Wednesday, July 8, 2020

Deskripsi Nyeri di dalam Keperawatan (di Dalam Kesehatan)



Deskripsi Nyeri di dalam Keperawatan (di Dalam Kesehatan)
Sumber: Andarmoyo, Sulistiyo.2013.Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.Jogjakarta: AR Ruzz Media.

Manusia hidup perlu adanya suatu kenyamanan karena halk ini merupakan aspek mendasar dalam kehidupan manusia. Dalam ilmu kesehatan terutama keperawatan, kenyamanan adalah konsep sentral dalam pemberian asuhan keperawatan. Berbagai teori keperawatan menyatakan sebagao kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Kolcaba (1992) dalam Potter dan Perry (2006), mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang suatu yan melebihi masalah atau nyeri).
Sebagaimana  telah dijelaskan di atas, rasa nyaman berupa terbebas dari rasa tidak menyenangkan adalah suatu kebutuhan dasar  individu. Nyeri merupakan perasaan tidak menyenangkan yang sering kali dialami oleh individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan kepada seorang pasien.
Penting bagi perawat untuk memahami makna nyeri bagi setiap individu. Penatalaksanaan nyeri lebih dari sekadar pemberian analgetik. Dengan memahami nyeri dengan holistisk, perawat dapat mengembangkan strategi yang lebih tepat dan baik pada penanganan yang lebih berhasil lagi.

A.      Pengerti Nyeri
Nyeri adalah bentuk ketidaknyamanan, yang didefinisikan dalam berbagai perspektif. Berikut ini beberapa pengertian nyeri yang dikutip dari berbagai sumber.
Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (Internasional Association for The Study of Pain, IASP, 1979) sebagaimana dikutip dalam Suzanne C. Smeltzer (2002) mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial, atau yang dirasakan dalam kejadian saat terjadi kerusakan.
Arthur C. Curton (1983) dalam Prasetyo (2010) mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedan  rusak dan menyebabkan individu tersebut beraksi untuk menghilangkan rasa nyeri.
Melzack dan Wall (1988) dalam Judha dkk (2012) mengatakan bahwa nyeri adalah pengalaman pribadi, subjektif, yang dipengaruhi oleh budaya, persepsi seorang, perhatian dan variabel psikologis lain, yang mengganggu perilaku berkelanjutan dan memotivasi setiap orang utnuk menghentikan rasa tersebut.
Sherwood L (2001) mengatakan bahwa nyeri sebenarnya merupakan mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran telah atau akan terjadi kerusakan jaringan.
Tournaire dan Theau-Yonneau (2007) dalam Judha dkk (2012), mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan, baik sensori maupun emosional yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh.
Strenbach mengatakan nyeri  sebagai sesuatu yang sangat abstrak, dimana nyeri terdapat padanya:
1.       Personality artinya sensasi terhadap nyeri dirasakan individu bersifat pribadi (subjektif), artinya antara individu satu dengan yang lain mengalami sensasi yang berbeda.
2.       Adanya stimulus yang merugikan sebagai peringatan terhadap kerusakan jaringan
3.       Pola respon dari individu terhadap nyeri, sebagai alat proteksi untuk melindungi dirinya dari kerugian yang ditimbulkan oleh nyeri
Dari beberapa pengertian di atas akan sangat membantu perawat untuk memahami lebih jauh mengenai nyeri yang dirasakan sebagai dasar dalam melakukan pengkajian keperawatan. Dari beberapa pengertian di atas juga dapat dibuat suatu konsep nilai yang berkaitan dengan nyeri sebagai berikut.
1.       Nyeri hanya dapat dirasakan dan dapat digambarkan secara akurat oleh individu yang mengalami nyeri itu sendiri.
2.       Apabila seseorang mengatkaan nyeri, dia benar-benar secara nyata merasakan nyeri walaupu mungkin perawat tidak menemukan adanya kerusakan pada tubuhnya.
3.       Nyeri menyangkut multi dimensional, baik fisik psikis, emosional, kognitif, sosiokultural, maupun spiritual
4.       Nyeri sebagai peringatakn terhadap adanya ancaman bersifat aktual maupun potensial

B.      Sifat Nyeri
Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Menurut Mc Caffery (1980) dalam E.S. Sauer (1992), “Whatever the experiencing person say it is, existing whenever he says it does”. Nyeri adalah sebagala sesuatu yang dikaitkan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri. MCMahon (1994) menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri, antara lain (1) nyeri bsersifat individu; (2) tidak menyenangkan (3) merupakan suatu kekuatan yang mendominasi; (4) bersifat tidak berkesudahan. Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh, ia timbul bilamana jaringan sedang dirusak dan ia menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsang nyeri tersebut (Guyton,1995). Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan yang harus menjadi pertimbangan utama perawat saat mengkaji nyeri.

C.      Teori-teori nyeri
Banyak teori berusaha menjelaskan dasar neurologis dari nyeri. Bagaimanapun, tidak ada satu pun teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri ditransmisikan atau dicerap, tidak juga menjelaskan kompleksitas dari jarak yang memengaruhi transmisi impuls nyeri, sensasi nyeri dan perbedaan individual dalam sensasi nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002).  Berikut ini disajikan beberapa teori terkait dengan nyeri untuk memberikan pemamahaman mempelajari kompleksitas nyeri.
1.       Teori spesivitas (Specivity Theory)
Teori spesivitas nyeri ini diperkenankan oleh Descrates. Teori ini menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari reseptor-reseptor nyeri yang spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu ke pusat nyeri di otak dan bahwa hubungan antara stimbulus dan respons nyeri yang bersifat langsung dan invariabel. Prinsip teori ini adalah (1) reseptor somatosensorik adalah reseptor yang mengalami spesialisasi untuk berespons secara optimal terhadap satu atau lebih tipe stimulus tertentu, dan (2) tujuan perjalanan neuron aferen primer dan jalur ascendens merupakan faktor kritis dalam membedakan sifat stimulus di perifer (Price dan Wilson, 2002)
2.       Teori Pola (Pattern Theory)
Teori pola diperkenalkan oleh Goldscheider pada 1989. Teori pola ini menjelaskan bahwa nyeri disebabkan oleh sebagai reseptor sensori yang dirangsang oleh pola tertentu. Nyeri merupakan akibat stimulasi reseptor yang menghasilkan pola tertentu dari impuls saraf. Pada sejumlah causalgia, nyeri pantom, dan neuralgia teori pola ini bertujuan bahwa rangsangan yang kuat mengakibatkan berkembangnya gaung terus menerus pada spinal cord sehingga saraf transmisi nyeri bersifat hipersensitif yang mana rangsangan dengan intensitas rendah dapat menghasilkan transmisi nyeri (Lewis, 1983).
3.       Teori pengontrolan nyeri (Theory Gate Control)
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan  saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.  Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, akan menutup mekanisme pertahanan. Mekanisme penutupan ini diyakini dapat terlihat oleh seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C maka akan membuka pertahanan  tersebut dan klien mempresepsikan sensasi nyeri. Bahkan, jika impuls nyeri dihantarkan ke otak,  terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur nyeri desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorphine dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. Teknik distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorphine (Potter dan Perry, 2006)
4.       Endogenous Opiat Theory
Suatu teori pereda nyeri yang relatif baru dikembangkan oleh Avron Goldstein (1970-an), dimana ia menemukan bahwa terdapat substansi seperti opiate yang terjadi secara alami di dalam tubuh. Substansi ini disebut endorphine, yang berasal dari kata endogenous dan morphine. Goldstein mencari reseptor morphine dan heroin menemukan bahwa reseptor dalam otak cocok dengan adanya molekul seperti morphine dan heroin. Ia bertanya pada diriya sendiriu mengapa reseptor ini terletak di otak, pada saat opiate tidak ditemukan secara alami di area ini. Setelah melakukan penelitian secara seksama, jawabnya adalah bahwa otak menghasilkan opiate otak alami. Endorfin merupakan sistem penekan nyeri yang dapat diaktifkan dengan merangsang daerah reseptor endorphin di zat kelabu pariaqueduktus otak tengah (deGroot, 1997).
Endorphine merupakan transmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai nyeri, endorphine kemungkinan bertindak sebagai neurotransmiter maupun neuromodulator yang menghambat tansmisi dari pesan nyeri. Jadi, adanya endorphine pada sinaps sel saraf menyebabkan status penurunan dalam sensasi nyeri. Kegagalan melepaskan endorphine memungkinkan terjadinya nyeri terjadi. Opate seperti morphine atau endorphine (kadang disebut enkephalin), kemungkinan menghambat transmisi pesan nyeri dengan mengaitkan tempat reseptor opiate pada saraf otak dan tulang belakang.

D.      Peranan Perawat Terhadap Nyeri
Perawat adalah tenaga profesional kesehatan yang menghabiskan waktu lebih banyak bersama dengan pasien yang mengalami berbagai masalah kesehatan di antaranya ketidaknyaman/ nyeri. Dibanding dengan tenaga kesehatan lainnya. Dalam hal ini perawat mempunyai kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan efek yang membahayakan diri pasien berdasarkan ilmu, kiat, dan pengalaman yang pernah diperoleh sebelumnya.
Peran perawat dan mengidentifikasi dan mengobati penyebab nyeri dan berkolaborasi dengan medis (membantu meresapkan obat-obatan) untuk meredakan dan menghilangkan nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga profesional kesehatan yang lain, tetapi juga memberikan intervensi pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas intervensi yang sudah dijalankan dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi tidak efektif.  Selain itu, perawat berperan sebagai pendidikm atau edukator untuk pasien dan keluarga, mengajarkan mereka mengatasi penggunaan analgetik atau regimen pereda nyeri oleh mereka sendiri ketika memungkinkan.

No comments:

Post a Comment