Thursday, July 9, 2020

Proses Asuhan Keperawatan tentang Nyeri


Proses Asuhan Keperawatan tentang Nyeri

Sumber: Andarmoyo, Sulistiyo.2013.Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.

Proses keperawatan adalah pendekatan keperawatan profesional yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mendiagnosis, dan mengatasi respons manusia terhadap kesehatan dan penyaki (American Nurse Association,2003 dalam Potter dan Perry, 2009).
Proses keperawatan melewati beberapa tahapan, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Demikian bahaya, ketika akan membuat asuhankeperawatan pada klien dengan masalah nyeri maka akan melewati langkah-langkah sebagaimana dimaksud di atas.

A.    Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola responklien saat ini dan waktu sebelumnya (Carpenito-Moyet, 2005 dalam Potter and Perry, 2009)
Pengkajian nyeri yang aktual dan tepat dibutuhkan untuk menetapkan diagnosis keperawatan yang tepat, menyeleksi tetapi keperawatan yang cocok, dan mengevaluasi respons klien terhadap terapi. Keuntungan pengkajia nyeri bagi klienn adalah nyeri dapat diidentifikasi, dikenali sesbagai suatu yang nyata dapat diukur dan dapat dijelaskan serta digunakan untuk mengevaluasi perawatan (Mc Guire,1992 dalam Potter and Perry, 2006).
Joint Commison on Acreditation of Helathcare Organizations (ICAHO) 1999, (dikutip dari Prasetyo, 2010) membuat standar dalam penanganan terhadap nyeri. Dalam standar tersebut tenaga kesehatan diharapkan menerapkan langkah yang strategi dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri

Standar Penanganan Nyeri
1
Mengenal hak hak klien untuk dapat melakukan pengkajian dan penanganan nyeri yang sesuai.
2
Mengkaji keberadaan nyeri pada klien, kemudian menentukan jenis dan intensitas nyeri pada semua klien.
3
Mendokumentasikan hasil pengkajian yang telah dilakukan sebagai dasar untuk pengkajian dan lebih lanjut
4
Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan didalam pengkajian dan penanganan nyeri sertamengenalkan pada tenaga kesehatan yang baru tentang teknik pengkajian dan penangan nyeri
5
Menetapkan kebijakan dan prosedur yang mendukung kefektifan di dalam pelayanan pengobatan nyeri
6
Memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada pasien beserta anggota keluarga mengenai penanganan nyeri yang efektif
7
Menjelaskan atau mengenalkan kebutuhan klien terhadap penanganan gejala yangtimbul dalam discharge planning

Joint Commision on Accreditatiion of Healtcare Organizatiion (JCAHO)1999, dikutip dari Prasetyo, 2010

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan perawatdalam pngkajian nyeri antara lain:
1.      Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam memulai pengkajian terhadap nyeri pada klien, hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh perawat adalah penentuan ada tidaknya nyeri pada klien. Perawat harus memercayai ketika pasiien melaporkan adanya ketidaknyamanan (nyeri) walaupun dalam observasi perawat tidak ditemukannya cidera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata adanya. Sebaliknya, ada beberapa pasien yangterkadang justru menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.
2.      Faktor yang menyebabkan atau memengaruhi nyeri
Nyeri merupakan sesuatu yang kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Perawat perlumempertimbangkan aspek yang memengaruhi nyeri klien tersebut. Hal ini sangat penting bagi perawat untuk memberikan kemudahan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami perubahan kenyamanan (nyeri).
Seperti telah dijelaskan di bab sebelumnya, faktor yang memengaruhi nyeri yang bisa dikaji dan digali lebih dalam oleh perawat antara lain:1) Usia, 2) Jeniskelamin, 3) Kebudayaan, 4) Makna nyeri, 5) Perhatian, 6) Ansietas, 7) Keletihan, 8) Pengalaman sebelumnya, 9) Gaya koping, 10) dukungan keluarga dan sosial
3.      Pengalaman nyeri
Hal terpenting juga yang perlu diperhatikan oleh perawat adalah pengalaman nyeri yang dialami oleh klien. Hal ini akan sangat  membantu bagi perawat untuk mengetahui pada fase  apa yang dirasakan oleh klien dan apakah klien mengetahui nyeri yang dialami. Fase tersebut antara lain 1)fase antisipation, 2) fase sensasi, 3) fase akibat (aftermath)
4.      Ekspresi nyeri
Amaticara verbal dan nonverbal klien dalam mengomunikasikan rasa ketidaknyamanan. Meringis, menekuk salah satu bagian tubuh, dan postur tubuh yang tidaklazimmerupakan contoh ekspresi nyeri secara nonverbal. Anak-anak masih kecil mungkin tidak mengerti makna “nyeri” sehingga dalam melakukan pengkajian perawat perlu menggunakan kata-kata, seperti  “ouh”, “aduh”, atau “sakit”. Untukklien yang mengalami gangguan kognitif, yaknni dengan melakukan observasi terhadap perubahan perilaku klien. Untuk klien yang sedang dalam kondisi kritis dan menggunakan selang nasogastrik atau jalan napas aritifisial, perawat mungkin perlu mengajukan pertanyaan spesifik secara langsung kepada klien sehingga klien memberi jawaban dengan mengangguk atau menggelengkan kepala.
5.      Karakteristik nyeri
Untuk membantu pasien dalam mengutarakan masalah atau keluhannya secara lengkap, pengkajian yang bisa dilakukan oleh perawat untuk mengkaji karakteristik nyeri bisa menggunakan pendekatan analisis symtopm.
Komponen pengkajian analisis syimtom meliputi (PQRST):
a.       P(Paliatif/ Provocatif): yang menyebabkan timbulnya masalah
b.      Q (Quality dan Quantiity): kualitas dan kuantitasnyeri yang dirasakan
c.       R (Region): lokasi nyeri
d.      S (Severity): keparahan
e.       T (Timing) : waktu
Tabel Analisis Simptomp dan Pengkajian Nyeri

P
Q
R
S
T
Provokatif atau Paliatif
Kualitas atau kuantitas
Regional/ area terpapar/ radiasi
Skala keparahan
Timing atau waktu
Apakah yang menyebabkan gejala? Apa saja yang mengurangi dan memperberatnya?
Bagaimana gejala (nyeri) dirasakan, sejauhmana Anda merasakanya sekarang?
Dimana gejala terasa? Apakah menyebar?
Seberapa keparahan dirasakan (nyeri)dengan skala berapa? (1-10)
Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala terasa? Apakah tiba-tiba atau bertahap?
1)      Kejadian awal apakah yang Anda lakukan sewaktu gejala(nyeri) pertama kali dirasakan? Apakah yang menyebabkan nyeri? Posisi?aktivitas tertentu? Apakah yang menghilangkan gejala (nyeri)?
2)      Apakah yang memperburuk gejala (nyeri)?
1)      Kualitas bagaimana gejala (nyeri) dirasakan?
2)      Kuantitas sejauhmana gejala (nyeri) dirasakan sekarang? Sangat dirasakan hingga tidak dapat melakukan aktivitas? Lebih parah atau lebih ringan dari rasa dirasakan sebelumnya.
1)      Area. Dimana gejala (nyeri) dirasakan?
2)      Radiasi/area terpapar. Apakah nyeri merambat pada punggung atau lengan? Merambat pada leheratau merambat pada kaki?
Nyeri yang dirasakanpada skala berapa? Apakah ringan, sedang, berat, atau tak tertahankan (1-10)
1)      Onset. Tanggal dan jam gejala terjadi
2)      Jenis. Tiba-tiba atau bertahap
3)      Frekuensi. Setiap jam, hari, minggu, bulan, sepanjang hari, pagi, siang, malam. Mengganggu istirahat tidur? Terjadi kekambuhan?
4)      Durasi seberapa lama gejala dirasakan?
Sumber: Patricia Morton, Health Assesment in Nursing, Springhouse Corporation, Springhouse Pennsylvaniia. 1991. Dalam Priharjo (1996)


Selain menggunakan pendekatan analisis simptomp di atas, perawat juga dapat melakukan pengkajian karakteristik nyeri dengan menggunakan pendekatakn di bawah ini.

a.       Awitan dan durasi
Perawat mengajukan pertanyaan untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri. Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah
1)      Kapan nyeri dimulai dirasakan?
2)      Sudah berapa lama nyeri mulai dirasakan?
3)      Apakah nyeriyang dirasakan terjadi pada waktu yang sama pada setiap hari?
4)      Seberapa sering nyeri kembali kambuh?
b.      Lokasi
Untuk mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta klien untuk menunjukkan semua daerah yangg dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien melacak daerah nyeri dan titik yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difus, meliputi beberapa tempar, atau melibatkan segmen terbesar tubuh.
c.       Keparahan
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau berat/ parah. Peniliaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala sebagai berikut:
1)      Skala numerik
2)      Skala deskritif
3)      Skala analog
4)      Sementara pengukuran intensitas nyeri pada anak dapat menggunakan skala Oucher
d.      Kualitas
Hal-hal yang perlu ditanyakan perawat adalah apakah nyeri yang dirasakan klien sebagai sensasi remuk (crushing), berdenyut (throbbing), tajam atau tumpul, menusuk (pricking), terbakar, perih, berpindah-pindah dan sebagainya.
e.       Pola nyeri
Dalam hal ini perawat meminta klien untuk mendeskripsikan aktivitas yang menyebabkan nyeri. Apakah nyeri terjadi setelah melakukan gerakan fisik, minum kopi, atau berkemih? Perawat juga meminta klien mendemonstrasikan aktivitasyang menimbulkan respon nyeri, misalnya batuk atau membalikkan tubuh dengan cara tertentu.
f.        Tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri
Hal yang perlu ditanyakan adalah apa upaya yang dilakukan pasien untuk mengurangi nyeri? Apakah dengan mengubah posisi, melakukan tindakan ritual (melangkah, berayun, menggosok) makan, meditasi, atau mengompres bagian yang nyeri dengan kompres dingin dan kompres hangat? Hal ini penting untuk diketahui perawat adalah apakah memang tindakan atau upaya yang dilakkukan pasien tidak menimbulkan masalah baru pada klien maka tindakan yang sudah dilakukan bisa dilanjutkan dengan modifikasi tambahan dan pemantauan dari perawat. Akan tetapi, jika tindakan dan upaya yang sudah dilakukan justru menambah beban dan permasalahan baru bagi pasien, perawat sesegera mungkin untuk menghentikannya dan mengganti tindakan baru sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman perawat dalam ilmu keperawatan.
g.      Gejala
Hal yang perlu ditanyakan perawat adalah gejala penyerta apakah sering menyertai nyeri? Apakah mual, nyeri kepala pusing, keinginan untuk miksi, konstipasi dan gelisah?
6.      Responden dan efek nyeri (fisiologi, perilaku dan pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari)
Respon dan efek nyeri meliputi respon fisiologis, perilaku dan pengaruh terhadap aktivitas sehari hari.
a.       Respon fisiologis
Amati dan perhatikan respons fisiologis yang terjadi pada klien. Respon ini bisa meliputi respon stimulasi simpatik seperti dilatasi saluran bronkeolus dan peningkatan pernapasan, peningkatan frekuensi denyut jantung, vasokontriksi perifer (pusat, peningkatan tekanan darah), peningkatan kadar glukosa darah, diaphoresis, peningkatan ketegangan otot, dilatasi pupil, dan penurunan motilitas usus. Sementara respon stimulasi parasimpatik meliputi pusat, ketegangan otot, penurunan denyut jantung dan tekanan darah, pernapasan yang cepat dan tidak teratur, mual dan muntah, dan kelemahan atau  kelelahan.
b.      Respons perilaku
Amati dan perhatikan pula respons perilaku yang terjadi pada klien. Respons ini bisa beragam dan sangat tergantung dengan paparan dan toleransi klien terhadap nyerinya. Perilaku efek nyeri pada klien meliputi:
1)      Vokalisasi (mengaduh, menangis sesak napas, mendengkur)
2)      Ekspresi wajah (meringis, menggelutukkan gigi, mengenyitkan dahi, menutup mata atau mulut dengan rapat atau membuka mata atau mulut dengan lebar, menggigit bibr)
3)      Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan tangan, aktivitas melangkah yang tanggal ketika berjalan atau berlari, gerakan ritmik atau gerakan menggosok, gerakan melindungi bagian tubuh
4)      Interaksi sosial (menghindari percakapan, khusus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri, menghindari kontak sosial penurunan rentang perhatian.
c.       Efek terhadap aktivitas sehari-hari
Pasien yang mengalami nyeri, biasanya akan mempunyai efek terhadap aktivitas sehari-hari yang ia jalankan. Dalam hal ini perawat perlu menanyakan hal sebagai berikut:
1)      Bagaimana kemampuan klien dalam berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari, apakah bisa dijalankan secara mandiri atau perlu bantuan?
2)      Bagaimana kemampuan klien dalam melakukan higiene normal (seperti mandi, berpakaian, mencuci rambut, dsb)?
3)      Bagaimana kemampuan untuk mempertahankan hubungan seksual yang normal?
4)      Bagaimana kemampuan individu dalam melakukan pekerjaan?
7.      Persepsi terhadap nyeri
Dalam halini perawat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri, bagaimana anggapan klien terhadap masalah yang dihadapinya saat ini, dan bagaimana klien menghubungkan antaranyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan di sekitarnya.
8.      Mekanisme adaptasi terhadap nyeri
Masing-masing individu memiliki cara yang berbeda dalam menyikapi dan beradaptasi dengan nyeri yang ia rasakan. Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara apa saja yang biasa klien pergunakan dalam menurunkan nyeri yang ia alami. Selain itu, perlu ditanyakan bagaimana keefektifan cara tersebut dalam upaya menurunkan nyeri dan apakah cara tersebut digunakan klien saat menjalani perawatan di rumah sakit. Apabila cara tersebut bisa digunakan, perawat bisa memasukkan dalam rencana tindakan keperawatan.

B.     Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu, keuarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial, proses kehidupan (NANDA International, 2007 dalam Potter and Perry, 2009).
Diagnosis keperawatan yang bisa ditegakkan dalam masalah kenyamanan (nyeri) adalah nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamam yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang (Carpenito-Moyet, 2007). Sementara nyeri kronis adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami nyeri yang menetap atau intermiten dan berlangsung lebih dari enam bulan (Carpenito-Moyet, 2007).
Keberadaan nyeri yang dirasakan oleh klien dapat pula mencetuskan berbagai masalah keperawatan yang lain, seperti gangguan pola tidur, defisit perawat diri, ansietas, dan ketidakberdayaan, hambatan mobilitas fisik,dsb. Berikut menerangkan mengenai diagnosis keperawatan NANDA yang relevan dalam kasus nyeri.

Diagnosis Keperawatan NANDA untuk nyeri
1.      Ansietas yang berhubungan dengan nyeri yang hilang
2.      Nyeri, yang berhubungan dengan
a.       Cedera fisik
b.      Penurunan suplai darah ke jaringan
c.       Proses melahirkan normal
3.      Nyeri kronik yang  berhubungan dengan:
a.       Jaringan parut
b.      Kontrol nyeri yang tidak adekuat
4.      Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan nyeri maligna kronik
5.      Ketidakefektifan koping individu, yang berhubungan dengan nyeri kronis
6.      Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri muskuloskeletal, nyeri insisi
7.      Resiko cedera yang berhubungan dengan penurunan resepsi nyeri
8.      Defisit perawatan diri, yang berhubungan dengan nyeri muskuloskeletal
9.      Disfungsi seksual yang berhubungan dengan nyeri artritis panggul
10.  Gangguan pola tidur, yang berhubungan dengan nyeri punggung bagan bawah
(sumber: Potter and Perry, 2006)
Dalam pembahasan ini, penulis tidak membahas mengenai diagnosis diatas, tetapi lebih menekankan pada diagnosis aktual yang ada dalam nyeri, yaitu nyeri akut ataupun nyeri kronis. Berikut ini akan disajikan contoh analisis data dan bagaimana perumusan diagnosis keperawatan yang bisa ditegakkan.

Contoh Analisis Data 1
No.
Kelompok Data
Masalah
Penyebab

Data Subyektif
1.      (P): Klien mengatakan tiga hari yang lalu mengalami kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan luka pada kedua tangan
2.      (Q):Klien mengatakan luka yang terdapat pada tangannya terasa panas, perih seperti tertusuk-tusuk.
3.      (R):Klien mengatakan nyeri dirasakan terletak pada lengan kanan bawah dan telapak tangan kiri
4.      (S): Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada angka 7.
5.      (T): Klien mengatakan nyeri yang dirasakan terus menerus dan bertambah jika digerakkan.
6.      Klien mengatakan nyeri terasa mereda/ ringan jika daerah di sekitar luka digosok

Data Objektif
1.      Tekanan darah 140/80 mmHg
2.      Respirasi 24 kali per menit
3.      Suhu 37 derajat Celsius
4.      Nadi 88 kali per menit
5.      Klien terlihat menangissakit terutama saat dilakukan rawat luka
6.      Ekspresi wajah pucat
7.      Terdapat luka robek panjang +/- 15 cm, lebar 4 cm, dalam 2 cm pada lengan kanan dan luka abrasi pada telapak tangan kiri.
nyeri akut


Dari analisis data di atas maka diagnosis keperawatannya adalah nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jaringan

Contoh Analisis Data 2

no
Kelompok Data
Masalah
Penyebab

Data Subjektif
1)      (P): Klien mengatakan sudah kurang lebih setahun belakangan ini perutnya terasa nyeri
2)      (Q): Klien menngatakan nyeri yang dirasakan bersifat hilang timbul
3)      (R): Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada perut kanan atas
4)      (S): Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada angka 4
5)      (T): Klien mengatakan nyeri yang dirasakan tidak menentu (kadang hilang dan timbul)

Data Objektif
Tekanan darah 110/80 mmHg
Respirasi: 24 kali per menit
Suhu 36 derajat celsius
Nadi 80 kali per menit
Ekspresi wajah pucat
Klien terlihat lemah dan lelah
Palpasi pada perut menujukkan pembesaran dan tegang

Nyeri kronis
Invasi jaringan akibat kanker abdomen


Dari analisis data di atas, diagnosis keperawatan adalah nyeri kronis yang berhubungan dengan invasi jaringan akibat kanker abdomen.

C.     Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan. Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan kriteria/hasil yang diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi keperawatan. Dari pernyataan tersebut diketahui dalam membuat perencanaan perlu mempertibangkan
1.      Tujuan
2.      Kriteria yang diperkirakan/ diharapkan
3.      Intervensi keperawatan

Contoh Perencanaan untuk diagnosis nyeri akut dan nyeri kronis
NO
Diagnosis Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
1
Nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jaringan
Tujuan: pain leevel, pain control,comfort level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
1)      Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2)      Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3)      Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4)      Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5)      Tanda vital dalam rentang normal
6)      Tidak mengalami gangguan tidur
1)      Kaji karakteristik nyeri (awitan, durasi, lokasi, keparahan)
2)      Kaji faktor-faktor yang meningkatkan dan meringankan nyeri
3)      Kaji pengalaman nyeri klien
4)      Kaji tindakan penanganan yang diupayakan untuk menurunkan nyeri
5)      Kaji respon fisiologis dan perilaku klien terhadap nyeri
6)      Kaji tanda-tanda vital (Tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu)
7)      Berikan informasi yang akurat mengenai nyeri klien (penyebab, penanganan, dsb)
8)      Ajarkan tindakan pereda nyeri noninvasif (misal: stimulus kutaneus, kompres hangat, kompres dingin, masase kutaneus, disraksi, relaksasi, dsb)
9)      Motivasi keluarga untuk tiap memberikan support atas nyeri yang dialami klien
10)  Kolaborasi dalam pemberian analgetik
2
Nyeri kronis yang berhubungan dengan innvasi jaringan akibat kanker abdomen
Tujuan: pain level, pain control, comfot level

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …..
Nyeri kronis pasiien berkurang dengan kriteria hasil:
1)      Tidak ada gangguan tidur
2)      Tidak ada gangguan konsentrasi
3)      Tidak ada gangguan berhubungan interpersonal
4)      Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan secara verbal
5)      Tidak ada tegangan otot

1)      Kaji pengalaman nyeri dan bagaimana intensitas nyeri klien
2)      Kaji faktor yang menyebabkan terjadinya nyeri
3)      Kaji efek nyeri kronis terhadap kehidupan klien
4)      Kaj tindakan penanganan yang telah diupayakan untuk menurunkan nyeri
5)      Kaji respon fisiologis dan perilaku klien terhadap nyeri
6)      Kaji tanda vital (Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Suhu)
7)      Diskusikan penderitaan yang diakibatkan karena nyeri berkepanjangan
8)      Ajarkan tindakan pereda nyeri noninvasif (misal: stimulasi kuaneus, kompres hangat, kompres dingin, masase kutaneus, distraksi, relaksasi, dsb.)
9)      Motivasi keluarga untuk tetap memberikan support atas nyeri yang dialami klien
10)  Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Sumber: dari berbagai sumber yang dimodifikasi oleh penulis

D.    Pelaksanaan/ Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter and Perry, 2005). Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi adalah melakukan atau menyelesaikan suatu tindakan yang sudah direncanakan pada tahapan sebelumnya.
Terdapat berbagai tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Implementasi lebih ditujukan pada
1.      Upaya perawatan dalam meningkatkan kenyamanan
2.      Upaya pemberian informasi yang akurat
3.      Upaya mempertahankan kesejahteraan
4.      Upaya tindakan pereda nyeri nonfarmakologis
5.      Pemberian terapi nyeri farmakologis

E.     Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Potter and Perry, 2006). Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespons rangsangan nyeri, di antaranya:
1.      Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri
2.      Mendapatkan pemahaman yang akurat mengenai nyeri
3.      Mampu mempertahankan kesejahteraan dan meningkatkan kemampuan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki
4.      Mampu menggunakan tindakan peredaan nyeri nonfarmakologis
5.      Mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.

No comments:

Post a Comment