A.
MORFOLOGI
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi
satuan-satuan dasarbahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan
dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk
kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik
Kata Morfologi berasal dari kata
morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang
digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu.
Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul
diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur
pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan,
yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk
kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan
perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi.
Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah
morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.Itulah sebabnya,
dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata
(struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna
(arti) dan kelas kata.
1). Klasifikasi
Morfem
a. Morfem Bebas
Menurut Santoso
(2004), morfem
bebas adalah
morfem yang
mempunyai potensi untuk berdiri
sendiri sebagai kata dan
dapat langsung
membentuk kalimat. Dengan demikian,
morfem
bebas merupakan
morfem
yang diucapkan tersendiri, seperti:gelas,meja,pergi
dan
sebagainya.Morfem bebas sudah
termasu kkata.
Tetapi ingat, konsep kata tidak hanya
morfem
bebas,kata
juga meliputi semua
bentuk gabungan antara
morfem terikat dengan
morfem
bebas, morfem
dasar dengan morfem
dasar.Jadi dapat dikatakan bahwa
morfem
bebas itu kata dasar.
b. MorfemTerikat
Morfem terikat merupakan
morfem yang belum
mengandung arti,maka morfem ini
belum
mempunyai
potensi
sebagai kata. Untuk membentuk kata, morfem ini
harus digabung
dengan morfem bebas
.
Contoh Morfem
Bebas dan Morfem Terikat :
Morfem Bebas: Morfem
Terikat:
Untuk Kelestarianà morfem bebas :
lestari
Lingkungan morfem
terikat: ke--an
Yang Diperlukanà morfem bebas
: perlu
Maksimal morfem
terikat: di--an
Dan Perawatanà morfem bebas : rawat
Kerjasama morfem
terikat: pe--an
Dalam Penghijauanàmorfem bebas:
hijau
Bersih morfem
terikat: peng--an
Sehat Menciptakanàmorfem bebas:
cipta
Asri morfem
terikat: men—kan
c.
Morf
Morf adalah nama untuk sebuah bentuk
yang belum diketahui statusnya (misal: {i} padakenai).
Menurut Bauer (1987 13:17) fonetis (atau ortografis) yang
merelisasikan morfem dapat dipilah-pilah, maka bagian-bagian itu
diistilahkan morf.
Samsuri mendefinosikan bahwa morf
adalah suatu bentuk (bahasa) yang mempunyai pengertian.
d.
Alomorf
Alomorf
adalah konsep dasar ketiga yang diperlukan untuk analisis morfologis
Alomorf
adalah anggota dari himpunan morf yag mewakili morfem khusus yang di tentukan
secara fonentis,leksikal,atau geamatikal.konsep formatif adalh konsep yang jauh
lebiih luas dari konsep-konsep lainnya.
e.
Kata
Kata adalah adalah
suatu unit dari suatu bahasa yang
mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem.
Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks.
Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.
B.
BENTUK KATA
Bentuk
kata ialah sesuatu unit tatabahasa, sama ada berbentuk tunggal, misalnya rumah,
atau yang dihasilkan melalui beberapa proses pembentukan kata seperti proses pengimbuhan
(yang menghasilkan, contohnya, perumahan), proses pemajmukan (yang menghasilkan rumah tangga) dan proses penggandaan (contohnya, rumah-rumah).
1.
Kata dasar
Kata dasar adalah kata yang menjadi dasar
bentukan kata yang lebih besar [1]. Dalam bahasa Indonesia,
jual adalah kata dasar dari jualan, sedangkan jualan
selanjutnya dapat menjadi bentuk dasar dari berjualan [1]. Dalam bahasa Inggris,
tie dan untie adalah kata dasar yang masing-masing dapat
membentuk kata
turunan ties dan unties dengan
menambahkan sufiks
–s
2.
Akar Kata
Akar
kata ialah unit leksikal
utama bagi sesuata perkataan. Ia menyampaikan
aspek-aspek kandungan semantik yang paling
penting dan tidak dapat dipecahkan lagi kepada unsur-unsur juzuk yang lebih
kecil. Kata isi
dalam hampir semua bahasa
mengandungi dan boleh terdiri hanya daripada morfem
akar. Bagaimanapun, istilah "kata akar" kekadang juga digunakan untuk
memerikan perkataan tanpa akhiran fleksi,
tetapi dengan akhiran leksikal pada tempatnya. Misalnya, chatters dalam bahasa Inggeris
mempunyai akar fleksi atau lema,
chatter, tetapi akar leksikalnya ialah chat. Akar fleksi sering
digelar kata dasar,
dengan arti kata "akar" yang paling ketat mungkin dapat dianggap
sebagai kata dasar monomorfem.
3.
Proses pembentukan kata dasar
Kata dasar disusun menjadi
kata bentukan melalui tiga macam proses
pembentukan,
yaitu: (1) afiksasi atau pengimbuhan; (2) reduplikasi atau pengulangan; (3)
ajemukan. Kita juga sudah mengenal adanya imbuhan atau afiks yang meliputi
prefiks atau awalan, sufiks atau akhiran, dan infiks atau sisipan. Infiks
sebenarnya tidak begitu penting dalam bahasa Indonesia, tetapi dalam pembentukkan
istilah infiks-in yang berasal dari Jawa sering juga dipakai.
Menurut
FPBS (1994 :19), pembentukan kata dengan menggunakan awalan
dan akhiran
dalam bahasa Indonesia sudah banyak dikenal oleh para mahasiswa.
Namun
demikian sering juga kita jumpai kata-kata yang bentuknya tidak tepat atau
salah.
Perhatikan
contoh pemakaian kata bercetak miring pada teks berikut! Pergaulan hidup
yang berdeferensiasi berarti pergaulan hidup terbagi atas sektor-sektor
dimana tiap khusus tertuju pada pelaksanaan salah satu fungsi yang telah
disebut itu. Kata berdeferensiasi dalam kalimat tersebut digunakan
secara salah. Kata yang lebh sesuai adalah berbeda-beda karena kata
deferensiasi bukanlah anggota kosa kata baku bahasa Indonesia walaupun maknanya
sama dengan kata berbeda-beda.
C.
KATA BERIMBUHAN
Kata Berimbuhan adalah kata dasar
yang mendapat imbuhan (awalan, akhiran, awalan dan akhiran).
1.
Jenis-jenis Afiks / Imbuhan Bahasa Indonesia
Ada 6 jenis Afiks dalam bahasa Indonesia, jenisnya
antaralain:
* Perfiks ( ber-, me-, per-, di-, ter-, se-, ke- )
* Infiks ( -el-, -em-, -er-, -in- )
* Konfiks ( ke-an, ber-an, pe-an, per-an, se-nya)
* Klofiks ( me-kan, memper-kan, me-i, memper-, di-kan, di-i )
* Sufiks ( -an, -kan, -i )
* Simulfiks ( nasal : m, n, ny, ng)
* Perfiks ( ber-, me-, per-, di-, ter-, se-, ke- )
* Infiks ( -el-, -em-, -er-, -in- )
* Konfiks ( ke-an, ber-an, pe-an, per-an, se-nya)
* Klofiks ( me-kan, memper-kan, me-i, memper-, di-kan, di-i )
* Sufiks ( -an, -kan, -i )
* Simulfiks ( nasal : m, n, ny, ng)
2.
Imbuhan Asing
Selain imbuhan yang berasal dari B.Indonesia sendiri (-kan, me-, di-, dan lain-lain), kita juga mengenal imbuhan asing. Imbuhan asing ini sudah diserap dan disesuaikan dengan ejaan yang baku, EYD.
Imbuhan yang berasal dari asing itu adalah:
a. Berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu: -man, -wan, -wati.
b. Berasal dari bahasa Arab, yaitu: -i, -wi, -iah.
c. Berasal dari bahasa Inggris, yaitu: -is, -isme, -istis, -isasi.
Contoh kata-kata berimbuhan asing tersebut adalah:
- seniman (asal kata: seni) Arti: orang yang bergelut di bidang seni
- hartawan (asal kata: harta) Arti: orang yang banyak harta
- wartawati (asal kata: warta) Arti: orang yang mencari warta (berita)
- insani (asal kata: insan) Arti: bersifat insan (secara insan)
- duniawi (asal kata: dunia) Arti: bersifat dunia (secara dunia)
- lahiriah (asal kata: lahir) Arti: bersifat lahir (secara lahir)
- praktis (asal kata: praktik) Arti: bersifat praktik (mudah digunakan)
- komunisme (asal kata: komunis) Arti: paham komunis
- materialistis (asal kata: material) Arti: bersifat kebendaan
- spesialisasi (asal kata: spesial) Arti: bersifat spesial (khusus)
Bagaimana penggunaannya dalam kalimat? Wah, kalian tentu bisa menggunakannya!
Lalu, jika ada masalah dengan kata kameraman, apakah betul?
Jawabnya, salah. Kameraman tersebut berasal dari kata bahasa Inggris 'cameraman' dan kita tidak mengenal imbuhan asing -man dari bahasa Inggris.
Jadi, yang benar adalah kamerawan.
3.
Proses Pembubuhan Kata
1.
Pembubuhan depan dengan
morfem terikat depan dilihat/dicatat dalam bahasa Indonesia seperti: per-, di-,
ke-, me-, dan sebagainya. Dalam bahasa Inggris dapat dicatat seperti: re-,de-,
un-, dan sebagainya.
2.
Pembubuhan tengah dengan
morfem terikat tengah dapat dilihat/dicatat dalam bahasa Indonesia seperti :
-er-, -em-, dan –el-. Dalam bahasa Inggris proses pembubuhan tengah tidak ada.
3.
Pembubuhan akhir dengan
morfem terikat akhir dapat
dilihat/dicatat dalam bahasa Indonesia seperti : -kan, -i, -an, -wan, dan
sebagainya. Dalam bahasa Inggris dapat dicatat seperti –ish, -s, er-, -ly,
-ful, -th, dan sebagainya.
4.
Pembubuhan terbagi dengan
morfem terikat terbagi dapat dilihat/dicatat dalam bahasa Indonesia seperti : ke-an,
per-an, ke-i (ketahui), ber-an, dan
sebagainya.
D.
KATA ULANG
Kata ulang
adalah kata yang terjadi karena proses reduplikasi atau pengulangan kata.
1.
Macam-macam Kata Ulang
Kata yang terbentuk dari hasil proses pengulangan
dikenal dengan nama kata ulang. Chaer (2006:286) membagi kata ulang berdasarkan
hasil pengulangannya, yaitu :
(1)
Kata ulang utuh atau murni
Kata ulang
utuh atau murni merupakan kata ulang yang bagian perulangannya sama dengan kata
dasar yang diulangnya. Dengan kata lain, kata ulang utuh atau murni terjadi
apabila sebuah bentuk dasar mengalami pengulangan seutuhnya. Misalnya pada kata
rumah-rumah, pohon-pohon, pencuri-pencuri dan anak-anak.
(2) Kata ulang berubah bunyi
Kata ulang berubah bunyi merupakan kata ulang yang bagian perulangannya
mengalami perubahan bunyi, baik itu perubahan bunyi vokal maupun bunyi
konsonan. Kata ulang jenis ini terjadi apabila ada pengulangan
pada seluruh bentuk dasar, namun terjadi perubahan bunyi. Kata ulang berubah
bunyi yang mengalami perubahan bunyi vokal misalnya pada kata bolak-balik,
gerak-gerik, dan kelap-kelip. Sedangkan kata ulang berubah bunyi yang
mengalami perubahan bunyi konsonan misalnya pada kata sayur-mayur,
lauk-pauk, gerak gerik, kelap kelip dan ramah tamah.
(3)
Kata ulang sebagian
Kata ulang
sebagian merupakan pengulangan yang dilakukan atas suku kata pertama dari
sebuah kata. Dalam pengulangan jenis ini, vokal suku kata pertama diganti
dengan vokal e pepet. Kata-kata yang mengalami pengulangan sebagian antara lain
lelaki, leluhur, pepohonan dan tetangga.
(4)
Kata ulang berimbuhan
Kata ulang
berimbuhan merupakan bentuk pengulangan yang disertai dengan pemberian imbuhan.
Chaer (2006:287) membagi kata ulang berimbuhan berdasarkan proses
pembentukannya menjadi tiga, yaitu (1) sebuah kata dasar mula-mula diberi
imbuhan kemudian baru diulang, umpamanya kata aturan-aturan; (2) Sebuah
kata dasar mula-mula diulang kemudian baru diberi imbuhan, misalnya kata lari
yang mula-mula diulang sehingga menjadi lari-lari kemudian diberi
awalan ber- sehingga menjadi berlari-lari; (3) sebuah kata
diulang sekaligus diberi imbuhan, umpamanya kata meter yang sekaligus
diulang dan diberi awalan ber- sehingga menjadi bentuk bermeter-meter.
2. Arti-arti kata ulang
kata dasar
atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian.
Kata ulang
yaitu kata dasar yang diulang. Dalam hal ini yang diulang bukan
morfem melainkan kata. contoh : sepeda-sepeda , berasal dari satu kata
sepeda. Sebaliknya, kata kupu-kupu bukanlah kata ulang karena dalam bahasa
Indonesia tiak dikenal kupu. Oleh karena itu, bentuk tersebut bukan merupakan
kata ulang.
3. Proses Pengulangan
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah
pengulangan satu angramatik, baik seluruhnya ataupun sebagiannya, baik dengan
variasi fonem atau tidak. Hasil pengulangan itu disini disebut kata ulang,
sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar rumah. Kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perrumahan. Kata ulang berjalan-jalan
dibentuk dari bentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik.
Setiap kata ulang sudah tentu memiliki
bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia,
alun-alun, mondar-mandir, compang-camping, hura-hura,dalam tinjauan
deskriptif tidak dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada
satuan yang diulang. Dari deretan morfologi dapat ditentukan bahwa sesungguhnya
tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Secara historic atau
komparatif, mungkin kata-kata itu dapat dimasukkan kedalam golongan kata ulang,
tetapi uraian kami disini tidak berdasarkan tinjauan historic maupun
komparatif. Dari deretan morfologik, akan, ternyata, bahwa, sia, alun, mondar, atau mandir, compang atau
camping, huru atau hara bukan satuan gramatik, berbeda dengan temu. Sekali pun satuan ini tidak pernah
bertemu dalam bentuk temu saja, namun
dari deretan morfologik dapat dipastikan bahwa satuan itu ada.
Deretan
morfologiknya :
Pertemuan
Penemuan
Bertemu
Ketemu
Ditemukan
Menemukan
Mempertemukan
Dipertemukan
Temuduga
Temu
E. KATA MAJEMUK
Kata majemuk
adalah kata yang terbentuk dari dua kata yang
berhubungan secara padu dan hasil penggabungan itu menimbulkan makna baru.
1. Sifat-sifat Kata Majemuk
Sifat kata majemuk
1. kata majemuk eksosentris, ialah kata majemuk yang antarunsurnya tidak saling menerangkan. Contoh: laki bini, tua muda, tikar bantal, dan sebagainya.
2. kata majemuk endosentris, ialah kata majemuk yang salah satu unsurnya menjadi inti sedang unsur lain menerangkannya. Contoh: rumah sakit, panjang tangan, sapu tangan, dan sebagainya.
1. kata majemuk eksosentris, ialah kata majemuk yang antarunsurnya tidak saling menerangkan. Contoh: laki bini, tua muda, tikar bantal, dan sebagainya.
2. kata majemuk endosentris, ialah kata majemuk yang salah satu unsurnya menjadi inti sedang unsur lain menerangkannya. Contoh: rumah sakit, panjang tangan, sapu tangan, dan sebagainya.
2. Ciri-ciri Kata Majemuk
Kata majemuk mempunyai ciri-ciri:
1. gabungan kata itu menimbulkan makna baru
2. gabungan kata itu tidak dapat dipisahkan
3. gabungan kata itu tidak dapat disisipi unsur lain
4. tidak dapat diganti salah satu unsurnya
5. tidak dapat dipertukarkan letak unsur-unsurnya.
1. gabungan kata itu menimbulkan makna baru
2. gabungan kata itu tidak dapat dipisahkan
3. gabungan kata itu tidak dapat disisipi unsur lain
4. tidak dapat diganti salah satu unsurnya
5. tidak dapat dipertukarkan letak unsur-unsurnya.
3. Macam-macam Kata Majemuk
1. Menurut Samsuri
a. Kata
majemuk endosentrik,yaitu kata
majemuk yang mempunyai inti dari gabungan kedua kata tersebut. Contoh: saputangan,
orangtua, matahari, dan lain-lain, dimana sapu, orang,
dan mata merupakanunsur intinya.
b. Kata
majemuk eksosentrik, yaitu kata
majemuk yang tidak mengandung satu unsur inti dari gabungan itu. Dengan kata
lain kedua-duanya merupakan inti. Contoh: tua muda, hancur lebur, kaki
tangan, dan lain-lain.
2. Menurut Harimurti
a. Kata
majemuk asintaksis, yaitu kompositum yang bagian-bagiannya mempunyai hubungan
yang lain seandainya dipakai kata yang bebas.
b. Kata
majemuk sintaksis, yaitu kompositum yang anggotanya mempunyai hubungan yang
sama dengan konstruksi yang berupa frase.
c. Kata
majemuk iteratif, yaitu kompositum yang terdiri atas unsur-unsur yang sama.
d. Kata majemuk
kopulatif, yaitu kompositum yang terdiri atas konstituen-konstituen yang
sederajat, seolah-olah digabungkan dengan kata dan.
e. Kata
majemuk pangkal, yaitu kompositum yang terdiri dari dua pangkal atau lebih.
f. Kata
majemuk sintesis, yaitu kompositum yang sama atau salah satu unsurnya berupa
bentuk terikat.
4. Proses Pemajemukan
Komposisi
Komposisi ialah proses pembentukan kata majemuk atau
kompositum. Kata majemuk ialah gabungan kata yang telah bersenyawa atau
membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti baru, contoh: kamar mandi,
kereta api, rumah makan, baju tidur.
Gabungan kata yang juga membentuk satu kesatuan,
tetapi tidak menimbulkan makna baru disebut frasa, contoh: sapu ijuk,
meja itu, kepala botak, rambut gondrong, mulut lebar.
Jenis kata majemuk
a.
Kata majemuk setara, yang masing-masing unsurnya berkedudukan sama, contoh: tua
muda, laki bini, tegur sapa, besar kecil, ibu bapak, tipu muslihat dan baik
buruk.
b.
Kata majemuk bertingkat, yaitu yang salah satu unsurnya menjelaskan unsur yang
lain. Jenis kata majemuk itu bersifat endosentris, yakni salah satu unsurnya
dapat mewakili seluruh konstruksi, contoh: kamar mandi, sapu tangan, meja
gambar, dan meja tulis.
F. MORFOFONEM
Morfofonem ialah satuan fonologis yang terjadi dari beberapa fonem, yang
muncul dalam alomorf dari morfem tertentu
1. Proses Penambahan Fonem
Proses penambahan fonem terjadi akibat
pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu
suku. Fonem penambahnya adalah /?/, sehingga meN- berubah menjadi menge- dan
peN- berubah menjadi penge-.
Misalnya: meN- + bom: mengebom
meN- + las: mengelas
meN- + bur: mengebur
peN- + bom: pengebom
peN- + las: pengelas
peN- + bur: pengebur
Misalnya: meN- + bom: mengebom
meN- + las: mengelas
meN- + bur: mengebur
peN- + bom: pengebom
peN- + las: pengelas
peN- + bur: pengebur
2. Proses Perubahan Fonem
Proses perubahan fonem,
misalnya terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk
dasarnya.fonem /m/ pada kedua morfem tersebut berubah menjadi /m, n, ny, ng/
sehingga morfem meN- berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng-
sementara morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, peng-.
Perubahan-perubahan tersebut tergantumg pada kondisi bentuk dasar yang
mengikutinya. Kaidah-kaidah perubahannya dapat berikhtisar sebagai berikut:
a. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p, b, f/.
a. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p, b, f/.
Misalnya: meN- + paksa: memaksa
peN- + periksa: memeriksa
meN- + batik: membatik
peN- + buru: pemburu
meN- + fitnah: memfitnah
peN- + fitnah: pemfitnah
b. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t, d, s/. fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya.
Misalnya: meN- + tulis: menulis
meN- + duga: menduga
maN- + sukseskan: mensukseskan
peN- + tulis: penulis
peN- + datang: pendatang
peN- + support: pensupport
c. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi // apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /s/ dalam penulisannya tidak dihadirkan, tetapi hanya hadir apabila diucapkan.
Misalnya: maN- + sapu: menyapu
peN- + cukur: pencukur
d. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi /y/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k, g, x, h, dan vocal/.
Misalnya: meN- + kacau: mengacau
meN- + gertak: menggertak
meN- + hisap: menhisap
peN- + urus: pengurus
Pada kata mengebom, mengecat, mengelas, juga terdapat proses moefofonemik yang berupa perubahan, yaitu fonem /N/ menjadi /Y/.
3. Proses Penghilangan Fonem
Dalam
proses penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain dimungkinkan
terjadi proses penghilangan fonem. Adapun contoh proses penghilangan fonem
adalah sebagai berikut:
meN- + nikah = menikah
meN-i + nikah = menikahi
meN-kan + nikah = menikahkan
peN- + waris = pewaris
peN-an + waris= pewarisan
ber- + renang = berenang
ber-an + rangkul = berangkulan
per- + rasa = perasa
per-an + rumah = perumahan
memper-kan + rebut =memperebutkan
Berdasarkan
contoh di atas dapat diketahui bahwa akibat bergabungnya morfem dengan bentuk
dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem, yaitu:
a.
Bergabungnya morfem {meN-} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan
fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/,
/m/, /n/, dan /w/, terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem {meN-} tersebut.
b.
Bergabungnya morfem afiks {meN-i} dan {meN-kan} apabila bertemu dengan bentuk
dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/, juga terjadi
penghilangan fonem /N/ pada morfem {meN-i} dan {meN-kan} tersebut.
c.
Bergabungnya morfem {peN-} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan
fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/,
/m/, /n/, dan /w/, terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem {peN-} tersebut.
d.
Bergabungnya morfem afiks {peN-an} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi
penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/, terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem
{peN-an} tersebut.
e.
Bergabungnya morfem {ber-} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan
fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ atau
suku pertama bentuk dasarnya bervokal lemah, terjadi penghilangan fonem /Әr/
pada morfem {ber-} tersebut.
f.
Bergabungnya morfem afiks {ber-an}, {per-}, {per-an}, dan {memper-kan} dengan
bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan
bentuk dasar yang berawal dengan fonem fonem /r/ atau suku pertama bentuk
dasarnya bervokal lemah, terjadi penghilangan fonem /r/ pada morfem {ber-an},
{per-}, {per-an}, dan {memper-kan} tersebut (Sumadi, 2010:144—145).
Ramlan
(1985:87) sendiri menuliskan bahwa tidak hanya bentuk dasar yang berawalan
fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/ saja yang mengalami proses hilangnya fonem.
Bentuk dasar yang berawal fonem /y/ juga dapat hilang jika bertemu dengan
morfem meN- dan peN-. Contohnya:
meN- + nyanyi = menyanyi
meN-kan + yakin = meyakinkan
G. JENIS KATA
a.
KATA BENDA
(NOMINA)
·
Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari
seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kata benda
dapat dibagi menjadi dua: kata benda konkret untuk benda yang dapat dikenal
dengan panca indera (misalnya buku), serta
kata benda abstrak untuk benda yang menyatakan hal yang hanya dapat dikenal
dengan pikiran (misalnya cinta).
·
Selain itu, jenis kata
ini juga dapat dikelompokkan menjadi kata benda khusus atau nama diri (proper noun) dan kata benda umum atau nama jenis (common noun). Kata benda
nama diri adalah kata benda yang mewakili suatu entitas tertentu (misalnya Jakarta
atau Ali), sedangkan kata benda umum adalah sebaliknya, menjelaskan
suatu kelas entitas (misalnya kota atau orang).
b.
KATA KERJA
(VERBA)
Kata kerja ialah golongan kata yang
menjadi inti dalam frasa kerja, sama ada yang berlaku atau dilakukan. Lazimnya
kata kerja menunjukkan sesuatu perbuatan atau keadaan melakukan
sesuatu.Contohnya, berjalan, makan, memakan, dimakan dan sebagainya. Kata kerja
terbahagi kepada, kata kerja transitif (perbuatan melampau) dan kata kerja tak
transitif (perbuatan tidak melampau).
c.
KATA SIFAT
(AKJEKTIVA)
Kata sifat atau adjektiva (bahasa Latin: adjectivum)
adalah kelas kata yang mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya dengan
menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Kata sifat dapat
menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan suatu kata.
Contoh kata sifat antara lain adalah keras, jauh, dan kaya.
d.
KATA KETERANGAN
(ADVERBIA)
Adverbia atau kata
keterangan (Bahasa
Latin: ad, "untuk" dan verbum,
"kata") adalah kelas
kata yang memberikan keterangan kepada kata lain,
seperti verba (kata kerja) dan adjektiva (kata
sifat), yang bukan nomina (kata
benda). Contoh adverbia misalnya sangat, amat, tidak.
e.
KATA DEPAN
(PREPOSISI)
Preposisi atau kata
depan adalah kata yang
merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat dan
biasanya diikuti oleh nomina atau pronomina.
Preposisi bisa berbentuk kata, misalnya di dan untuk, atau
gabungan kata, misalnya bersama atau sampai dengan.
f.
KATA SAMBUNG
(KONJUNGSI)
Kata penghubung disebut juga konjungsi (kata sambung), adalah kata yang
menghubungkan kata dengan kata dalam sebuah kalimat atau menghubungkan kalimat
dengan kalimat dalam sebuah paragraf. Kata penghubung dalam bahasa Indonesia berarti kata tugas yang menghubungkan
dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.[1]
Sedangkan pengertian yang lain dari konjungsi adalah kategori yang
berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan
selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi
g.
KATA SANDANG (ARTIKEL/PARTIKEL)
Artikula atau artikel
atau kata sandang adalah kata yang
tidak memiliki arti tapi menjelaskan nomina (= kata
benda), contohnya adalah si, sang, dan kaum.
Kata sandang bisa digunakan untuk mendampingi kata
benda dasar, nomina yang terbentuk dari verba, pronomina, atau
verba pasif.
h.
KATA BILANGAN
(NUMERALIA)
Numeralia atau kata
bilangan adalah kata yang
menyatakan jumlah benda atau urutannya dalam suatu deretan. Kata bilangan dapat
dibagi menjadi dua jenis: kata bilangan tentu (takrif), misalnya satu, setengah,
ketujuh; serta kata bilangan tak tentu, misalnya beberapa, seluruh,
banyak.
i.
KATA GANTI
Pronomina atau kata
ganti adalah jenis kata yang
menggantikan nomina atau frasa
nomina. Contohnya adalah saya, kapan, -nya, ini.
j.
KATA SERU
(INTERJEKSI)
Kalimat Seru adalah
kalimat yang isinya mengungkapkan kekaguman perasaan. Karena rasa kagum
berhubungan dengan sifat, maka kalimat seru dibentuk dari kalimat statif.
Kalimat seru disebut juga kalima interjektif.
No comments:
Post a Comment