Deskripsi Nyeri di dalam Keperawatan (di Dalam Kesehatan)
Sumber: Andarmoyo, Sulistiyo.2013.Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.Jogjakarta: AR Ruzz Media.
Manusia hidup perlu adanya suatu kenyamanan karena halk ini
merupakan aspek mendasar dalam kehidupan manusia. Dalam ilmu kesehatan terutama
keperawatan, kenyamanan adalah konsep sentral dalam pemberian asuhan
keperawatan. Berbagai teori keperawatan menyatakan sebagao kebutuhan dasar
klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Kolcaba (1992) dalam
Potter dan Perry (2006), mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadan telah
terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang suatu yan melebihi
masalah atau nyeri).
Sebagaimana telah
dijelaskan di atas, rasa nyaman berupa terbebas dari rasa tidak menyenangkan
adalah suatu kebutuhan dasar individu.
Nyeri merupakan perasaan tidak menyenangkan yang sering kali dialami oleh
individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri merupakan salah satu kebutuhan
dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan kepada seorang
pasien.
Penting bagi perawat untuk memahami makna nyeri bagi setiap
individu. Penatalaksanaan nyeri lebih dari sekadar pemberian analgetik. Dengan
memahami nyeri dengan holistisk, perawat dapat mengembangkan strategi yang lebih
tepat dan baik pada penanganan yang lebih berhasil lagi.
A.
Pengerti Nyeri
Nyeri adalah bentuk ketidaknyamanan, yang didefinisikan dalam berbagai
perspektif. Berikut ini beberapa pengertian nyeri yang dikutip dari berbagai
sumber.
Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (Internasional Association for The Study of Pain, IASP, 1979)
sebagaimana dikutip dalam Suzanne C. Smeltzer (2002) mendefinisikan nyeri
sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial, atau yang dirasakan
dalam kejadian saat terjadi kerusakan.
Arthur C. Curton (1983) dalam Prasetyo (2010) mengatakan bahwa nyeri merupakan
suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedan rusak dan menyebabkan individu tersebut
beraksi untuk menghilangkan rasa nyeri.
Melzack dan Wall (1988) dalam Judha dkk (2012) mengatakan bahwa nyeri
adalah pengalaman pribadi, subjektif, yang dipengaruhi oleh budaya, persepsi
seorang, perhatian dan variabel psikologis lain, yang mengganggu perilaku
berkelanjutan dan memotivasi setiap orang utnuk menghentikan rasa tersebut.
Sherwood L (2001) mengatakan bahwa nyeri sebenarnya merupakan mekanisme
protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran telah atau akan terjadi
kerusakan jaringan.
Tournaire dan Theau-Yonneau (2007) dalam Judha dkk (2012), mendefinisikan
nyeri sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan, baik sensori maupun emosional
yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh.
Strenbach mengatakan nyeri sebagai
sesuatu yang sangat abstrak, dimana nyeri terdapat padanya:
1.
Personality artinya sensasi terhadap nyeri
dirasakan individu bersifat pribadi (subjektif), artinya antara individu satu
dengan yang lain mengalami sensasi yang berbeda.
2.
Adanya stimulus yang merugikan sebagai
peringatan terhadap kerusakan jaringan
3.
Pola respon dari individu terhadap nyeri,
sebagai alat proteksi untuk melindungi dirinya dari kerugian yang ditimbulkan
oleh nyeri
Dari beberapa pengertian di atas
akan sangat membantu perawat untuk memahami lebih jauh mengenai nyeri yang
dirasakan sebagai dasar dalam melakukan pengkajian keperawatan. Dari beberapa
pengertian di atas juga dapat dibuat suatu konsep nilai yang berkaitan dengan
nyeri sebagai berikut.
1.
Nyeri hanya dapat dirasakan dan dapat
digambarkan secara akurat oleh individu yang mengalami nyeri itu sendiri.
2.
Apabila seseorang mengatkaan nyeri, dia
benar-benar secara nyata merasakan nyeri walaupu mungkin perawat tidak
menemukan adanya kerusakan pada tubuhnya.
3.
Nyeri menyangkut multi dimensional, baik fisik
psikis, emosional, kognitif, sosiokultural, maupun spiritual
4.
Nyeri sebagai peringatakn terhadap adanya
ancaman bersifat aktual maupun potensial
B.
Sifat Nyeri
Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Menurut Mc
Caffery (1980) dalam E.S. Sauer (1992), “Whatever the experiencing person say
it is, existing whenever he says it does”. Nyeri adalah sebagala sesuatu yang
dikaitkan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang
mengatakan bahwa ia merasa nyeri. MCMahon (1994) menemukan empat atribut pasti
untuk pengalaman nyeri, antara lain (1) nyeri bsersifat individu; (2) tidak
menyenangkan (3) merupakan suatu kekuatan yang mendominasi; (4) bersifat tidak
berkesudahan. Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh, ia timbul
bilamana jaringan sedang dirusak dan ia menyebabkan individu tersebut bereaksi
untuk menghilangkan rangsang nyeri tersebut (Guyton,1995). Nyeri merupakan
tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan yang harus menjadi
pertimbangan utama perawat saat mengkaji nyeri.
C.
Teori-teori nyeri
Banyak teori berusaha menjelaskan dasar neurologis dari nyeri. Bagaimanapun,
tidak ada satu pun teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri
ditransmisikan atau dicerap, tidak juga menjelaskan kompleksitas dari jarak
yang memengaruhi transmisi impuls nyeri, sensasi nyeri dan perbedaan individual
dalam sensasi nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002). Berikut ini disajikan beberapa teori terkait
dengan nyeri untuk memberikan pemamahaman mempelajari kompleksitas nyeri.
1.
Teori spesivitas (Specivity Theory)
Teori spesivitas nyeri ini diperkenankan
oleh Descrates. Teori ini menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari
reseptor-reseptor nyeri yang spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu ke
pusat nyeri di otak dan bahwa hubungan antara stimbulus dan respons nyeri yang
bersifat langsung dan invariabel. Prinsip teori ini adalah (1) reseptor
somatosensorik adalah reseptor yang mengalami spesialisasi untuk berespons
secara optimal terhadap satu atau lebih tipe stimulus tertentu, dan (2) tujuan
perjalanan neuron aferen primer dan jalur ascendens merupakan faktor kritis
dalam membedakan sifat stimulus di perifer (Price dan Wilson, 2002)
2.
Teori Pola (Pattern Theory)
Teori pola diperkenalkan oleh Goldscheider
pada 1989. Teori pola ini menjelaskan bahwa nyeri disebabkan oleh sebagai
reseptor sensori yang dirangsang oleh pola tertentu. Nyeri merupakan akibat
stimulasi reseptor yang menghasilkan pola tertentu dari impuls saraf. Pada sejumlah
causalgia, nyeri pantom, dan neuralgia teori pola ini bertujuan bahwa
rangsangan yang kuat mengakibatkan berkembangnya gaung terus menerus pada spinal cord sehingga saraf transmisi
nyeri bersifat hipersensitif yang mana rangsangan dengan intensitas rendah
dapat menghasilkan transmisi nyeri (Lewis, 1983).
3.
Teori pengontrolan nyeri (Theory Gate Control)
Teori gate control dari Melzack dan Wall
(1965) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme
pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls
nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan
dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan
dasar teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron
sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron
delta-A dan C melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls melalui
mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang
lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila
masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, akan menutup mekanisme
pertahanan. Mekanisme penutupan ini diyakini dapat terlihat oleh seorang
perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan
menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari serabut
delta A dan serabut C maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempresepsikan sensasi
nyeri. Bahkan, jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di
otak yang memodifikasi nyeri. Alur nyeri desenden melepaskan opiat endogen,
seperti endorphine dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari
tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat
pelepasan substansi P. Teknik distraksi, konseling dan pemberian plasebo
merupakan upaya untuk melepaskan endorphine (Potter dan Perry, 2006)
4.
Endogenous Opiat Theory
Suatu teori pereda nyeri yang relatif baru
dikembangkan oleh Avron Goldstein (1970-an), dimana ia menemukan bahwa terdapat
substansi seperti opiate yang terjadi secara alami di dalam tubuh. Substansi ini
disebut endorphine, yang berasal dari kata endogenous dan morphine. Goldstein mencari
reseptor morphine dan heroin menemukan bahwa reseptor dalam otak cocok dengan
adanya molekul seperti morphine dan heroin. Ia bertanya pada diriya sendiriu
mengapa reseptor ini terletak di otak, pada saat opiate tidak ditemukan secara
alami di area ini. Setelah melakukan penelitian secara seksama, jawabnya adalah
bahwa otak menghasilkan opiate otak alami. Endorfin merupakan sistem penekan
nyeri yang dapat diaktifkan dengan merangsang daerah reseptor endorphin di zat
kelabu pariaqueduktus otak tengah (deGroot, 1997).
Endorphine merupakan transmisi impuls yang
diinterpretasikan sebagai nyeri, endorphine kemungkinan bertindak sebagai
neurotransmiter maupun neuromodulator yang menghambat tansmisi dari pesan
nyeri. Jadi, adanya endorphine pada sinaps sel saraf menyebabkan status
penurunan dalam sensasi nyeri. Kegagalan melepaskan endorphine memungkinkan
terjadinya nyeri terjadi. Opate seperti morphine atau endorphine (kadang
disebut enkephalin), kemungkinan menghambat transmisi pesan nyeri dengan
mengaitkan tempat reseptor opiate pada saraf otak dan tulang belakang.
D.
Peranan Perawat Terhadap Nyeri
Perawat adalah tenaga profesional kesehatan yang menghabiskan waktu lebih
banyak bersama dengan pasien yang mengalami berbagai masalah kesehatan di
antaranya ketidaknyaman/ nyeri. Dibanding dengan tenaga kesehatan lainnya. Dalam
hal ini perawat mempunyai kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan
efek yang membahayakan diri pasien berdasarkan ilmu, kiat, dan pengalaman yang
pernah diperoleh sebelumnya.
Peran
perawat dan mengidentifikasi dan mengobati penyebab nyeri dan berkolaborasi
dengan medis (membantu meresapkan obat-obatan) untuk meredakan dan
menghilangkan nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga
profesional kesehatan yang lain, tetapi juga memberikan intervensi pereda
nyeri, mengevaluasi efektivitas intervensi yang sudah dijalankan dan bertindak
sebagai advokat pasien saat intervensi tidak efektif. Selain itu, perawat berperan sebagai
pendidikm atau edukator untuk pasien dan keluarga, mengajarkan mereka mengatasi
penggunaan analgetik atau regimen pereda nyeri oleh mereka sendiri ketika
memungkinkan.
No comments:
Post a Comment