Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Angina Pektoris
Sumber:
Sudarta, I Wayan.2013.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Cardiovaskuler.Yogyakarta:Goyen
Publishing.
Angina
Pektoris adalah sindroma klinis dimana menjadi ischemic temporer arteria
coronaria menyebabkan ketidakseimbangan oksigen antara suplai dengan kebutuhan.
A.
Ada empat faktor yang mempengaruhi
1.
Kecepatan denyut nadi
2.
Daya konstraksi
3.
Masa otot jantung
4.
Ketegangan dinding ventrikel
B.
Sebab-sebab serangan angina: aktivitas,
stress, makan terlalu kenyang, perubahan iklim
C.
Faktor Risiko
1.
Faktor yang tidak dirubah: usia, jenis
kelamin, riwayat keluarga, ras
2.
Faktor yang dapat dirubah:
a.
Mayor: kolesterol meningkat, tekanan darah
meningkat, merokok, diet
b.
Minor: gaya hidup pasif, stres, tipe
kepribadian
D.
Tanda dan gejala
Kaji riwayat penyakit
1.
Nyeri dada substernal, anterior menyebar ke
rahang leher, bahu dari ekstremitas atas sebelah kiri
2.
Kualitas: ditekan benda berat, terjepit,
terbakar
3.
Durasi: biasanya kurang dari 15 menit
rata-rata 1-3 menit
4.
Faktor pencetus:
a.
Timbul saat bekerja, emosi hasrat seksual,
suhu yang ekstrim
b.
Nyeri berkurang saat istirahat
5.
Wajah berkerut, memegang dada, memijat dengan
tangan kiri, tegangan otot, gelisah
E.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Pemeriksaan Fisik
a.
Inspeksi: menekan daerah yang sakit, wajah
menyeringai
b.
Auskulatasi: bising sistolik selama nyeri
2.
Pemeriksaan penunjang
a.
ECG:
1)
Pasien tenang hasil ECG normal
2)
Saat serangan ST segmen elevasi
3)
Depresi ST tanpa nyeri menunjukkan ischemic
4)
Foto thorax: biasanya normal
5)
Laboratorium:
a)
Colesterol meningkat
b)
PCO2 meningkat
c)
LDH, CPK meningkat
6)
Pacu stres takikardi atrial: perubahan segmen
ST
7)
Pencitraan nuklir: thalium 201: tampak area
ischemic sebagai area pengambilan thalium yang menurun
8)
Multigated imaging (muga): menyevaluasi
penampilan ventrikel
9)
Injeksi ergonovine (Ergotrate): pasien yang
mengalami angina saat istirahat menunjukkan hiperspastik pembuluh coroner.
F.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri berhubungan dengan ischemic miocard,
oclusi arteri coronaria, vasopasme
2.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
angina, Oclusi arteri Coronaria
3.
Tidak toleransi terhadap aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay oksigen dan kebutuhan
oksigen, immobilisasi, nyeri, kelemahan.
4.
Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi,
ancaman terhadap konsep diri, diagnosa penyakit, ancaman kematian
G.
Rencana Intervensi
1.
Intervensi mandiri:
a.
Anjurkan pasien untuk melaporkan dengan cepat
bila timbul nyeri
b.
Identifikasi terjadi faktor pencetus,
frekuensi, durasinya dan lokasi nyeri
c.
Observasi gejala yang berhubungan seperti
sesak nafas, mual/ muntah
d.
Tinggikan tempat tidur bila pasien nafas
pendek
e.
Pantau vital sign tiap 5 menit selama
serangan
f.
Pertahankan lingkungan terang dan nyaman,
batas pengunjung
g.
Berikan periode istirahat adekuat, bantu
dalam melakukan aktivitas sesuai indikasi.
h.
Tekanan pentingnya menghindari regangan
selama defikasi
i.
Jelaskan tujuan test dan prosedur perawatan
j.
Tingkat ekspresi perasaan takut, catat
pernyataan problem bila ada
k.
Dorongan orang terdekat/ keluarga menggap
pasien seperti sebelumnya.
l.
Beritahu pasien tentang program medis yang
telah dibuat.
2.
Manajemen kolaboratif
a.
Berikan anti angina sesuai indikasi
1)
Nitrogliserin sublingual
2)
Beta bloker
3)
Analgetik
4)
Morfin sulfat
5)
Sedatif, tranqualizer sesuai indikasi
b.
Berikan oksigen sesuai indikasi
c.
Pantau perubahan seri ECG
d.
Siapkan untuk pindah unit perawatan kritis
bila diindikasikan
e.
Siapkan untuk intervensi pembedahan seperti
PTCA atau CABS
H.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
1.
Menyatakan nyeri berkurang/ hilang
2.
Melaporkan episode angina menurun
durasi,frekuensi dan beratnya
3.
Berpartisipasi pada kegiatan yang menurunkan
kerja jantung
4.
Melaporkan kecemasan menurun, sampai tingkat
yang dapat diatasi
5.
Menunjukkan strategi coping efektif
6.
Menyatakan masalah tentang efek penyakit pada
pola hidup, posisi dalam masyarakat.
No comments:
Post a Comment