Thursday, July 2, 2020

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Rheumatik Heart Desease (RHD)


Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Rheumatik Heart Desease (RHD)
Sumber: Sudarta, I Wayan.2013.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Cardiovaskuler.Yogyakarta:Goyen Publishing.

Rheumatik Heart Desease adalah sindroma klinik sebagai akibat infeksi streptococcus Beta hemolitikus grup A dengan satu atau lebih gejala mayor. Rheumatik Heart Desease (RHD) ini merupakan: reaksi radang akut, beta hemolitikus streptococus grup A, sering pada infeksi pharink berulang, berisfat asimtomatis, usia anak 5 tahun-15 tahun, proses sampai sekarang belum jelas
Dampak dari HRD: terjadi jaringan parut pada selaput jantung, pada myocardium umumnya reversibel, dapat timbul kelainan katup jantung bila berlangsung kronis, elastitas miocard menrun, menurutnya fungsi jantung, mitral stenosis 40%, mitral insufisiensi 40%, aorta stenosis 40%, aorta insufisiensi 15%.
A.      Faktor Resiko
1.       Sosial  ekonomi lemah
2.       Kebersihan yang kurang
3.       Tempat tinggal yang sempit

B.      Patofisiologi
Infeksi pada saluran pernapasan yang ditimbulkan oleh sejenis kuman, maka antigen yang terdapat dalam kuman tersebut bentuknya bermacam-macam jenis protein yang akan menimbulkan antibodi. Mengandalkan antigen antibodi reaksi akan terbentuk Ag-Ab komplek yang akan terdefosit pada jaringan ikat, terutama jaringan ikat sinovial, endokardium, perikardium pleura seingga menyebabkan reaksi radang granulomatous spesifik (Aschoff bodies), gejala yang ditimbulkan bervariasi.

C.      Gejala klinis umum:
1.       Panas beberapa hari
2.       Batuk, sakit waktu menelan
3.       Anoreksia, sampai muntah
4.       Pharink merah atau hiperemia
5.       Pembesaran kelenjar getah bening
6.       Nyeri sendi beberapa hari sampai beberapa minggu
Tanda dan gejala Rheumatik Heart Desease (RHD) menurut kriteria T. Jones:
a.       2 manifestasi mayor atau
b.      1 manifestasi mayor + 2 minor
Manifestasi mayor: karditis, arthritis, nodul subcutan, eritema marginatum, korea
Manifestasi minor: demam beberapa hari, nyeri beberapa sendi, LED meningkat, ASO meningkat
Swab tenggorokan ditemukan streptococus
Perpanjangan interval P-R

D.      Pemeriksaan Diagnostik
1.       Pemeriksaan fisik
a.       Inspeksi:
1)      Pharynx heperemis
2)      Kelenjar getah bening membesar
3)      Pembekakan sendi
4)      Tonjolan di bawah kulit daerah kapsul sendi
5)      Ada gerakan yang tidak terkoordinasi
b.      Palpasi
1)      Nyeri tekan persendian
2)      Tonjolan keras tidak merasa nyeri dan mudah digerakkan
c.       Auskultasi: murmur sistolik injection dan friction rubs

2.       Pemeriksaan Penunjang
a.       ECG: Perpanjangan interval P-R
b.      Radiologi: thorax foto kardiomegali, foto sendi tidak spesifik
c.       Laboratorium
1)      Hemoglobin: kurang dari normal
2)      LED meningkat
3)      C-Rp positif
4)      ASO positif
5)      Swab tenggorokan: steptococus positif

E.       Penatalaksanaan
1.       Pengobatan
a.       Eradikasi kuman:
1)      Penicilin 600.000-1,2 juta 1 kali
2)      Eritromisin 20 mg/kg/ BB  2 kali selama 10 hari
b.      Antiinflamasi kuman: Salicilat dan steroid dosis sesuai indikasi
2.       Perawatan
a.       Istirahat mutlak selama periode serangan
b.      Jika ada penyakit jantung, posisi semi fowler
c.       Oksigenasi
d.      Diet lunak rendah garam
e.      Kontrol swab tenggorokan secara teratur

F.       Pencegahan
1.       Profilaksis primer: pengobatan adekuat
2.       Profilaksis sekunder
Setelah diagnosa ditegakkan pada hari ke 11, tergantung ada tidaknya kelainan jantung:
a.       Bila tidak ada kelainan jantung profilaksis diberikan sampai 5 tahun terus menerus, minimal usia 18 tahun
b.      Bila ada kelainan jantung sampai usia 25 tahun

No comments:

Post a Comment