Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Rheumatik Heart Desease (RHD)
Sumber:
Sudarta, I Wayan.2013.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Cardiovaskuler.Yogyakarta:Goyen
Publishing.
Rheumatik Heart Desease adalah sindroma klinik sebagai
akibat infeksi streptococcus Beta hemolitikus grup A dengan satu atau lebih
gejala mayor. Rheumatik Heart Desease (RHD) ini merupakan: reaksi radang akut,
beta hemolitikus streptococus grup A, sering pada infeksi pharink berulang,
berisfat asimtomatis, usia anak 5 tahun-15 tahun, proses sampai sekarang belum jelas
Dampak dari HRD: terjadi jaringan parut pada selaput
jantung, pada myocardium umumnya reversibel, dapat timbul kelainan katup
jantung bila berlangsung kronis, elastitas miocard menrun, menurutnya fungsi
jantung, mitral stenosis 40%, mitral insufisiensi 40%, aorta stenosis 40%,
aorta insufisiensi 15%.
A.
Faktor Resiko
1.
Sosial ekonomi lemah
2.
Kebersihan yang kurang
3.
Tempat tinggal yang sempit
B.
Patofisiologi
Infeksi pada saluran pernapasan yang
ditimbulkan oleh sejenis kuman, maka antigen yang terdapat dalam kuman tersebut
bentuknya bermacam-macam jenis protein yang akan menimbulkan antibodi. Mengandalkan
antigen antibodi reaksi akan terbentuk Ag-Ab komplek yang akan terdefosit pada
jaringan ikat, terutama jaringan ikat sinovial, endokardium, perikardium pleura
seingga menyebabkan reaksi radang granulomatous spesifik (Aschoff bodies),
gejala yang ditimbulkan bervariasi.
C.
Gejala klinis umum:
1.
Panas beberapa hari
2.
Batuk, sakit waktu menelan
3.
Anoreksia, sampai muntah
4.
Pharink merah atau
hiperemia
5.
Pembesaran kelenjar getah
bening
6.
Nyeri sendi beberapa hari
sampai beberapa minggu
Tanda dan gejala Rheumatik Heart
Desease (RHD) menurut kriteria T. Jones:
a.
2 manifestasi mayor atau
b.
1 manifestasi mayor + 2
minor
Manifestasi mayor: karditis,
arthritis, nodul subcutan, eritema marginatum, korea
Manifestasi minor: demam beberapa
hari, nyeri beberapa sendi, LED meningkat, ASO meningkat
Swab tenggorokan ditemukan
streptococus
Perpanjangan interval P-R
D.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Pemeriksaan fisik
a.
Inspeksi:
1)
Pharynx heperemis
2)
Kelenjar getah bening
membesar
3)
Pembekakan sendi
4)
Tonjolan di bawah kulit
daerah kapsul sendi
5)
Ada gerakan yang tidak
terkoordinasi
b.
Palpasi
1)
Nyeri tekan persendian
2)
Tonjolan keras tidak merasa
nyeri dan mudah digerakkan
c.
Auskultasi: murmur sistolik
injection dan friction rubs
2.
Pemeriksaan Penunjang
a.
ECG: Perpanjangan interval
P-R
b.
Radiologi: thorax foto
kardiomegali, foto sendi tidak spesifik
c.
Laboratorium
1)
Hemoglobin: kurang dari
normal
2)
LED meningkat
3)
C-Rp positif
4)
ASO positif
5)
Swab tenggorokan: steptococus
positif
E.
Penatalaksanaan
1.
Pengobatan
a.
Eradikasi kuman:
1)
Penicilin 600.000-1,2 juta
1 kali
2)
Eritromisin 20 mg/kg/
BB 2 kali selama 10 hari
b.
Antiinflamasi kuman:
Salicilat dan steroid dosis sesuai indikasi
2.
Perawatan
a.
Istirahat mutlak selama
periode serangan
b.
Jika ada penyakit jantung,
posisi semi fowler
c.
Oksigenasi
d.
Diet lunak rendah garam
e.
Kontrol swab tenggorokan
secara teratur
F.
Pencegahan
1.
Profilaksis primer:
pengobatan adekuat
2.
Profilaksis sekunder
Setelah diagnosa ditegakkan pada hari ke 11, tergantung ada tidaknya
kelainan jantung:
a.
Bila tidak ada kelainan
jantung profilaksis diberikan sampai 5 tahun terus menerus, minimal usia 18
tahun
b.
Bila ada kelainan jantung
sampai usia 25 tahun
No comments:
Post a Comment