri? Posisi?aktivitas tertentu?
Apakah yang menghilangkan gejala (nyeri)?
2)
Apakah yang memperburuk gejala (nyeri)?
|
1)
Kualitas bagaimana gejala (nyeri) dirasakan?
2)
Kuantitas sejauhmana gejala (nyeri) dirasakan sekarang? Sangat
dirasakan hingga tidak dapat melakukan aktivitas? Lebih parah atau lebih
ringan dari rasa dirasakan sebelumnya.
|
1)
Area. Dimana gejala (nyeri) dirasakan?
2)
Radiasi/area terpapar. Apakah nyeri merambat pada punggung atau
lengan? Merambat pada leheratau merambat pada kaki?
|
Nyeri yang
dirasakanpada skala berapa? Apakah ringan, sedang, berat, atau tak tertahankan
(1-10)
|
1)
Onset. Tanggal dan jam gejala terjadi
2)
Jenis. Tiba-tiba atau bertahap
3)
Frekuensi. Setiap jam, hari, minggu, bulan, sepanjang hari, pagi,
siang, malam. Mengganggu istirahat tidur? Terjadi kekambuhan?
4)
Durasi seberapa lama gejala dirasakan?
|
Sumber: Patricia Morton, Health Assesment in Nursing,
Springhouse Corporation, Springhouse Pennsylvaniia. 1991. Dalam Priharjo
(1996)
|
Selain menggunakan
pendekatan analisis simptomp di atas, perawat juga dapat melakukan pengkajian
karakteristik nyeri dengan menggunakan pendekatakn di bawah ini.
a.
Awitan
dan durasi
Perawat mengajukan
pertanyaan untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri. Hal-hal yang
perlu ditanyakan adalah
1)
Kapan
nyeri dimulai dirasakan?
2)
Sudah
berapa lama nyeri mulai dirasakan?
3)
Apakah
nyeriyang dirasakan terjadi pada waktu yang sama pada setiap hari?
4)
Seberapa
sering nyeri kembali kambuh?
b.
Lokasi
Untuk mengkaji lokasi
nyeri, perawat meminta klien untuk menunjukkan semua daerah yangg dirasa tidak
nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan lebih spesifik, perawat kemudian
meminta klien melacak daerah nyeri dan titik yang paling nyeri. Hal ini sulit
dilakukan apabila nyeri bersifat difus, meliputi beberapa tempar, atau
melibatkan segmen terbesar tubuh.
c.
Keparahan
Karakteristik paling
subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut.
Klien sering kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan,
sedang atau berat/ parah. Peniliaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan
menggunakan skala sebagai berikut:
1)
Skala
numerik
2)
Skala
deskritif
3)
Skala
analog
4)
Sementara
pengukuran intensitas nyeri pada anak dapat menggunakan skala Oucher
d.
Kualitas
Hal-hal yang perlu
ditanyakan perawat adalah apakah nyeri yang dirasakan klien sebagai sensasi
remuk (crushing), berdenyut (throbbing), tajam atau tumpul, menusuk (pricking),
terbakar, perih, berpindah-pindah dan sebagainya.
e.
Pola
nyeri
Dalam hal ini perawat
meminta klien untuk mendeskripsikan aktivitas yang menyebabkan nyeri. Apakah
nyeri terjadi setelah melakukan gerakan fisik, minum kopi, atau berkemih?
Perawat juga meminta klien mendemonstrasikan aktivitasyang menimbulkan respon
nyeri, misalnya batuk atau membalikkan tubuh dengan cara tertentu.
f.
Tindakan
untuk menghilangkan rasa nyeri
Hal yang perlu
ditanyakan adalah apa upaya yang dilakukan pasien untuk mengurangi nyeri?
Apakah dengan mengubah posisi, melakukan tindakan ritual (melangkah, berayun,
menggosok) makan, meditasi, atau mengompres bagian yang nyeri dengan kompres
dingin dan kompres hangat? Hal ini penting untuk diketahui perawat adalah
apakah memang tindakan atau upaya yang dilakkukan pasien tidak menimbulkan
masalah baru pada klien maka tindakan yang sudah dilakukan bisa dilanjutkan
dengan modifikasi tambahan dan pemantauan dari perawat. Akan tetapi, jika
tindakan dan upaya yang sudah dilakukan justru menambah beban dan permasalahan
baru bagi pasien, perawat sesegera mungkin untuk menghentikannya dan mengganti
tindakan baru sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman perawat dalam ilmu
keperawatan.
g.
Gejala
Hal yang perlu ditanyakan
perawat adalah gejala penyerta apakah sering menyertai nyeri? Apakah mual,
nyeri kepala pusing, keinginan untuk miksi, konstipasi dan gelisah?
6.
Responden
dan efek nyeri (fisiologi, perilaku dan pengaruhnya terhadap aktivitas
sehari-hari)
Respon dan efek nyeri
meliputi respon fisiologis, perilaku dan pengaruh terhadap aktivitas sehari
hari.
a.
Respon
fisiologis
Amati dan perhatikan
respons fisiologis yang terjadi pada klien. Respon ini bisa meliputi respon
stimulasi simpatik seperti dilatasi saluran bronkeolus dan peningkatan
pernapasan, peningkatan frekuensi denyut jantung, vasokontriksi perifer (pusat,
peningkatan tekanan darah), peningkatan kadar glukosa darah, diaphoresis,
peningkatan ketegangan otot, dilatasi pupil, dan penurunan motilitas usus. Sementara
respon stimulasi parasimpatik meliputi pusat, ketegangan otot, penurunan denyut
jantung dan tekanan darah, pernapasan yang cepat dan tidak teratur, mual dan
muntah, dan kelemahan atau kelelahan.
b.
Respons
perilaku
Amati dan perhatikan
pula respons perilaku yang terjadi pada klien. Respons ini bisa beragam dan
sangat tergantung dengan paparan dan toleransi klien terhadap nyerinya.
Perilaku efek nyeri pada klien meliputi:
1)
Vokalisasi
(mengaduh, menangis sesak napas, mendengkur)
2)
Ekspresi
wajah (meringis, menggelutukkan gigi, mengenyitkan dahi, menutup mata atau
mulut dengan rapat atau membuka mata atau mulut dengan lebar, menggigit bibr)
3)
Gerakan
tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan
tangan, aktivitas melangkah yang tanggal ketika berjalan atau berlari, gerakan
ritmik atau gerakan menggosok, gerakan melindungi bagian tubuh
4)
Interaksi
sosial (menghindari percakapan, khusus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan
nyeri, menghindari kontak sosial penurunan rentang perhatian.
c.
Efek
terhadap aktivitas sehari-hari
Pasien yang mengalami
nyeri, biasanya akan mempunyai efek terhadap aktivitas sehari-hari yang ia
jalankan. Dalam hal ini perawat perlu menanyakan hal sebagai berikut:
1)
Bagaimana
kemampuan klien dalam berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari, apakah bisa
dijalankan secara mandiri atau perlu bantuan?
2)
Bagaimana
kemampuan klien dalam melakukan higiene normal (seperti mandi, berpakaian,
mencuci rambut, dsb)?
3)
Bagaimana
kemampuan untuk mempertahankan hubungan seksual yang normal?
4)
Bagaimana
kemampuan individu dalam melakukan pekerjaan?
7.
Persepsi
terhadap nyeri
Dalam halini perawat
perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri, bagaimana anggapan klien terhadap
masalah yang dihadapinya saat ini, dan bagaimana klien menghubungkan antaranyeri
yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan
di sekitarnya.
8.
Mekanisme
adaptasi terhadap nyeri
Masing-masing individu memiliki cara
yang berbeda dalam menyikapi dan beradaptasi dengan nyeri yang ia rasakan.
Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara apa saja yang biasa klien pergunakan
dalam menurunkan nyeri yang ia alami. Selain itu, perlu ditanyakan bagaimana
keefektifan cara tersebut dalam upaya menurunkan nyeri dan apakah cara tersebut
digunakan klien saat menjalani perawatan di rumah sakit. Apabila cara tersebut
bisa digunakan, perawat bisa memasukkan dalam rencana tindakan keperawatan.
B.
Diagnosis
Keperawatan
Diagnosis keperawatan
adalah keputusan klinis tentang respon individu, keuarga atau komunitas
terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial, proses kehidupan (NANDA
International, 2007 dalam Potter and Perry, 2009).
Diagnosis keperawatan
yang bisa ditegakkan dalam masalah kenyamanan (nyeri) adalah nyeri akut dan
nyeri kronis. Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan
melaporkan adanya rasa ketidaknyamam yang hebat atau sensasi yang tidak
menyenangkan selama enam bulan atau kurang (Carpenito-Moyet, 2007). Sementara
nyeri kronis adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami nyeri yang menetap
atau intermiten dan berlangsung lebih dari enam bulan (Carpenito-Moyet, 2007).
Keberadaan nyeri yang
dirasakan oleh klien dapat pula mencetuskan berbagai masalah keperawatan yang
lain, seperti gangguan pola tidur, defisit perawat diri, ansietas, dan ketidakberdayaan,
hambatan mobilitas fisik,dsb. Berikut menerangkan mengenai diagnosis
keperawatan NANDA yang relevan dalam kasus nyeri.
Diagnosis Keperawatan
NANDA untuk nyeri
1.
Ansietas
yang berhubungan dengan nyeri yang hilang
2.
Nyeri,
yang berhubungan dengan
a.
Cedera
fisik
b.
Penurunan
suplai darah ke jaringan
c.
Proses
melahirkan normal
3.
Nyeri
kronik yang berhubungan dengan:
a.
Jaringan
parut
b.
Kontrol
nyeri yang tidak adekuat
4.
Ketidakberdayaan
yang berhubungan dengan nyeri maligna kronik
5.
Ketidakefektifan
koping individu, yang berhubungan dengan nyeri kronis
6.
Hambatan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri muskuloskeletal, nyeri insisi
7.
Resiko
cedera yang berhubungan dengan penurunan resepsi nyeri
8.
Defisit
perawatan diri, yang berhubungan dengan nyeri muskuloskeletal
9.
Disfungsi
seksual yang berhubungan dengan nyeri artritis panggul
10.
Gangguan
pola tidur, yang berhubungan dengan nyeri punggung bagan bawah
(sumber: Potter and
Perry, 2006)
Dalam pembahasan ini,
penulis tidak membahas mengenai diagnosis diatas, tetapi lebih menekankan pada
diagnosis aktual yang ada dalam nyeri, yaitu nyeri akut ataupun nyeri kronis.
Berikut ini akan disajikan contoh analisis data dan bagaimana perumusan
diagnosis keperawatan yang bisa ditegakkan.
Contoh Analisis Data 1
No.
|
Kelompok
Data
|
Masalah
|
Penyebab
|
Data Subyektif
1.
(P): Klien mengatakan tiga hari yang lalu mengalami kecelakaan lalu
lintas yang mengakibatkan luka pada kedua tangan
2.
(Q):Klien mengatakan luka yang terdapat pada tangannya terasa panas,
perih seperti tertusuk-tusuk.
3.
(R):Klien mengatakan nyeri dirasakan terletak pada lengan kanan bawah
dan telapak tangan kiri
4.
(S): Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada angka 7.
5.
(T): Klien mengatakan nyeri yang dirasakan terus menerus dan bertambah
jika digerakkan.
6.
Klien mengatakan nyeri terasa mereda/ ringan jika daerah di sekitar
luka digosok
Data Objektif
1.
Tekanan darah 140/80 mmHg
2.
Respirasi 24 kali per menit
3.
Suhu 37 derajat Celsius
4.
Nadi 88 kali per menit
5.
Klien terlihat menangissakit terutama saat dilakukan rawat luka
6.
Ekspresi wajah pucat
7.
Terdapat luka robek panjang +/- 15 cm, lebar 4 cm, dalam 2 cm pada
lengan kanan dan luka abrasi pada telapak tangan kiri.
|
nyeri akut
|
Dari analisis data di
atas maka diagnosis keperawatannya adalah nyeri akut yang berhubungan dengan
trauma jaringan
Contoh Analisis Data 2
no
|
Kelompok Data
|
Masalah
|
Penyebab
|
Data Subjektif
1)
(P): Klien mengatakan sudah kurang lebih setahun belakangan ini
perutnya terasa nyeri
2)
(Q): Klien menngatakan nyeri yang dirasakan bersifat hilang timbul
3)
(R): Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada perut kanan atas
4)
(S): Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada angka 4
5)
(T): Klien mengatakan nyeri yang dirasakan tidak menentu (kadang
hilang dan timbul)
Data Objektif
Tekanan
darah 110/80 mmHg
Respirasi:
24 kali per menit
Suhu
36 derajat celsius
Nadi
80 kali per menit
Ekspresi
wajah pucat
Klien
terlihat lemah dan lelah
Palpasi
pada perut menujukkan pembesaran dan tegang
|
Nyeri
kronis
|
Invasi
jaringan akibat kanker abdomen
|
Dari analisis data di
atas, diagnosis keperawatan adalah nyeri kronis yang berhubungan dengan invasi
jaringan akibat kanker abdomen.
C.
Perencanaan
Perencanaan merupakan
langkah berikutnya dalam proses keperawatan. Pada langkah ini, perawat
menetapkan tujuan dan kriteria/hasil yang diharapkan bagi klien dan
merencanakan intervensi keperawatan. Dari pernyataan tersebut diketahui dalam
membuat perencanaan perlu mempertibangkan
1.
Tujuan
2.
Kriteria
yang diperkirakan/ diharapkan
3.
Intervensi
keperawatan
Contoh Perencanaan untuk diagnosis nyeri akut dan nyeri kronis
NO
|
Diagnosis
Keperawatan
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
1
|
Nyeri akut yang
berhubungan dengan trauma jaringan
|
Tujuan: pain leevel,
pain control,comfort level
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
1)
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3)
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5)
Tanda vital dalam rentang normal
6)
Tidak mengalami gangguan tidur
|
1)
Kaji karakteristik nyeri (awitan, durasi, lokasi, keparahan)
2)
Kaji faktor-faktor yang meningkatkan dan meringankan nyeri
3)
Kaji pengalaman nyeri klien
4)
Kaji tindakan penanganan yang diupayakan untuk menurunkan nyeri
5)
Kaji respon fisiologis dan perilaku klien terhadap nyeri
6)
Kaji tanda-tanda vital (Tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu)
7)
Berikan informasi yang akurat mengenai nyeri klien (penyebab, penanganan,
dsb)
8)
Ajarkan tindakan pereda nyeri noninvasif (misal: stimulus kutaneus,
kompres hangat, kompres dingin, masase kutaneus, disraksi, relaksasi, dsb)
9)
Motivasi keluarga untuk tiap memberikan support atas nyeri yang
dialami klien
10)
Kolaborasi dalam pemberian analgetik
|
2
|
Nyeri kronis yang
berhubungan dengan innvasi jaringan akibat kanker abdomen
|
Tujuan: pain level, pain control, comfot level
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama …..
Nyeri kronis pasiien
berkurang dengan kriteria hasil:
1)
Tidak ada gangguan tidur
2)
Tidak ada gangguan konsentrasi
3)
Tidak ada gangguan berhubungan interpersonal
4)
Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan secara verbal
5)
Tidak ada tegangan otot
|
1)
Kaji pengalaman nyeri dan bagaimana intensitas nyeri klien
2)
Kaji faktor yang menyebabkan terjadinya nyeri
3)
Kaji efek nyeri kronis terhadap kehidupan klien
4)
Kaj tindakan penanganan yang telah diupayakan untuk menurunkan nyeri
5)
Kaji respon fisiologis dan perilaku klien terhadap nyeri
6)
Kaji tanda vital (Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Suhu)
7)
Diskusikan penderitaan yang diakibatkan karena nyeri berkepanjangan
8)
Ajarkan tindakan pereda nyeri noninvasif (misal: stimulasi kuaneus,
kompres hangat, kompres dingin, masase kutaneus, distraksi, relaksasi, dsb.)
9)
Motivasi keluarga untuk tetap memberikan support atas nyeri yang
dialami klien
10)
Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
|
Sumber: dari berbagai
sumber yang dimodifikasi oleh penulis
|
D.
Pelaksanaan/
Implementasi
Implementasi keperawatan
merupakan komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter
and Perry, 2005). Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi adalah
melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan yang sudah direncanakan pada
tahapan sebelumnya.
Terdapat berbagai
tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Implementasi lebih
ditujukan pada
1.
Upaya
perawatan dalam meningkatkan kenyamanan
2.
Upaya
pemberian informasi yang akurat
3.
Upaya
mempertahankan kesejahteraan
4.
Upaya
tindakan pereda nyeri nonfarmakologis
5.
Pemberian
terapi nyeri farmakologis
E.
Evaluasi
Evaluasi keperawatan
adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk mengukur respon klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan
(Potter and Perry, 2006). Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah
nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespons rangsangan nyeri, di
antaranya:
1.
Klien
melaporkan adanya penurunan rasa nyeri
2.
Mendapatkan
pemahaman yang akurat mengenai nyeri
3.
Mampu
mempertahankan kesejahteraan dan meningkatkan kemampuan fungsi fisik dan
psikologis yang dimiliki
4.
Mampu
menggunakan tindakan peredaan nyeri nonfarmakologis
5.
Mampu
menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.
No comments:
Post a Comment