Konsep Sehat-Sakit
(Sumber/ source: Ryadi, Slamet.2011.Dasar-Dasar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Salemba Medika.)
(Rewritten by/ Diketik kembali oleh: Dimas Erda Widyamarta.2014. silahkan mengikuti di dalam blog/ please follow in the blog: www.ithinkeducation.blogspot.com or/ atau www.ithinkeducation.wordpress.com)
Pada jaman dahulu kita baru mengambil langkah apabila sudah sampai jatuh sakit. Tidak pernah mengupayakan langkah preventif untuk dapat menghindarkan diri agar tidak sakit. Jelasnya, pada jaman dahulu untuk menangani kesehatan berlaku konsep sakit, bukan konsep sehat.
Pada konsep sehat justru sebaliknya, sekalipun kita tidak berada dalam kondisi sakit, tetap masalah kesehatan diupayakan makin prima. Sebagai contoh adalah pemeriksaan gigi berkala, general check up setiap tahun, pemeriksaan pap-semar pada wanita yagn sudah berumur lebih dari 40 tahun. Semuanya merupakan upaya yang tidak perlu menunggu sampai ktia berada dalam kondisisakit, tetapi justru mengupayakan agar tidak jatuh sakit atau andaikata jatuh sakit masih dapat dilakukan upaya dini untuk menghindari komplikasi yang dapat jauh merugikan.
Perkembangan konsep sakit (dahulu) kea rah konsep sehat (yang dianut sekarang) berjalan dengan perkembangan waktu di mana perubahan budaya sepanjang ini secara timbal balik ikut mengubah dan meningkatkan kemampuan teknologi. Adanya perubahan budaya dan peningkatan teknologi timbale balik juga mengubah cara pandang masyarakat ke ara lebih maju. Timbulnya perubahan cara pandang yang lebih maju selanjutnya juga mengubah system nilai masyarakat kea rah lebih maju dan modern pula. Semua ini ikut berdampak pula antara lain terhadap nilai kesehatan, yaitu akan menganut konsep sehat dan meninggalkan konsep sakit.
Faktor Risiko
Banyak factor yang dapat ikut memengaruhi timbulnya suatu penyakit. Factor tersebut dikenal dengan istilah factor risiko (Risk factors). Factor risiko adalah factor yang sesungguhnya ikut memengaruhi timnbulnya suatu penyakit namun bukan menjadi penyebabnya. Factor risiko tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Predisposising factor. Yaitu factor yang menyebabkan kondisi makin peka (susceptibility) terhadap kesempatan timbulnya penyakit (misalnya umur seks, ras, dan lainnya)
2) Anabiling factor. Yaitu factor yang makin memacu terhadap timbulnya penyakit (misalnya tingkat pendapatan keluarga yang rendah, gizi jelek, perumahan maupun sanitasi yang jelek, pelayanan medis yang tidak terjangkau maupun pelayanan yang tidak adekuat.
3) Precipitating factor. Yaitu factor yang merupakan paparan terhadap suatu penyakity ang memang terkait dalam timbulnya penyakit tersebut (misalnya merokok terhadap kanker paru, debu asbestos terhadap kanker).
4) Re-enforcement factor. Yaitu factor yang merupakan pengulangan paparan sehingga mempertahankan berlangsungnya penyakit.
Antara konsep sakit dan konsep sehat terdapat perbedaan karakteristik yang jauh berlawanan sebagaimana dapat dikemukakan di bawah ini.
Dengan adanya aliran konsep sehat yang menjadi acuan hari ini, maka konsep epidemologi timbale balik juga, yaitu tidak saja ditujukan pada sasaran penyakit tetapi juga pada fenomena kesehatan non penyakit lainnya.
Demikian pula untuk penyakit tidak saja ditujukan pada penyakit menular namun juga pada kasus non penyakit menular.
(Sumber/ source: Ryadi, Slamet.2011.Dasar-Dasar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Salemba Medika.)
(Rewritten by/ Diketik kembali oleh: Dimas Erda Widyamarta.2014. silahkan mengikuti di dalam blog/ please follow in the blog: www.ithinkeducation.blogspot.com or/ atau www.ithinkeducation.wordpress.com)
Pada jaman dahulu kita baru mengambil langkah apabila sudah sampai jatuh sakit. Tidak pernah mengupayakan langkah preventif untuk dapat menghindarkan diri agar tidak sakit. Jelasnya, pada jaman dahulu untuk menangani kesehatan berlaku konsep sakit, bukan konsep sehat.
Pada konsep sehat justru sebaliknya, sekalipun kita tidak berada dalam kondisi sakit, tetap masalah kesehatan diupayakan makin prima. Sebagai contoh adalah pemeriksaan gigi berkala, general check up setiap tahun, pemeriksaan pap-semar pada wanita yagn sudah berumur lebih dari 40 tahun. Semuanya merupakan upaya yang tidak perlu menunggu sampai ktia berada dalam kondisisakit, tetapi justru mengupayakan agar tidak jatuh sakit atau andaikata jatuh sakit masih dapat dilakukan upaya dini untuk menghindari komplikasi yang dapat jauh merugikan.
Perkembangan konsep sakit (dahulu) kea rah konsep sehat (yang dianut sekarang) berjalan dengan perkembangan waktu di mana perubahan budaya sepanjang ini secara timbal balik ikut mengubah dan meningkatkan kemampuan teknologi. Adanya perubahan budaya dan peningkatan teknologi timbale balik juga mengubah cara pandang masyarakat ke ara lebih maju. Timbulnya perubahan cara pandang yang lebih maju selanjutnya juga mengubah system nilai masyarakat kea rah lebih maju dan modern pula. Semua ini ikut berdampak pula antara lain terhadap nilai kesehatan, yaitu akan menganut konsep sehat dan meninggalkan konsep sakit.
Faktor Risiko
Banyak factor yang dapat ikut memengaruhi timbulnya suatu penyakit. Factor tersebut dikenal dengan istilah factor risiko (Risk factors). Factor risiko adalah factor yang sesungguhnya ikut memengaruhi timnbulnya suatu penyakit namun bukan menjadi penyebabnya. Factor risiko tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Predisposising factor. Yaitu factor yang menyebabkan kondisi makin peka (susceptibility) terhadap kesempatan timbulnya penyakit (misalnya umur seks, ras, dan lainnya)
2) Anabiling factor. Yaitu factor yang makin memacu terhadap timbulnya penyakit (misalnya tingkat pendapatan keluarga yang rendah, gizi jelek, perumahan maupun sanitasi yang jelek, pelayanan medis yang tidak terjangkau maupun pelayanan yang tidak adekuat.
3) Precipitating factor. Yaitu factor yang merupakan paparan terhadap suatu penyakity ang memang terkait dalam timbulnya penyakit tersebut (misalnya merokok terhadap kanker paru, debu asbestos terhadap kanker).
4) Re-enforcement factor. Yaitu factor yang merupakan pengulangan paparan sehingga mempertahankan berlangsungnya penyakit.
Antara konsep sakit dan konsep sehat terdapat perbedaan karakteristik yang jauh berlawanan sebagaimana dapat dikemukakan di bawah ini.
Konsep Sakit | Konsep Sehat |
1) Orientasi pelayanan adalah simple medical oriented | 1) Orientasi pelayanan bersifat comprehensive public health oriented |
2) Baru melakukan tindakan kalau sudah jatuh sakit | Melakukan berbagai upaya yang bersifat peningkatan selagi belum jatu hsakit (promotive) |
3) Sifat pelayanan adalah pendekatan kuratif atau klinis | Sifat pekayanan lebih menekankan pada upaya preventif dan promotif |
4) Strategi pelayanan menekankan pada pelayanan rumah sakit, baik rawat jalan maupun rawat inap | Strategi pelayanan lebih di luar rumah sakit, yaitu melalui comprehensive public health, dengan pendekatan ekologi dan epidemiologi |
Dengan adanya aliran konsep sehat yang menjadi acuan hari ini, maka konsep epidemologi timbale balik juga, yaitu tidak saja ditujukan pada sasaran penyakit tetapi juga pada fenomena kesehatan non penyakit lainnya.
Demikian pula untuk penyakit tidak saja ditujukan pada penyakit menular namun juga pada kasus non penyakit menular.
No comments:
Post a Comment