Friday, July 10, 2020

Penyalahgunaan Obat di dalam Farmakologi

Penyalahgunaan Obat
(Sumber/ source: Anonim.Buku Ajar Penggunaan Obat Dalam Keperawatan Prodi S1 Keperawatan.Surabaya:Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara.)
(Rewritten by/ Diketik kembali oleh: Dimas Erda Widyamarta.2014. silahkan mengikuti di dalam blog/ please follow in the blog: www.ithinkeducation.blogspot.com or/ atau www.ithinkeducation.wordpress.com)
I).            Penggunasalahan:
Konsep yang perlu dibahas:
1)      Adiksi obat adalah fenomena yang kompleks menyangkut factor social, kepribadian dan farmakologis, dan sebagai satu penyakit atau hasil dari penyakit.
2)      Perubahan-perubahan jaringan terjadi bila tubuh berada secara berulang pada adiksi obat. Tubuh berfungsi normal hanya bila minum obat tersebut, dan terjadi sindroma with drawal bila obat dihentikan mendadak.
3)      Tingkat toleransi meningkat pada analgetik narkotik.
4)      Pengobatan adiksi narkotik seharusnya dicoba hanya bila kondisi fisik, mental dan rehabilitasi berada pada keadaan adekuat.

II).            Penyalahgunaan dan Penggunasalahan\
  1. Pengertian
Penyalahgunaan obat diartikan dari drug abuse sedangkan penggunasalahan obat beranjak dari misuse.
Batasan drug abuse adalah penggunaan obat secara berlebihan yang terus menerus ataupun kadang yang tidak sesuai atua tidak ada hubungannya dengan cara pengobatan yang lazim.
Misuse dimaksudkan bahwa penggunaan obat yang salah, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Adiksi atau ketagihan adalah kondisi intoksikasi periodic atau kronik yang dihasilkan oleh pemakaian atau konsumsi obat secara ulang. Berdasarkan ciri adiksi, menunjukkan keinginan atau hasrat demikian kuatnya sehingga melebihi kebutuhan akan makan dan minum, tidur dan lainnya serta membuatnya bertindakan asocial di luar norma yang lazim).

  1. Habitusi atau kebiasaan jelek adalah suatu keadaan hasil dari pemakaian obat secara ulang. Drug

  1. dependence atau ketergantungan. Definisi baru mengenal 2 tipe ketergantungan.
Ketergantungan adalah keadaan abnormal, yang timbul oleh karena penggunaan obat atau non obat juga secara periodic atau berlanjut.
1)      Ketergantungan secara psikis, semula dikenal dengan habituasi, sebagai ciri umum dari semua tipe drug abuse. Cocaine, marihuana, bromides, bahan-bahan hallucinogens.
2)      Ketergantungan secara fisik adalah suatu keadaan adaptasi dengan manifestasi gangguan fisiologis (abstinence syndrome) bila obat tersebut dihentikan mendadak.
a)      Ketergantungan tipe Morphin: iritabilitas SSP dan hyperfungsi autonom.
b)      Ketergantungan tipe Barbiturat: ansietas, tremor, convulsi, delirium, dapat terjadi pada Barbiturat, ethanol, chloral hydrate, paraldehyde, glutheimide, meprobamate.
3)      Factor penyebab ketergantungan: kelainan kepribadian, terdapat penunjang terjadinya ketergantungan.
Urutan terjadinya adiksi: narkotika=> sense of well being=> psychic craving=> psyhic dependence *habituasi=> physical craving *tolerance=> physical depandance=> addiction.
4)      Kapan muali dan kapan ketagihan
Kebanyakan ketagihan dimulai dengan (eksperimen) penggunaan obat. Narkotika untuk keperluan mengatasi rasa nyeri (analgetik), namun keadaan tersebut lebih dirasakan mendapat kenyamanan/ kenikmatan-sense of well being. Selanjutnya kenyamanan yang diperoleh, menjadi dorongan yang kuat sebagai kebutuhan psychis untuk menggunakan obat yang dikenal sebagai psychic carving. Perkembangan selanjutnya penggunaan obat tersebut meningkat menjadi dorongan kebutuhan yang kuat secara fisik, yang dikenal sebagai phsycal carving, kemudian penggunaan obat “jatuh” ke dalam keadaan ketergantungan secara psychis dependence dan akhirnya pengguna obat menjadi benar-benar mengalami ketergantungan fisik yaitu phsycal dependence dan keadaan ini telah terjadi ketagihan addiction.
Pada penggunaan obat yang telah menjadi adiks, dan obat dihentikan secara mendadak, penderita masuk pada suatu keadaan:
Sindroma abstinentia→ drowsiness yang abnormal→ gelisah menguap, berkeringat/ lakrimasi→ kegelisahan meningkat secara progresif→ kejang otot tak terkontrol→ tidak mau makan *muntah *diare→ nyeri otot pingsan serta tungkai→ tidak dapat teratur→ suhu+ tensi naik serta detak jantung meningkat→ hiperventilasi.
Sindroma abstinensia akan timbul bila pada narkotik diberikan antidotenya (nalorphine). Gejalanya: malaise dan kelemahan Nampak pada 6-12 jam setelah dosis terakhir. Setelah 12 jam, menguap (yawning), lacrimasi, rhinorrhea dan terjadi berkeringat dan penderita mungkin jatuh tertidur- gelisah. Setelah 24 jam, penderita menjadi kegelisahan yang meningkat, kelihatan twitching dan merasa sebentar panas- sebentar dingin, menggigil, terasa nyeri punggung dan kaki, fever, respirasi yang cepat dan dalam. Tensi meningkat dan dilatasi pupil. Puncaknya dicapai sekitar 48 jam, penderita merasa mual sampai muntah juga diare, makan dan minum sedikit sekali serta dengan cepat Berat badan menurun. Mereka berada posisi fatal dan menutup dirinya dengan selimuttebal dan panas. Pada 72 jam, symptom mulai menjadi surut dan tidak Nampak pada hari kelima sampai kesepuluh, dan pasien mungkin tetap mengeluh insomnia, kelemahan, gelisah dan nyeri otot untuk beberapa minggu.
5)      Tindakan Penanggulangan
a)      Penanganan terpadu medis+polisi+agama
b)      Menyadarkan penderita
c)      Memberi antidotum
i)                    Levallorphan tartrate IV 1mg, terus 0,5 gram *2 kali max 3 mg/ hari
ii)                  Naloxone IV/ IM/ SC 0,1-0,4 mg

No comments:

Post a Comment